Chereads / Sebuah Perjalanan di Dunia Kai / Chapter 31 - Beberapa hari di rumah Maria

Chapter 31 - Beberapa hari di rumah Maria

Malam itu, Maria, Sean, dan Nyonya Anjali pergi ke sebuah restoran di distrik dodo. Restoran itu tidak seperti restoran yang terletak di distrik Ibex. Restoran di distrik dodo tidak terlihat mewah seperti pada restoran di distrik Ibex, bahkan apabila dilihat secara sepintas, perbedaan dekorasi antara kedua restoran tersebut bagaikan langit dan bumi.

Restoran di distrik dodo nampak sederhana dan dengan kursi kursi kayu klasik di zaman kolonial. Suasananya nampak agak remang-remang dengan pencahayaan minimum. Di setiap meja disediakan sebuah lilin yang cukup terang untuk membaca menu yang diletakkan di atas setiap meja.

Restoran tersebut tidak nampak terlalu ramai, namun tidak pula terlalu sepi. Setiap konsumen yang makan terlihat menikmati makanan mereka sambil bercakap-cakap. Nyonya Anjali berjalan ke sebuah meja kosong dan memberi isyarat kepada Maria dan Sean untuk duduk bersamanya.

Maria dan Sean duduk bersama pada satu meja yang sama dengan ibu Maria. Ibu Maria segera memesan beberapa menu yang ada tertera pada daftar menu, tanpa menanyakan kepada anaknya untuk memilih menu yang ingin mereka makan.

Setelah pelayan yang menuliskan pesanan mereka pergi, ibu Maria memulai percakapan di antara mereka "Maria, kurasa kau belum mengetahui restoran yang ada di distrik ini bukan?" Ibu Maria bertanya kepadanya.

Maria hanya mengangguk sambil menutupi perasaannya yang penuh kebingungan. 'Aku bahkan tidak tahu apakah Maria pernah makan di tempat ini atau tidak.' Maria menoleh kepada Sean dan tersenyum. Wajah Maria mengatakan semua hal yang ada dalam pikiran Maria.

Sean hanya menahan senyum ketika Maria memandangnya penuh kebingungan seakan-akan Maria membutuhkan sebuah isyarat dari Sean untuk menjawab. "Kurasa restoran ini cukup baru, ya?" Ujar Sean kepada Nyonya Anjali. "Aku belum pernah melihat tempat ini setahun belakangan.

Nyonya Anjali segera merespon perkataan Sean dengan penuh semangat, "Kau benar sekali. Dulu restoran di distrik dodo pernah dihancurkan, mungkin Maria sudah melupakan hal tersebut karena restoran tersebut sudah cukup lama tidak beroperasi." Ujar Nyonya Anjali sambil sedikit kecewa ketika dia menyebutkan mengenai restoran di distrik dodo yang sebelumnya. "Terlebih, ketika itu Maria cukup sibuk dengan penerimaannya sebagai seorang pustakawati." Dia menghela nafas sebelum kemudian terdiam.

"Kudengar, restoran ini menawarkan berbagai menu dari berbagai daerah di Asia. Apakah itu benar?" Tanya Sean lagi kepada ibu Maria. Maria memandang ke arah Sean yang mulai asik bercakap-cakap dengan ibunya.

"Benar lagi." Kata ibu Maria, yang menjawab dengan lebih bersemangat lagi. Sepintas, Maria mengingat bahwa ibunya memang adalah seorang yang menyukai makanan. Ibu Maria kemudian bercerita dengan penuh semangat bahwa restoran di distrik dodo yang baru beroperasi ini memiliki rasa yang autentik sesuai dengan masakan asli di setiap negara yang mereka tawarkan. "Mungkin mereka memiliki koki khusus dari setiap daerah dan setiap koki tersebut tentunya membawa semua bumbu dari setiap daerah yang mereka tinggali kemari!" Ujar ibu Maria sambil berbisik dengan keras kepada Sean dan Maria. Keduanya menanggapi omongan ibu Maria dengan tertawa kecil "Ibu bisa saja!" Maria tersenyum kepada ibunya.

Malam itu, ketiganya menikmati makanan mereka sambil bercerita mengenai kegiatan mereka masing-masing selama setengah tahun. Maria bercerita mengenai latihannya bersama Sean di tempat gym, sementara ibu Maria menceritakan mengenai keluarga Suzuki yang kemudian mengangkatnya menjadi seorang ibu penjaga anak-anak dirumahnya.

***

Di pagi hari, Maria meminta izin kepada ibunya untuk mengunjungi Lisbeth yang bekerja di perpustakaan hari itu. Sean yang makan bersama mereka kemudian mengatakan bahwa dia akan mengikuti Maria untuk pergi ke perpustakaan, karena ada beberapa bahan yang ingin dia lihat di perpustakaan.

