Chereads / Sebuah Perjalanan di Dunia Kai / Chapter 36 - Seekor Ular besar

Chapter 36 - Seekor Ular besar

Ketika Sean berlari menyusul Maria, Sean merasa penuh dengan kekhawatiran apabila ada hal yang buruk terjadi di area perkemahan distrik ibis. Dia berusaha berlari dengan kecepatan maksimal dan dapat meraih perkemahan distrik ibis dalam waktu beberapa menit saja. Walaupun demikian, dia mengetahui bahwa perbedaan beberapa menit tersebut dapat memberikan sebuah perbedaan yang signifikan.

Setelah beberapa waktu, Sean sampai pada perkemahan distrik ibis. Sean melihat pertarungan antara dua orang pengguna pedang dan perisai sedang bertarung dengan seekor ular raksasa berwarna hijau yang ukurannya sebesar tubuh para pengguna perisai. Keduanya memancing ular tersebut keluar area perkemahan distrik Ibis. Para pejuang distrik ibis terlihat sedang berlari menuju kedua pengguna perisai tersebut.

Salah satu dari pengguna perisai tersebut adalah orang yang sangat dikenal Sean, dia adalah Maria. Dia sedang mengayunkan perisainya dengan terampil untuk menghadang serangan dari kepala ular tersebut. Kepala ular tersebut mematuk perisai Maria dengan kecepatan cukup tinggi.

Maria terpelanting dari posisinya lalu bersalto ke belakang. Pejuang pria yang menggunakan perisai dari distrik Ibis segera mengambil posisi Maria dan menusukkan pedangnya melalui sisi samping ular tersebut. Dengan besar pedang pengguna perisai, pedang para pengguna perisai tidak dapat memotong bagian atas leher ular tersebut karena sisik ular cukup tebal untuk menghadangnya. Namun demikian, karena tubuhnya yang berotot, pedang tersebut tidak terpelanting dari lengan yang memegang erat pegangan pedang itu.

Maria yang berhasil menyeimbangkan tubuhnya kemudian kembali menyerang ke arah ular besar itu. Kali ini menggunakan taktik yang sama dengan taktik lamanya bersama Sean, Maria melompat ke kepala ular tersebut. Berbeda dengan ketika dia beraksi bersama Sean, Kali ini Maria harus menusukkan pedangnya ke mata ular tersebut dengan posisi ular yang menggeliat.

Maria terlihat terpelanting ke tanah sebelum dia dapat menusukkan pedangnya. Pedang yang dipegangnya terjatuh ke tanah. Sean segera menghampiri Maria dan mengambil pedangnya yang tergeletak di tanah.

Sean Segera melemparkan pedang tersebut kepada Maria dan Maria menerima pedang tersebut. "Terima kasih." Ujar Maria kepada Sean seraya kembali berdiri pada kedua kakinya. Kali ini mereka menyerang bersama dengan bantuan salah satu pengguna pedang dari distrik Ibis. Sean berteriak kepada pengguna perisai tersebut "Tuan pengguna perisai, tolong bantu Maria untuk mengacaukan gerakan ular tersebut."

Pengguna perisai tersebut mengangguk kepada Sean dan meluncur mendekati ular besar tersebut. Maria mengikuti gerakan pengguna perisai tersebut sementara para pejuang lainnya bergerak ke arah Sean. Sean memberikan aba-aba kepada para pejuang distrik Ibis.

Maria dan pengguna perisai itu melompat kesana kemari untuk membuat ular tersebut kebingungan sehingga gerakan kepalanya tidak lagi dapat dikontrol. Ular tersebut terus-menerus mencoba mematuk kedua pengguna perisai yang menari di sekitarnya. Ia mengganti targetnya ketika patukannya terhalau oleh perisai kedua orang tersebut.

Bisa ular tersembur beberapa kali ketika dia melepaskan diri dari patukannya. Maria mengandalkan perisai dan baju zirahnya yang terbuat dari logam yang mereka sebut platina untuk menghalau bisa yang dilepaskan oleh ular tersebut. Racun yang menempel pada perisai dan baju zirahnya menetes ke tanah. Namun demikian karena Maria menggunakan baju zirahnya yang tebal tersebut, Maria dapat terus bertarung tanpa terkena cipratan bisa ular.

Pada saat itu, para pejuang dari distrik Ibis memulai aksi mereka. Pemanah mengikatkan anak panah mereka ke sebuah pasak yang mereka tanam, kemudian mereka memanah bagian vital tubuh ular tersebut. Sasaran mereka adalah bagian tubuh ular yang tidak memiliki sisik. Ular besar itu menggeliat kesakitan ketika kedua panah tersebut menusuk pada kedua sisi tubuhnya.

Para pengguna pedang besar dari distrik Ibis membantu para pengguna perisai dari belakang. Mereka menusukkan pedang besar mereka ke beberapa bagian di ekornya. Dengan demikian, gerakan ular tersebut semakin terbatas walaupun tusukan pedang tersebut terlihat goyah dalam waktu beberapa saat.

Disaat itu, ular besar tersebut berada dalam situasi kebingungan. Sean yang melihat pekerjaan dari tim distrik Ibis yang berhasil mengekang pergerakan Ular yang liar tersebut, kemudian berlari dan melaju dengan kencang. Dia memanfaatkan momen tersebut untuk maju dan mengarahkan pedangnya menuju bagian bawah leher ular.

