Chereads / Sebuah Perjalanan di Dunia Kai / Chapter 27 - Empat bulan Kemudian

Chapter 27 - Empat bulan Kemudian

Pagi itu, Maria berjalan ke arah kaca di kamarnya. Dia sudah siap dengan seragamnya yang berwarna perak, sebuah seragam yang dikenakan oleh seorang pejuang veteran kelas dua. Maria mengikat rambutnya ke belakang dan bersiap untuk pergi untuk mengikuti apel pagi.

Maria mengambil arlojinya dari atas meja di samping tempat tidurnya dan melihat arloji itu berisikan pesan dari Shimizu dan Claire bahwa mereka tidak akan mengikuti apel tersebut, karena apel tersebut hari ini hanya diperuntukkan bagi para pejuang veteran saja. Maria menatap pesan itu dengan perasaan kecewa.

Sesungguhnya, Maria tidak keberatan bila dia berteman bersama dengan para pejuang veteran lainnya, namun sayangnya para pejuang veteran kebanyakan adalah pria. Hal tersebut dikarenakan oleh kecepatan dan kekuatan pria jauh lebih tinggi daripada wanita secara fisik. Hal ini memang tidak dapat terelakkan.

Maria tidak mengerti mengapa para pejuang veteran pria tidak terlalu senang untuk berteman dengan para pejuang wanita. Adapun para pejuang veteran yang berteman akrab dengan Maria hanyalah Sophia dan Maribelle. Maribelle adalah seorang pengguna pedang dua tangan yang dia kenal ketika Maria baru diangkat menjadi seorang pejuang veteran dan dia adalah teman dari penguji Maria ketika ujian tembakan jarak jauh, Adlyn.

Pada akhirnya, Maria menggunakan arlojinya dan bersiap keluar dari kamarnya. Ketika itu, sebuah pesan datang dari Sean Smith. "Selamat pagi, Maria. Aku ingin menyampaikan bahwa hari ini kau duduk bersamaku dan sophia di barisan ke dua dari aula pejuang."

Maria melihat pesan itu dan membalas pesan tersebut dengan singkat. "Baiklah. Aku akan pergi kesana sekarang, sampai jumpa." Setiap kali Maria melihat pesan Sean, Perasaan Maria bagaikan kupu-kupu yang menari. Namun setiap kali hal itu terjadi, Maria berusaha menekan perasaannya untuk tetap melakukan profesionalitasnya sebagai seorang prajurit.

Maria keluar dari pintu kamarnya dan segera pergi ke aula para pejuang. Disana, Sophia terlihat duduk bersama Isaac dan Sean. Sean melambaikan tangannya kepada Maria seolah dia telah menunggu Maria datang ketika Maria datang ke pintu aula tersebut.

"Selamat pagi, Maria. Kami sudah menunggumu." Isaac mengangkat lengannya setelah Maria berada cukup dekat dengan kursi kosong yang telah disediakan untuknya. Maria membungkukkan badannya sedikit ke depan sambil mengucapkan salam kepada ketiga orang yang duduk di dekat kursinya. "Selamat pagi semuanya."

Sophia duduk di sebelah kiri Maria, sementara Sean dan Isaac berada di sebelah kanan Maria. "Apel pagi hari ini akan sangat menarik. Para pejuang veteran yang dapat menggunakan perisai dan pedang dua tangan dikumpulkan di sisi ini." Sophia menunjuk ke bagian area tempat duduk mereka dengan ibu jarinya. "Kurasa kita akan mendapatkan misi eksplorasi lagi segera. Hei Sean, kau seharusnya membocorkan apa yang mereka bicarakan pada meeting sebelumnya." Sophia sedikit mencondongkan tubuhnya untuk melihat Sean yang sedang menatap Maria.

"Ah… ya. Kurasa hal itu tidak diperlukan karena sebentar lagi mereka akan mengumumkan hasil pembicaraan dari meeting kemarin." Sean berusaha mengontrol ekspresi wajahnya yang terlihat sedikit memerah karena mencuri pandang ke arah Maria.

