Sophia menyerang maju ke arah Maria sambil mengarahkan pedangnya ke arah bawah. Dia menggunakan perisainya untuk melindungi tubuhnya dari berbagai kemungkinan serangan yang dilakukan oleh Maria.
Maria segera mengambil kuda-kudanya dengan mengangkat perisai dan pedangnya bersamaan. Ketika Sophia mendekatinya, lengan Sophia mengayun ke belakang dan bersiap untuk menusuk Maria. Di luar perkiraan, Maria tidak maju untuk menyambut serangan Sophia, tetapi dia justru mundur dan melompat ke belakang tubuh Sophia.
Maria segera mengayunkan pedangnya ke arah Sophia. Sophia segera memutarkan tubuhnya dan menggunakan perisainya untuk memblokir ayunan pedang Maria. Maria terdorong mundur dan segera menutupi tubuhnya dengan perisai. Sesuai dengan perkiraannya, pedang Sophia mengayun ke arahnya dan diblok oleh perisai Maria.
Setelah serangan Sophia yang gagal, Maria segera membuka perisai yang menutupi tubuhnya. Maria segera maju dan melakukan serangan balasan dengan menggunakan gerakan menusuk berkali-kali, sebuah serangan yang biasanya dia lakukan dengan belati. Kecepatan Sophia dapat mengimbangi tusukan Maria, tidak ada satu tusukan pun yang mendarat ke tubuh Sophia.
Sophia menyengir pada Maria "Ha… kau benar-benar menggunakan semua kekuatanmu untuk latihan. Aku tidak dapat bersantai bila menghadapimu." Sophia kembali berlari menuju Maria dan menyiapkan kuda-kuda serangan. Ketika Maria mengangkat perisainya untuk bersiap memblokir serangan Sophia, Sophia memutarkan tubuhnya dan mengayunkan pedangnya dari sisi samping Maria yang memegang pedang.
Maria yang melihat hal tersebut segera mengangkat pedangnya untuk menghadang serangan yang dilakukan oleh Sophia. Namun demikian, tenaga Maria terpusat pada perisainya, sehingga serangan mendadak yang dilakukan Sophia tidak dapat diblok dengan sempurna. Maria terdorong ke belakang dan membuat dirinya harus bersalto untuk menyeimbangkan posturnya.
Pada saat itu juga, Sophia tidak membuang kesempatannya dan menghampiri Maria yang masih menyiapkan dirinya untuk serangan selanjutnya. Pedang Sophia mengayun kembali dari arah kanan Maria. 'Serangan yang lagi-lagi menyerang area pedang.' Pikir Maria sambil mengangkat pedangnya, kali ini dengan persiapan yang lebih mantap untuk menghadang pedang Sophia yang mengayun di dekat area samping tubuh Maria.
Clang!!! Pedang keduanya mengeluarkan bunyi yang tajam ketika berbenturan. Setelah Maria menghadang serangan pedang Sophia, dia segera mengayunkan perisainya untuk memukul Sophia dari arah samping. Sophia segera memasang perisainya di sisi samping kiri tubuhnya. BAM! Suara perisai saling menghantam terdengar di lapangan tersebut.
Sophia terpelanting ke arah samping karena hantaman perisai Maria, sedangkan Maria terjatuh ke posisi duduk karena dorongan perisai Sophia.
Sean dan Isaac yang sedang berlatih berhenti untuk sesaat dan tertawa kecil "Lihat apa yang mereka lakukan." Ujar Sean. Isaac menanggapi Sean sambil tertawa terkekeh bersama Sean "Keduanya tidak seperti sedang sparring, nampaknya mereka berdua menganggap ini sebuah kompetisi."
Berbeda dengan latihan yang dilakukan Maria dan Sophia, Sean dan Isaac berlatih untuk melakukan koordinasi terhadap gerakan satu sama lainnya. Mereka menggunakan sebuah boneka tiruan yang dapat menerima berbagai pukulan dan ayunan. Hal tersebut mencegah mereka menyerang dari sisi yang sama atau membuat pedang mereka beradu ketika mereka harus melakukan penyerangan.
Bertarung dengan menggunakan pedang dua tangan yang sebesar tubuh mereka bukanlah sebuah hal yang mudah dilakukan. Terutama ketika mereka harus memotong tubuh monster yang menjadi musuh mereka di keadaan yang sebenarnya. Apabila mereka tidak dapat memperkirakan besarnya jarak pedang rekan mereka, senjata mereka dapat beradu satu dengan yang lain dan membuat mereka terpental dari area serang monster. Hal itu akan membuat tenaga mereka terkuras karena dalam beberapa detik saja, monster yang mereka hadapi dapat melakukan serangan tidak terduga.