Sean mengekor Maria dari belakang sebelum akhirnya dia berjalan berdampingan dengan Maria. "Kau nampaknya sangat dekat dengan Lisbeth, sampai kukira pada awalnya bahwa kalian bersaudara biarpun tidak sekandung." Sean menggenggam telapak tangan Maria sambil menjalinkan jemarinya. "Aku tak menyangka persahabatan antara kalian sangat erat."

Maria tertawa mendengar perkataan Sean "Tentu saja persahabatan kami sangat erat, kami sudah berteman sejak kami masih kecil." Ketika Maria melontarkan perkataannya, dia terdiam sejenak. Ingatan Maria yang sesungguhnya sesekali terasa seperti ingatan miliknya sendiri.

Sean memandang Maria yang termenung untuk beberapa saat. "Ada apa? Kau ingat akan memori Maria yang asli?" Sean memandangi Maria dengan penuh penasaran. Dia tidak mengharapkan respons dari Maria pada saat itu, namun Maria memandang Sean sambil mengangguk "Ya, kurasa sebagian ingatan Maria terkadang terasa bagaikan ingatan milikku sendiri. Terkadang aku sangat takut akan hal itu, aku takut bahwa suatu saat jati diriku akan menghilang."

Sean terdiam sejenak mendengar kekhawatiran Maria. Dia kemudian berusaha untuk menenangkan perasaan Maria "Dengarlah, bagiku kau adalah dirimu. Bila suatu saat kau berubah kembali menjadi Maria yang sesungguhnya, aku akan mengetahui itu." Sean menatapnya dalam-dalam "Apabila kau khawatir dengan jati dirimu yang sesungguhnya, beritahu aku namamu yang sesungguhnya. Suatu hari apabila kau merasa takut akan hilangnya dirimu, biarkan aku mengingatmu dan memanggilmu kembali padaku, bagaimana?"

Mereka berdua berhenti di jalan menuju arah perpustakaan. Keduanya terdiam sambil memandang satu sama lain. Maria membutuhkan waktu untuk memutuskan apakah dia akan memberitahunya nama aslinya ataukah tidak. Sean membelai pipi Maria sambil setengah berbisik "Kau tidak akan kehilangan apapun dengan memberitahuku nama aslimu. Dan bagiku, adalah sebuah kebanggaan untuk menjadi satu-satunya orang yang akan mengetahui dirimu yang sesungguhnya."

Maria terhanyut dalam perasaan tenang yang diberikan oleh Sean. Dia membuka bibir kecilnya sambil mengucapkan nama aslinya kepada Sean. "Amelia. Amelia Sri Rahayu Haryanti, itu nama lengkapku sebelum aku menjadi Maria."

Sean sedikit terkejut mendengar nama aslinya, namun ia tidak memperlihatkan rasa jijik ataupun takut kepada Maria. Sebaliknya, Sean membisikkan namanya perlahan di telinga Maria "Baiklah nona Haryanti, senang berkenalan denganmu." Sean tersenyum kepadanya setelah dia membisikkan kata-kata tersebut kepada Maria.

Maria kembali berjalan dengan wajah tersipu malu, sementara Sean mengikutinya di sampingnya. 'Sudah sangat lama sekali rasanya sejak seseorang memanggil nama asliku. Kurasa hal ini tidak terasa buruk sama sekali.' Beban dalam hati Maria sedikit demi sedikit terangkat, dan dia dapat menerima dirinya sebagai Maria kali ini.

Tanpa terasa, kedua sejoli tersebut sampai di perpustakaan koloni enam belas. Tidak ada perubahan pada penampilan perpustakaan tersebut dari luar. Maria berharap bahwa orang-orang yang mengurus perpustakaan itu tetap sama, yaitu teman-teman baiknya ditambah dengan penggantinya di perpustakaan tersebut, Lynn.

Ketika Maria beranjak masuk ke dalam perpustakaan tersebut, Daniel sedang berkutat dengan data yang harus dia urutkan dengan menggunakan komputernya. Lisbeth baru saja selesai melayani anggota koloni yang membutuhkan data di perpustakaan tersebut.

Tepat ketika Lisbeth melihat Maria datang di pintu masuk perpustakaan, Lisbeth berlari kepada Maria dan merangkul Maria erat-erat. "Maria…..!! Akhirnya kau keluar juga dari institusi terkutuk tersebut! Aku merindukanmu! Aku sangat merindukanmu!" Ujarnya dengan nada yang penuh perasaan gembira yang tidak terbendung.