Isaac tersenyum kepada Sophia dan Sean. "Kurasa sebentar lagi acara apel paginya dimulai. Sebaiknya kalian berhenti mengobrol lagi, sebelum Derrik menegur kalian." Isaac menyilangkan kedua lengannya sambil bersandar di kursinya. "Dan kurasa diantara kita berempat, hanya kalian berdua yang tidak mengetahui agenda dari institusi pejuang." Mata Isaac mengisyaratkan bahwa hanya Sophia dan Maria yang tidak mengetahui hasil dari meeting yang lalu.

Sophia terlihat sedikit cemberut "Persahabatan antara tetangga sedistrik yang sangat indah sekali. Saking indahnya sampai kau tidak mau memberitahu kami." Ujar Sophia dengan setengah bercanda, sambil melirik Isaac dengan tatapan sedikit kesal. Sean hanya tertawa mendengar komentar Sophia terhadap omongan Isaac.

Tidak lama kemudian, Acara apel pagi segera dimulai. Derrik maju ke arah podium dan memulai pidato pembukaan pada apel pagi tersebut. Pidato yang dia sampaikan cukup singkat sebelum akhirnya sebuah sosok yang sangat dikenal oleh Maria maju ke arah podium.

Sosok tersebut adalah sosok seorang wanita Asia yang pendek dengan rambut hitamnya yang tidak sewarna dengan mata cokelatnya. Wanita tersebut tidak lain adalah Adel. Dia maju dengan langkahnya yang kekanakan tetapi penuh dengan percaya diri.

Untuk beberapa saat, Adel berhenti di dekat podium dan berbicara kepada para staff yang bertugas pada apel pagi tersebut. Seorang pejuang veteran yang cukup tinggi kemudian mengambil sebuah tangga untuknya sebelum akhirnya Adel membungkukkan badannya dan berterima kasih.

Adel menaiki tangga tersebut untuk meraih pengeras suara pada podiumnya. Maria yang duduk di sebelah Sean tertawa kecil melihat sikap Adel yang terlihat kikuk di atas podium tersebut. Untuk sesaat, Maria merasa sedikit penasaran ketika melihat podium tersebut. 'Mengapa dengan teknologi orang-orang di dunia ini, mereka masih menggunakan podium dengan pengeras suara primitif yang mirip dengan Mic untuk berpidato?' Pikir Maria sambil melihat tingkah Adel yang terlihat lucu ketika dia kesulitan membenarkan posisi mic-nya.

"Ahem, maafkan saya sebelumnya karena saya harus berusaha keras untuk menyesuaikan diri dengan tinggi kalian semua." Adel berdeham sambil menutup matanya untuk sesaat. Perkataannya tersebut disambut dengan tawa hadirin yang mengikuti apel pagi tersebut.

"Saya disini sebagai wakil dari perkumpulan para ilmuwan yang akan memimpin sebuah eksplorasi arkeologi ke area luar koloni enam belas." Ketika Adel memulai pidatonya, tawa dari seluruh hadirin segera berhenti. Air muka Adel yang terlihat kikuk kini berubah total menjadi serius. Dia mulai berbicara mengenai eksplorasi ke area koloni misterius yang diketemukan oleh Sean dan Maria.

"… Oleh sebab itu, kami para ilmuwan mengharapkan agar kami dapat mengetahui lebih lanjut mengenai keadaan dan kondisi koloni yang tidak diketahui ini." Adel berdiri dan memandang ke arah sekitar sebelum dia melanjutkan pembicaraannya. "Untuk itu, kami mengadakan sebuah misi eksplorasi untuk mengunjungi area yang dimaksud yang akan dicanangkan pada bulan depan. Dikarenakan misi ini berada di luar koloni dan merupakan area yang cukup berbahaya, kami mengajak para pejuang veteran yang dapat menggunakan senjata berat untuk ikut bersama kami." Adel menatap ke arah area duduk Sean dan Maria.

"… Kami sangat berharap bahwa anggota pejuang veteran yang tidak mengikuti eksplorasi ini dapat membantu untuk menjaga koloni keenam belas. Saya rasa pidato ini cukup sampai disini, untuk selanjutnya akan saya kembalikan kepada Tuan Brown." Adel membungkuk kepada para hadirin yang menyambut pidato Adel dengan tepuk tangan yang meriah.

