Ketika malam tiba, para ilmuwan segera kembali ke tenda mereka untuk beristirahat. Hal tersebut sangat penting karena mereka membutuhkan banyak konsentrasi untuk melakukan pekerjaan mereka di esok hari.
Sementara itu, setiap tiga sampai dengan empat jam para pejuang akan bergantian untuk berjaga di area sekitar tenda distrik mereka untuk mencegah adanya mahluk asing yang dapat menyerang kapan saja. Api yang mereka pakai untuk memasak pun segera dipadamkan dan penggunaan penerangan dari arloji mereka masing-masing sangat dibatasi sampai batas yang secukupnya.
Malam itu, Maria mendapatkan giliran berjaga pada empat jam kedua, dimana dia harus berjaga di tengah malam. Sisi positifnya adalah Maria sudah mendapatkan cukup istirahat untuk menjaga pikirannya tetap tajam, namun di sisi lain dia akan kesulitan untuk beristirahat setelah waktu jaganya selesai.
Maria keluar dari tendanya dan melihat Sean yang sudah siap menunggu di depan tendanya dengan baju zirahnya. Maria kemudian berjalan mendekati Sean sambil menyematkan senjata yang dia gunakan. Pada malam yang gelap tersebut, hanya rambut platinum dan postur tubuh Sean yang sangat tegap saja yang dapat dilihat oleh Maria, sedangkan wajahnya tidak dapat ia lihat dengan jelas.
"Sean, kau partner jagaku malam ini?" Tanya Maria kepada Sean. Sean mendekatinya dan berdiri disampingnya "Begitulah. Percayalah padaku ini bukan keinginanku. Kurasa yang mengatur pembagian waktu jaga itu adalah Isaac." Walaupun Maria tidak dapat melihat Sean dengan jelas, Maria dapat membayangkan wajah Sean yang sedang tersipu malu saat ini.
Maria tidak habis pikir mengenai perasaan Sean kepada dirinya saat ini. Sean selalu menunjukkan sikap manisnya kepada Maria dari waktu ke waktu, namun selama itu tidak pernah sekalipun dia melakukan sesuatu hal yang dilakukan oleh seorang kekasih. Terkadang Maria berpikir apakah malam yang mereka habiskan bersama setengah tahun yang lalu benar-benar sudah dilupakan oleh Sean.
"Menurutmu, apakah sebaiknya kita berjaga di tempat yang bersebrangan, atau apakah sebaiknya kita berpatroli bersama?" Tanya Sean kepada Maria. Maria melihat area perkemahan mereka yang tertutupi dedaunan. "Mungkin melihat dari ketinggian dapat membuat kita melihat keseluruhan area kemah."
Tepat ketika itu, mulut Maria tertutup rapat "Maaf. Kurasa ideku itu adalah sebuah ide buruk." Sean berpikir bahwa alasan Maria untuk melihat dari ketinggian merupakan ide yang cukup baik, jadi dia tidak mengerti ketika Maria menyebut ide tersebut sebagai ide yang buruk. "Mengapa kau berpikir demikian? Kurasa idemu sangat baik, karena apabila kita berada di dedaunan atas kita tidak perlu menyebar dan dengan demikian apabila ada serangan mendadak, kita dapat menghadapinya berdua daripada sendirian."
Maria menatap Sean "Aku hanya belajar dari pengalaman burukku ketika kita pertama berada disini. Aku masih ingat ada seekor burung pemangsa yang hendak menerkamku tepat pada saat aku menaiki pohon dimana kita berlindung." Maria kembali berpikir mengenai burung tersebut. 'Setelah dipikir-pikir, sepertinya burung yang dahulu kutemui merupakan seekor burung dari keluarga elang brontok. Tentunya dengan ukuran hampir delapan kali lipat dari ukuran aslinya.'
Sean menepuk pundak Maria "Baiklah, kurasa kau lebih mengetahui kondisi area ini daripada aku. Sebaiknya kita tetap bersama dan berpatroli nampaknya menjadi opsi yang terbaik untuk saat ini. Aku tidak ingin bertarung melawan seekor burung besar tanpa memiliki sayap untuk melawannya." Sean menunjuk ke arah punggungnya yang memikul pedang besarnya.
Maria tertawa kecil menanggapi perkataan Sean. "Baiklah kalau begitu, sebaiknya kita segera mulai berpatroli." Ajak Maria kepada Sean. Sean menganggukkan kepalanya pertanda setuju.