Tak lama kemudian, Sean berhasil menusukkan pedang besar yang digenggamnya pada leher ular tersebut dan kemudian menyayatnya ke bawah. Darah menciprat dan mengalir ke area di sekitar perkemahan distrik Ibis.

Sementara itu, semua pejuang yang bertarung melawan mahluk tersebut terlihat terengah-engah. Mereka merasakan kelegaan setelah ketegangan melawan mahluk tersebut mereda. Ular besar itu tergeletak tanpa bergerak sedikit pun.

Para ilmuwan yang bertugas sebagai biologist kemudian segera mendekati bangkai ular besar tersebut. Mereka segera mengaktivasi sarung tangan mereka dan memeriksa seluruh bagian dari tubuh mahluk raksasa tersebut.

Sementara para biologist sedang melaksanakan tugasnya, pejuang dari beberapa distrik yang datang membantu kemudian menjaga area tersebut. Di sisi lain, para pejuang yang baru saja bertarung dengan ular besar tersebut diberikan izin untuk membersihkan tubuh mereka.

Saat itu, Maria mendekati salah satu ilmuwan paruh baya yang sedang memeriksa bagian kepala mahluk tersebut. "Maafkan aku sebelumnya, tetapi apakah aku boleh memerah bisa ular ini?" Ujar Maria kepadanya.

Ilmuwan tersebut menoleh kepada Maria dan berkata, "Kami tentunya akan mengambil sampel racun yang dimiliki ular ini sebagai salah satu bukti identifikasi penggolongan keluarga ular ini, namun demikian apakah keperluanmu sehingga kau membutuhkan bisa ular ini?" Tanyanya dengan penuh rasa penasaran.

Maria tersenyum kepadanya dan membuka tabung yang tergantung di pinggang kirinya. Tabung tersebut dipenuhi oleh jarum-jarum besar dengan ornamen bulu-bulu di ujungnya. Maria menarik salah satu jarum tersebut sambil menunjukkan jarum itu kepada sang ilmuwan. Maria berkata "Aku membutuhkannya untuk ini."

Ilmuwan tersebut memperhatikan barang yang dikeluarkan oleh Maria. Untuk beberapa saat, Dia terdiam sambil terus memperhatikan jarum besar itu. Tiba-tiba dia membelalakkan matanya seakan-akan dia mengetahui apa yang akan dilakukan Maria dengan jarum besar tersebut. Mulutnya segera menganga dan bersiap untuk mengatakan sesuatu.

Sebelum ilmuwan tersebut mulai berbicara, Maria terlebih dahulu berkata "Ya, aku membutuhkan racun tersebut untuk kulumuri pada jarum-jarum yang tergantung di pinggangku. Kurasa selain mempelajari mengenai fauna di dunia ini, kau belajar juga cara untuk melemahkan ataupun mematikan hewan buas bukan?" Ujar Maria sambil tetap tersenyum kepadanya.

Ilmuwan tersebut terdiam untuk beberapa saat sebelum akhirnya dia memutuskan. "Baiklah, aku akan menyisakan bisa tersebut untuk kau gunakan. Untuk saat ini, aku akan membutuhkan nama dan distrikmu. Atau kau dapat menyebutkan nomor ID mu." Ujar ilmuwan tersebut kepada Maria.

"Aku Maria, pejuang dari distrik dodo. Senang berkenalan denganmu." Ujar Maria sambil membungkukkan tubuhnya sampai sedikit condong ke depan. Ilmuwan tersebut tersenyum kepada Maria "Baiklah, kau dapat mencariku nanti. Namaku Alice Allen, kau dapat mencariku di perkemahan distrik Quangga."

Setelah itu, ilmuwan itu kembali memeriksa bangkai ular tersebut dan Maria berdiri dari tempat tersebut. "Aku akan menunggunya. Terima kasih sebelumnya Nona Allen." Ujar Maria sambil menunduk sekali lagi kepada Alice. Alice meralat perkataan Maria, "Nyonya." Ujarnya singkat sambil tersenyum dan kembali bekerja.

Maria pergi dari tempat tersebut dan membersihkan dirinya di dekat truk yang berbentuk tangki air. Dalam sekejap dia membersihkan dirinya dan baju zirahnya. Saat dia selesai membersihkan dirinya, dia kembali ke area perkemahan timnya.

Disana, Isaac sedang bercakap-cakap dengan Sean mengenai apa yang baru saja terjadi. Raut wajah Isaac memancarkan kelegaan ketika kedua koleganya kembali dengan selamat. "Aku sungguh tak menyangka hal ini bisa terjadi. Kurasa aku terlalu menganggap remeh ekspedisi kali ini."

Mirabelle datang ke arah Maria dan Sean. "Kurasa kalian harus beristirahat sekarang selagi masih ada waktu." Maria melihat ke angkasa. Langit masih gelap dan sebagian dari para arkeolog masih tertidur lelap. "Tambahan dua jam tidur masih lebih baik daripada tidak sama sekali. Ingatlah bahwa kalian harus tetap menjaga stamina kalian. Kami akan melanjutkan penjagaan seperti yang dijadwalkan."

Sean dan Maria menjawab bersamaan "Baiklah kalau begitu." Mereka saling pandang satu sama lain dan tertawa kecil. Mirabelle yang melihat tingkah mereka ikut tertawa. "Selamat beristirahat." Ujar Maribelle ketika keduanya melambaikan tangan dan kembali ke tenda mereka masing-masing.