Setelah apel pagi tersebut berakhir, Sophia mengangkat kedua lengannya dan membentangkan tubuhnya ke atas. "Aku merasa apel pagi hari ini cukup lama dibandingkan dengan biasanya. Arkeolog itu terlihat handal walaupun pada awalnya aku meragukan sikapnya."

Maria berjalan ke arah lapangan bersama ketiga rekannya tersebut. "Aku juga awalnya tidak percaya bahwa Adel adalah seorang Arkeolog dengan sikapnya yang kekanakan tersebut." Maria tertawa kecil mengingat pertemuan mereka yang pertama kali di area perburuan hampir setengah tahun yang lalu.

Sean berkata kepada Maria, "Kau tidak akan mundur dari misi ini kan? Ingatlah bahwa kau akan tetap pergi kesana walaupun bukan sebagai seorang pejuang." Sean memperlihatkan wajah memelasnya kepada Maria walaupun Isaac dan Sophia memperhatikan keduanya.

Sophia melirik Sean sambil berjalan "Begitu ya, kau meminta Maria untuk ikut denganmu sementara kami berdua sama sekali tidak kau tanyakan, huh?" Maria tertawa kecil kepada Sophia "Kau bisa saja Sophia. Kurasa mereka akan membutuhkan kami untuk mengetahui jalan menuju area tersebut dan seluk beluknya." Maria membalikkan kepalanya ke arah Sean "Tentu saja aku harus ikut pada misi tersebut walaupun kurasa aku tidak akan bisa banyak membantu dengan ketahanan tubuhku saat ini."

Sean terlihat memanggutkan kepalanya "Ya sebetulnya aku berharap kita memiliki waktu lebih banyak dari sekarang. Stamina Maria untuk bertarung saat ini memang sangat kurang untuk pertarungan yang cukup panjang."

Isaac menyengir kepada Sean "Kau tahu, kurasa Maria cukup bekerja keras untuk menaikkan staminanya sampai ke titik ini. Kebanyakan orang belum mampu untuk mengangkat perisai besar hanya dalam waktu empat bulan saja." Isaac menyampaikan kekagumannya atas latihan yang dilakukan oleh Maria. "Aku sungguh terkesan bahwa Maria dapat bergabung dan berlatih bersama kita hanya dalam waktu yang sesingkat itu."

Hanya dalam waktu empat bulan, Maria dapat mulai mengangkat pedang dua tangan yang sebesar tubuhnya itu. Bahkan untuk mengangkat sebuah pedang dan bertarung dengan baik membutuhkan waktu tiga bulan untuk standar para pejuang veteran. Sementara Maria dapat menjadi teman bertarung bagi Sean dan kawan-kawannya hanya dalam waktu sesingkat itu.

Maria datang ke lapangan berlatih dan berjalan menuju area persenjataan untuk memilih senjata yang akan dia pakai sekarang. Sudah satu bulan berjalan sejak dia mulai diajarkan untuk bertarung dengan menggunakan perisai besar oleh Sophia.

Gaya bertarung yang selama ini dipakai oleh Maria dalam bertarung dengan dua bilah belati tidak lagi dapat dipakai olehnya ketika dia mulai menggunakan perisai besar tersebut. Maria menemukan bahwa kecepatannya turun cukup signifikan ketika dia bertarung dengan perisai dibandingkan ketika dia bebas mengayunkan kedua belatinya.

Berbeda dengan ketika dia mengayunkan belatinya, penggunaan perisai membuat Maria dapat memblokir segala serangan dengan cara menghantam. 'Tak heran Sophia menggunakan kombinasi serangan antara menusuk dan mengayun. Penggunaan belati lebih mudah ketika dipakai untuk menusuk, namun dengan menggunakan pedang dan perisai…'

Sophia segera menempatkan dirinya di lapangan tersebut "Ayo Maria, aku menunggumu!" Ujar Sophia dengan penuh semangat. Maria mengangkat perisainya dan segera menghampiri Sophia ke lapangan. Dia segera menempatkan diri pada posisinya "Aku sudah siap!" Keduanya segera bersiap untuk memulai latihan dalam bertarung.