Ketika Maria akan mulai berjalan, Sean menjalinkan jemarinya di antara jemari Maria. Sekali lagi, sikap Sean yang manis itu membuat Maria salah tingkah, seakan-akan Sean masih mengharapkan percikan cinta diantara keduanya. Disisi lain, Maria pun tidak pernah menolak tangan Sean yang mengajaknya berjalan bersama dengan penuh kelembutan, namun dia tidak menginginkan Sean kembali menyatakan perasaannya kepadanya.
Keduanya berjalan bersama di kegelapan dengan menggunakan penerangan yang sangat minimum dari arloji mereka. Sean menyetel penerangan di arlojinya di level remang-remang, sehingga mereka masih bisa melihat adanya bayangan-bayangan di sekitar.
Pada jam pertama, kondisi di area perkemahan nampak cukup aman. Tidak ada seekor mahluk pun yang melintas di daerah tersebut. Sean dan Maria berhenti untuk mengobrol dan beristirahat untuk beberapa saat setelah mereka melakukan putaran ketiga di area perkemahan mereka. Mereka banyak mengobrol mengenai kondisi peperangan antara koloni dan manusia burung.
"… Kau ingat ketika kau baru pertama kali melakukan perburuan bersamaku? Setelah kita pulang dari peperangan melawan manusia burung saat itu, mereka tidak lagi menyerang kita sampai saat ini." Sean menceritakan betapa kuatnya para manusia burung yang mempertahankan teritorinya terutama ketika mereka bertemu dengan para pejuang di area perburuan.
Maria mengangguk kepadanya "Apakah hal tersebut dikarenakan beberapa dari mereka terluka ketika melakukan penyerangan kepadamu?" Tanya Maria. Sean menggelengkan kepalanya, "Tidak hanya itu saja, kejadian manusia burung yang diselamatkan oleh koloni dan penyerangan di area perburuan mungkin salah satu faktornya. Namun ketika kita datang ke koloni misterius yang sangat dekat dengan teritori mereka, mereka bahkan tidak mengganggu kedatangan kita. Kurasa mereka mengetahui keberadaan kita saat itu."
Maria mengingat kembali kondisi mereka ketika itu, apabila mereka harus kembali bertarung melawan manusia burung, mungkin saat itu baik Sean dan Maria tidak akan kembali dengan selamat ke koloni enam belas. Sean melihat Maria yang terlihat bergidik ketika mereka membahas mengenai peristiwa tersebut kemudian menggenggam erat tangannya.
"Kau tahu, mungkin ini terdengar menjijikkan untukmu, tetapi aku ingin kau mengetahui bahwa ketika itu aku sangat bersyukur akan adanya dirimu disampingku. Kali ini, biarkan aku melindungimu dengan segenap nyawaku." Sean memandang ke arah Maria yang berada tepat disampingnya.
Sean menundukkan kepalanya untuk mendekati wajah Maria. Dia mengangkat dagu Maria perlahan sambil kemudian mengecup mulutnya secara perlahan. Maria yang berada dalam keadaan tersihir dengan perkataan Sean sama sekali tidak berusaha menepis kecupan ringan itu.
Sean yang melihat kesempatan itu, sama sekali tidak membuang kesempatan yang dia miliki. Dia kemudian kembali mengecup bibir kecil Maria, kali ini dengan sapuan dari lidahnya. Mulut Maria yang menerima sinyal dari sapuan lidah Sean kemudian merespon ciuman itu.
Lidah Maria menanggapi godaan dari lidah Sean yang meminta izin kepadanya untuk masuk. Mulut mereka yang asalnya hanya bersentuhan, kini merapat satu sama lain. Lidah mereka menari di dalamnya dan membuat sebuah ritmik yang membangunkan gairah keduanya.
Genggaman Sean yang semula penuh dengan ketegangan kemudian mengendur. Ibu jarinya mengelus telapak tangan Maria dan mendorong perlahan lengan Maria ke dahan kayu yang berada di belakang mereka. Tangan Sean yang lain kemudian meraih lengan Maria dan keduanya mendekatkan diri mereka satu dengan yang lain.
Suara nafas Sean yang semula perlahan kemudian semakin memburu. Maria menyambut sensasi itu dengan mengeluarkan suara perlahan tanpa dia sadari. Nafasnya mengikuti ritme yang diberikan lawan jenisnya tersebut.
