Chereads / Sebuah Perjalanan di Dunia Kai / Chapter 25 - Maria memulai Latihannya

Chapter 25 - Maria memulai Latihannya

Pagi itu, Claire dan Shimizu pergi ke tempat latihannya masing-masing. Mereka sudah memulai untuk berlatih sesuai dengan kelas mereka masing-masing. Maria sedang duduk menyiapkan barang-barang yang dia perlukan untuk pergi kembali ke gym dan melatih staminanya.

Ketika dia mengambil pita pelindung siku dan mengencangkannya pada siku lengan kirinya, arloji Maria bergetar. 'Siapakah yang menghubungiku pagi-pagi?' Maria mengecek arlojinya yang masih tergeletak di atas meja di sebelah tempat tidurnya.

Maria melihat sebuah pesan dari institusi pejuang. 'Apakah ini mengenai hasil ujianku?' Dia mengangkat arlojinya dan segera menekan tombol untuk membuka pesan tersebut dengan penuh rasa penasaran. Pesan dari institusi pejuang segera ditampilkan oleh arloji tersebut pada sebuah layar. Pesan itu berisi penempatan Maria di divisi petarung jarak dekat dan jarak jauh pada bagian eksplorasi.

Maria terkejut ketika melihat pesan tersebut. Hal itu disebabkan oleh penerimaan Maria pada dua divisi sekaligus. Normalnya, seorang pejuang hanya mendapatkan satu kelas saja. Selain itu, bagian eksplorasi termasuk ke dalam kategori pejuang veteran.

'Setelah membaca surat ini, kau dapat segera menghubungi bagian administrasi dan memulai latihanmu besok.' Demikian tulisan di akhir pesan tersebut. Maria terdiam sementara dan segera melepas semua perlengkapan yang sudah dia pakai untuk pergi ke gym. 'Aku tidak percaya ini, bagaimana caranya aku bisa berlatih di dua kelas sekaligus?' Hatinya merasa senang sekaligus cemas akan pelatihan yang akan dia terima nanti.

Maria menepis pikirannya dan segera pergi ke ruang administrasi yang terletak di dekat aula institusi. Dia bergegas melewati koridor institusi dengan penuh semangat. Ketika dia tiba di ruang penerimaan dan administrasi, Maria melihat Simon sedang membereskan dokumen-dokumen dari mesin komputer administrasi.

"Ah, Nona Anjali, ada apa datang kemari sepagi ini?" Tanya Simon kepada Maria. Maria tersenyum lebar kepadanya sambil berkata, "Pagi ini aku mendapatkan pesan dari institusi untuk masuk ke kelas petarung jarak dekat dan jarak jauh untuk bagian eksplorasi, dapatkah kau memeriksanya untukku Tuan Anderson?"

Simon sedikit terhenyak ketika mendengar Maria mendapatkan dua kelas sekaligus dan ditempatkan pada bagian eksplorasi yang notabene adalah pasukan yang tergolong elit. "Baiklah, aku akan segera memeriksa dokumen yang datang pada komputerku. Kau dapat menunggu sebentar selama aku mencarinya, oke?" Simon tersenyum kepada Maria sambil kemudian sibuk kembali dengan komputer yang ada di hadapannya.

Maria pergi ke kursi tunggu dan mengamati ruangan tersebut. Tuan Anderson sedang sibuk dengan komputernya, seorang staff administrasi lainnya duduk di sisi samping Simon untuk mengisi formulir sesuai dengan dokumen yang sudah diterima oleh Simon. Seorang staff administrasi sisanya menyiapkan dirinya untuk menerima tamu yang datang dari luar institusi.

Setelah beberapa saat, Simon segera memanggil Maria "Nona Anjali." Maria segera mendekati meja kerja Simon, "Bagaimana Tuan Anderson? Apa yang harus saya lakukan sekarang?"