Berbeda dengan halnya dengan pejuang yang menggunakan pedang dua tangan, para pengguna perisai lebih banyak bertarung secara individual karena mereka dirancang untuk melindungi para pemburu biasa yang memiliki kemungkinan untuk diserang oleh monster dari berbagai sisi. Para pengguna perisai mengembangkan teknik bertarung mereka sendiri di luar formasi pertarungan melawan monster, dan itu merupakan sebuah hak istimewa para pengguna perisai.
Sean melihat Maria yang terdorong jatuh kembali untuk kedua kalinya karena hantaman perisai Sophia yang beradu dengan perisai Maria. Kali ini, Sophia tidak terdorong ke belakang. Sophia menusukkan pedangnya ke tanah untuk menahan dorongan perisai Maria, sehingga waktu yang diperlukan Sophia untuk kembali berdiri jauh lebih cepat daripada waktu yang dibutuhkan Maria untuk menyeimbangkan dirinya.
Sean tersenyum sambil memperhatikan pertarungan mereka 'Maria kalah lagi dari Sophia kali ini.' Isaac melirik Sean sambil tersenyum bersamanya. Nampaknya kedua sahabat tersebut memikirkan hal yang sama.
Dalam waktu beberapa detik, perisai Maria terpelanting ke udara dan pedang Sophia sudah berada di dekat leher Maria yang tidak bisa lagi berkutik dari serangan Sophia. "Kau kalah lagi." Ujar Sophia tersenyum bangga. Di sisi lain, Maria tertawa kelelahan. Keringat mengucur dari dahi keduanya, namun kedua wanita tersebut nampak sangat puas dengan hasil pertarungan mereka.
Sophia mengulurkan lengannya kepada Maria dan mengangkat tubuhnya dari lantai. "Terima kasih." Maria berdiri sambil mengibas-ngibas lengannya yang penuh dengan tanah pasir. "Kurasa, kau masih terlalu tangguh untukku saat ini." Ujar Maria sambil tersenyum.
Sophia tersenyum kepada Maria "Sejujurnya, dengan kecepatanmu belajar, aku sangat takut dikalahkan olehmu." Sophia sedikit terkekeh sambil berjalan bersama Maria untuk menaruh senjata mereka. Sean dan Isaac sudah menunggu mereka di dekat tempat senjata sambil bercakap-cakap satu sama lain.
"Kalian sudah kelelahan?" Tanya Sean kepada Sophia dan Maria. Sophia menjawab pertanyaan Sean "Kurasa aku akan menyudahi latihanku hari ini. Aku memiliki janji temu dengan Derrik setelah aku membersihkan diriku."
"Ah, kau akan pergi bersama Isaac kalau begitu?" Sean Mengangkat lengannya dan menaruhnya di pinggangnya. "Sebuah pembicaraan mengenai kelanjutan pejuang yang akan dikirim dari distrik dodo lagi?"
"Ya, kurasa hanya Sophia dan Abel yang menggunakan perisai di distrik dodo, sebelum adanya Maria tentu saja." Ujar Isaac menanggapi omongan Sean. "Ah, kurasa Abel tidak ikut kali ini benar?" Sean kembali bertanya kepada Isaac.
Isaac mengangguk kepada Sean "Kau mengobrol dengannya kemarin bukan?" Sean mentap Isaac untuk sesaat "Ya, tetapi obrolan itu tidak terlalu lama karena kau memanggilnya." Sean menghela nafas, 'Seandainya kau tidak datang, dia pasti dapat membantuku untuk membelikan hadiah ulang tahun untuk Maria. Abel satu-satunya orang yang mengoleksi buku di institusi ini rasanya.'
Sophia menatap mereka berdua dengan pandangan sedikit kesal, "Jadi, apakah kita dapat pergi sekarang Isaac? Kita sudah cukup telat untuk bertemu dengan Derrik. Aku tidak ingin diceramahi lagi olehnya." Isaac melirik Sophia sambil melihat arlojinya "Astaga, kita tampaknya terlalu banyak mengobrol. Sean, kurasa aku dan Sophia harus pergi sekarang. Sampai jumpa lagi." Isaac melambaikan tangannya kepada Sean dan Maria. Sophia mengikuti gerakan Isaac dan melambai kepada mereka berdua sebelum akhirnya mengekor Isaac di belakangnya.