Kedua sejoli tersebut menikmati sensasi ciuman dari lawan jenisnya. Waktu berlalu dengan sangat singkat ketika mereka berciuman. Sesekali Sean melepaskan bibir Maria dan kemudian menikmatinya kembali seakan-akan dia memuaskan perasaan hausnya yang sudah lama terpendam.
Setelah beberapa kali Sean mencium Maria lagi dan lagi, lengan Maria menegang dan memberikan isyarat bagi Sean untuk menghentikan ciumannya tersebut. "Kurasa ini bukan saat yang tepat." Maria melepaskan lengannya perlahan dari genggaman tangan Sean. Maria mengatakan hal tersebut dengan terengah-engah. Maria mengetahui bahwa ia tak dapat membohongi dirinya, namun disisi lain ia menyadari bahwa tugas utamanya sebagai seorang pejuang tetap menjadi hal yang utama.
Sean tidak menahan genggaman tersebut dan melepaskan Maria saat itu juga "Maafkan aku, kurasa aku terbawa suasana." Ujarnya sambil sedikit menunduk. Maria melihat Sean dengan perasaan bersalah "Bukan itu maksudku, tetapi kita masih harus berpatroli."
Sean mengangguk kepada Maria "Ya, kurasa kau benar. Ayo kita kembali berpatroli." Sean merasa bahwa dirinya baru saja kehilangan kesempatan untuk menyatakan cintanya kembali kepada Maria. Ia menghela nafas sambil berpikir 'Seharusnya aku berhenti tadi dan menyatakan perasaanku. Nampaknya pernyataan cintaku harus kusimpan untuk lain waktu.' Keduanya kemudian kembali berpatroli dan mengelilingi area perkemahan tersebut.
Baru saja mereka mengelilingi area tersebut satu kali, tiba-tiba ada seseorang yang berteriak dari distrik burung Ibis. Distrik mereka adalah distrik yang melindungi ilmuwan yang menangani biogeografi. "Kurasa kau harus pergi dahulu untuk menolong mereka, aku akan membangunkan Mirabelle dan Isaac. Mereka adalah penjaga di giliran terakhir dan kurasa waktu kita berpatroli sudah cukup untuk melakukan pergantian. Kuharap mereka sudah mulai bersiap-siap."
Maria mengangguk kepada Sean, "Baiklah. Kalau begitu aku akan segera pergi kesana. Tolong bangunkan mereka berdua dan bantulah distrik Ibis setelah mereka siap untuk menjaga area perkemahan kita." Maria segera berlari dan pergi ke arah perkemahan distrik burung Ibis.
Saat itu, Sean segera pergi ke arah perkemahan distrik ibex dan dodo. Dia segera pergi menuju tenda pria dan masuk ke dalamnya. Disana, Isaac baru saja memakai baju zirahnya dan bersiap-siap memanggul sebilah pedang besar pada punggungnya. "Ada apa Sean? Kau terlihat tergopoh-gopoh." Ujar Isaac bertanya kepada Sean.
Sean berbisik dengan kencang "Apakah kau tidak mendengar suara teriakan dari distrik Ibis? Nampaknya ada sesuatu yang terjadi disana." Isaac yang semula terlihat tenang kemudian melihat Sean dengan tatapan serius. "Aku tidak mendengarnya, namun bila itu yang terjadi, maka kau harus segera kesana."
Sean mengangguk kepada Isaac, "Aku akan segera pergi, jadi tolong bantu aku untuk membangunkan Mirabelle dan menjaga area perkemahan distrik ini." Ujar Sean kepada Isaac. "Tentu saja, pergilah segera Sean." Isaac membalas perkataan Sean sambil menepuk pundak Sean dan keluar dari tenda dengan segera, seakan memberikan isyarat pada Sean agar dia segera pergi. Tanpa membuang waktu lagi, Sean segera pergi dan berlari keluar area perkemahan distrik Ibex dan Dodo.
Sean segera meluncur ke arah area perkemahan distrik burung Ibis. 'Kuharap Maria dapat membantu para pejuang distrik Ibis dan aku tidak terlambat untuk membantu mereka' Hati Sean terasa kacau ketika itu, karena baru saja dia menyatakan bahwa dia ingin melindungi Maria dan dia membiarkan Maria pergi sendirian.