Simon tersenyum kepada Maria dengan senyuman yang jauh lebih sopan daripada biasanya "Selamat, kau sudah terdaftar pada bagian eksplorasi. Jadwal kelasmu dapat kau lihat segera pada arlojimu dan untuk sekarang kau dapat pergi ke lapangan untuk bertemu dengan Tuan Smith."

Maria sedikit terhenyak ketika Tuan Anderson menyebut nama Sean, namun dia segera menjawab pernyataan Simon dengan sopan "Baiklah Tuan Anderson, terima kasih atas bantuanmu." Maria sedikit membungkuk padanya sebelum dia pergi dari tempat tersebut.

"Sama-sama. Sampai jumpa lagi." Tuan Anderson tersenyum sambil melambai kepada Maria yang berjalan menjauh. Setelah Maria pergi, Simon berkata kepada koleganya "Andre, nampaknya kita memiliki tambahan seorang pejuang veteran yang baru saja masuk." Andre menanggapi Simon "Wow, rekam jejaknya mengatakan bahwa dia seorang pejuang baru yang bisa mengimbangi Sophia Raptis. Kurasa anak ini berbakat." Andre nampak tertarik dengan data diri Maria yang menyatakan bahwa Maria adalah eks-pustakawati dengan kemampuan tembak dan bertarung yang cukup tinggi.

***

Maria tiba di lapangan hanya dalam waktu beberapa menit saja. 'Kecepatan lari manusia di planet Kai sangat berguna untuk mencegah mereka datang terlambat.' Maria mengingat bahwa dahulu kala ketika Amelia masih kecil, dia dibonceng oleh ayahnya untuk pergi ke sekolah menggunakan sebuah sekuter antik kakeknya yang dibeli tahun 1980. Maria tersenyum 'Seandainya dulu aku bisa berlari sekencang ini, tentu aku tidak akan terlambat terus menerus.' Dia sedikit terkekeh mengenang masa kecil Amelia.

"Apa yang kau pikirkan sambil terkekeh sendiri?" Sean menepuk pundak Maria sambil mengamatinya dari belakang. Maria sangat terkejut ketika tepukan itu mendarat di pundaknya, karena dia mengetahui bahwa tingkahnya itu konyol.

"A-ah… Sean… Maafkan aku. Aku hanya uh… Sedang mengingat sesuatu yang lucu." Jawab Maria kikuk. Wajahnya terlihat memerah sambil sedikit melirik Sean. "Aku tidak terlambat kan?"

Sean tertawa melihat tingkah Maria yang kikuk sekaligus terlihat imut di matanya "Ahahaha… Tentu saja. Bahkan menurutku kau datang terlalu pagi. Aku baru saja sampai disini." Sean kemudian tersenyum dengan lembut kepada Maria, "Kau baik-baik saja?" Dia menahan lengannya yang ingin membelai Maria.

Maria memalingkan mukanya dari tatapan Sean. "Ah ya, terima kasih atas perhatianmu. Menurut staff administrasi, aku disini untuk berlatih bersama denganmu." Maria melirik kembali ke arah Sean "Apakah menurutmu aku harus memanggilmu senior?"

Sean kembali tertawa kecil "Tidak perlu. Panggil saja aku seperti biasanya, aku lebih nyaman apabila kau memanggilku dengan namaku." Sean berjalan di depan Maria sambil melanjutkan perkataannya "Ayo kita pergi bersama-sama ke lapangan."

Sean berbalik dan menggenggam tangan Maria dengan lembut, sambil berjalan seperti seorang kekasih. Maria yang merasa bingung dengan sikap Sean tidak menolak genggaman tangan tersebut, mengikuti Sean menuju lapangan.