Setelah mereka berdua pergi, Sean dan Maria saling berpandangan. Maria tampak sedikit canggung, namun dia berusaha menatap Sean seperti biasanya "Sepertinya aku akan pergi ke gym untuk kembali berlatih dan meningkatkan staminaku. Aku masih memiliki tenaga yang tersisa untuk itu."
Sean membalas tatapan Maria untuk beberapa saat, "Kurasa aku juga akan pergi kesana. Mau mencoba sparring bersamaku?" Maria menggeleng sambil tertawa kecil "Aku tak akan mampu mengalahkanmu saat ini biarpun aku mencobanya"
Setelah beberapa bulan tinggal di institusi tersebut, Maria baru mengetahui bahwa Sean adalah salah satu pejuang elit dalam institusi. Dia juga baru mengetahui bahwa satu-satunya alasan bahwa Sean tidak dapat naik tingkat untuk menjabat sebagai salah satu kepala departemen adalah karena dia tidak sungguh-sungguh diakui sebagai manusia di koloni oleh para petinggi di koloni enam belas.
Maria sebenarnya sangat menyayangkan hal itu, namun Sean nampaknya tidak keberatan sama sekali dengan posisi yang dipegangnya saat ini sebagai pejuang kelas satu. Sean tersenyum pada Maria ketika Maria mencoba menyatakan besarnya jarak antara kekuatan mereka berdua. "Kau terlalu berlebihan dalam menghargaiku. Kurasa kau dapat segera menyusulku bila kau rajin berlatih, kau cukup berbakat menurutku." Ujar Sean sambil memegang tangan Maria dan menuntunnya perlahan.
Maria selalu merasa canggung ketika Sean memegang tangannya sedemikian seakan mereka berdua adalah sepasang kekasih. Pada kenyataannya, keduanya tidak terikat dalam hubungan seperti itu dan semua orang mengetahui bahwa mereka hanyalah teman. Sikap Sean yang selalu manis kepada Maria terkadang membuat Maria salah tingkah dan dalam hati kecilnya. Maria berharap suatu hari apabila dia sudah dapat duduk setara dengan Sean, Maria dapat menyatakan kepada semua orang bahwa dia menyukai Sean sebagai dirinya dan bukan sebagai tiketnya untuk mendapatkan jalan pintas sebagai seorang pejuang.
Dalam perjalanan keduanya menuju ke area Gym, Maria dan Sean berbicara banyak mengenai pelatihan yang akan mereka terima sebulan ke depan untuk mengkoordinasi formasi mereka dalam menghadapi monster-monster yang mungkin mereka temui sepanjang ekspedisi. Tim yang akan dikirim ke dalam misi ekspedisi akan dibentuk sesuai dengan distrik mereka masing-masing, dan apabila ada kekurangan dalam jumlah personil, maka para pejuang dari dua distrik yang kurang akan dijadikan satu.
"Aku agak khawatir dengan ketidak hadiran Abel dalam ekspedisi kali ini. Dengan tidak adanya dirinya, kemungkinan besar para pejuang dari distrik dodo akan disatukan dengan pejuang dengan distrik lainnya." Sean berjalan berdampingan dengan Maria sambil menyatakan kekhawatirannya terhadap permasalahan ekspedisi.
"Memangnya, berapa jumlah minimum para pejuang yang akan di kirim dalam satu tim?" Tanya Maria kepada Sean. Sean menundukkan kepalanya dan memandang ke arah Maria "Enam. Minimal dibutuhkan enam orang per distrik untuk diakui sebagai satu tim utuh. Tim yang kurang dari enam dapat bergabung bersama sehingga jumlah mereka maksimal adalah sepuluh."
Tanpa terasa, Maria dan Sean sampai di area gym. Maria melepaskan tangannya dari genggaman Sean dan berkata "Aku akan masuk lebih dahulu dan bersiap-siap. Aku akan mengambil bagian dalam latihan kekuatan lengan dan pundak. Sampai jumpa." Maria membungkukkan badannya sedikit dan masuk ke dalam area gym.
"Sampai jumpa." Ujar Sean sambil melambaikan tangannya. Sean terdiam untuk beberapa waktu sambil melihat telapak tangannya yang masih merasakan kehangatan dari tangan kecil Maria yang baru saja dia genggam. Tak lama setelah Maria masuk, Sean kemudian segera ikut masuk ke dalam area gym dan memulai latihan yang dia butuhkan disana.