Maria membalas pelukan Lisbeth dengan erat "Aku juga Beth. Aku sangat merindukanmu di institusi tersebut." Sean yang melihat Lisbeth dan Maria berpelukan segeram berdeham "Ahem, Maria belum keluar dari 'institusi terkutuk' itu. Lebih tepatnya kami mendapatkan cuti bersama di 'institusi' tersebut." Ujar Sean dengan penekanan setiap dia mengucapkan kata institusi tersebut.

Lisbeth melirik Sean sambil melepaskan pelukan Maria "Ah, Maria. Teganya kau membawa kekasih pejuangmu kesini." Ujar Lisbeth cemberut sambil menoleh ke arah Maria. "Kau tahu, aku belum mendapatkan kekasih baru sejak aku putus dengan pacarku ketika kau dikirim ke institusi para pejuang." Lisbeth melanjutkan perkataannya dan memperhatikan Sean dari dekat. "Kurasa kekasihmu ini tentu sangat perhatian padamu, hubunganmu dengannya tampak sangat langgeng." Lisbeth menggoda Maria dengan riang.

Wajah Sean nampak berubah menjadi kemerahan, sementara Maria mencoba memalingkan wajahnya ke arah lain ketika Lisbeth melemparkan candaannya. Lisbeth yang melihat reaksi mereka berdua sedikit merasa terkejut, karena Lisbeth mengetahui sebelum Maria pergi ke institusi, mereka masih berada dalam status pertemanan.

Sean menimpali perkataan Lisbeth mengenai hubungan antara Sean dan Maria "Kami… masih berada dalam tahap persahabatan." Wajah Sean mengatakan sebaliknya, seakan-akan dia mengatakan bahwa setidaknya Sean tidak merasa hubungannya dengan Maria hanyalah sebuah hubungan pertemanan yang baik.

"i-iya.. Kami hanya teman, Beth." Ujar Maria mengiyakan ucapan Sean kepada Lisbeth. Lisbeth melihat wajah Maria ketika mengucapkan hal tersebut bagaikan menanggapi perasaan Sean yang terlihat seperti buku yang terbuka. Dalam waktu sesaat, Lisbeth mengetahui dengan pasti keadaan hubungan mereka berdua. Lisbeth memutuskan untuk tidak menyinggung hal itu lebih lanjut.

"Ayo ikuti aku, kita memiliki banyak cerita yang dapat kita perbincangkan. Kebetulan perpustakaan masih sepi pada waktu ini, kau harus bercerita padaku Maria." Lisbeth membawa Maria ke arah Daniel yang sedang merapikan data-data di komputer.

Daniel melihat Maria datang mendekat ke meja administrasi perpustakaan. Dia segera melambai ketika Daniel menyadari bahwa orang yang datang itu adalah Maria "Hai Maria. Sudah lama tidak jumpa denganmu! Bagaimana kabarmu?" Daniel terlihat antusias melihat kedatangan Maria dan Sean ke perpustakaan tersebut.

"Aku baik-baik saja Daniel. Apa kabarmu? Bagaimana dengan penggantiku?" Maria tersenyum kepada Daniel seraya bertanya-tanya mengenai perkembangan personil yang ada pada perpustakaan tersebut. Daniel membalas pertanyaan Maria dengan segudang cerita.

Sean dan Maria menikmati percakapan mereka bersama Lisbeth dan Daniel di perpustakaan tersebut. Mereka bercerita mengenai keadaan Maria di institusi, keadaan Lisbeth dan Lynn di perpustakaan tersebut, betapa cekatannya Lynn, sampai dengan cerita mengenai keputusan institusi mengenai perjalanan ekspedisi bersama para ilmuwan kali ini.

Tanpa terasa, hari mulai malam dan mereka harus pamit dari perpustakaan tersebut. "Sampai jumpa lagi Beth! Kuharap aku akan mendapatkan tambahan cuti setelah ekspedisi ini selesai." Maria menyengir kepada Lisbeth dan Daniel. Sean tertawa kecil sambil menepuk pundak Maria "Kurasa dengan statusmu saat ini yang baru saja berubah menjadi pejuang kelas satu, tidak mungkin kau akan mendapatkan tambahan cuti."

Maria melirik Sean dengan ujung matanya "Kau tidak dapat memberikan aku ruang untuk berimajinasi. Jangan kau tanggapi dia Beth, Sean memang suka menggodaku!" Ujar Maria sambil bercanda kepada Lisbeth. Candaannya tersebut ditanggapi Lisbeth dengan santai "Baiklah, lain kali aku akan mengunjungimu bila kau pulang, agar kau tidak terus menerus dipermainkan oleh tuan Smith. Aku akan memastikan untuk mengganggu waktu kalian untuk berduaan!" Ujar Lisbeth sambil tertawa.