Lapangan yang dipakai menjadi tempat ujian percobaan bagi para pejuang baru nampak jauh lebih besar ketika Maria dan Sean tiba di tempat tersebut. 'Tentu saja, tempat ini asalnya dibagi menjadi tiga bagian dan sekarang lapangan ini terlihat sangat luas sekali.' Mata Maria memandang ke ujung seberang lapangan yang berbentuk oval. 'Nampaknya aku dapat berlari berputar putar disini sampai aku kelelahan.'

Sean melirik Maria, "Kurasa saat ini belum ada para pejuang yang berlatih disini. Apakah kau mau mencoba bertarung denganku?" Sean tersenyum kepada Maria. Rambut pirangnya terlihat keperakan karena tersinari matahari, wajahnya terlihat berkilau dengan senyum tersebut di mata Maria.

Maria menjawab sambil sedikit tergagap, "U-uhm… Kurasa sebaiknya demikian…" Ia melihat ke arah lantai lapangan sambil berusaha menghindari tatapan Sean. Jantungnya berdegup kencang setiap ia melihat Sean tersenyum padanya.

"Baiklah, ayo kita mulai." Sean membawa Maria ke pojok lapangan dimana senjata-senjata para pejuang diletakkan. "Di sini kita akan berlatih menggunakan berbagai jenis senjata untuk bertarung, tidak seperti di gym yang mana kita berlatih tanpa senjata. Tujuannya adalah agar kita mengasah kemampuan dan keterampilan kita dalam menggunakan senjata spesialisasi kita." Sean menjelaskan sambil mengambil senjata yang dipakainya pada ujian percobaan, sebuah pedang panjang dan sebilah pedang pendek yang mirip dengan belati. "Kau dapat memilih senjata yang kau inginkan untuk sparring. Kau tidak perlu khawatir melukai orang lain disini, karena senjata yang kita pakai disini hanya senjata senjata yang tumpul dengan berat dan bentuk yang sesuai dengan senjata yang kita gunakan nanti."

Maria terlihat kebingungan setiap Sean menggunakan dua buah pedang. "Bukankah kau menggunakan pedang dua tangan yang sangat besar pada saat perburuan? Mengapa kau menggunakan dua pedang selama pertarungan di lapangan?" Maria bertanya kepada Sean.

Sean menatap pedang di tangannya. "Hahaha, para pejuang veteran kelas satu adalah para pejuang yang menggunakan pedang dua tangan atau perisai besar. Hal ini disebabkan mereka adalah para pejuang yang akan pergi memburu monster-monster besar yang harus dipotong dengan pisau yang besar untuk memotong titik-titik vital tersebut."

Sean memberikan isyarat pada Maria untuk memilih pedang yang akan dia gunakan untuk berlatih dengan Sean. "Pedang-pedang kecil ini biasanya dipakai untuk berlatih mengayun dan mengembangkan teknik dakan bertarung. Adapun kegunaannya dipakai untuk bertarung melawan bangsa-bangsa lain yang seukuran dengan kita, seperti manusia klon dan manusia burung yang terkadang menyerang koloni selama para pejuang eksplorasi keluar dari koloni."

Maria mengambil dua buah belati besar yang dipakainya selama ujian percobaan berlangsung. "Kurasa aku akan tetap menggunakan dua buah belati. Aku tak sanggup untuk mengangkat pedang-pedang besar." Maria menyematkan kedua belati tersebut pada sarungnya dan meletakkan keduanya di setiap sisi pinggangnya.

"Aku sudah siap." Ujar Maria sambil mengambil posisi di tengah lapangan. Sean maju ke arah lapangan dan mengambil posisinya. "Kapanpun kau inginkan." Sean segera menyiapkan kuda-kudanya di posisi tersebut.

"Baiklah, aku akan memulai." Maria tersenyum dengan penuh semangat dan mengeluarkan kedua belatinya. Tanpa membuang waktunya, Maria berlari ke arah Sean dan segera mengayunkan kedua belatinya sebagai pembukaan serangannya.

Sean menyambut serangan Maria dengan menahan belati itu dengan kedua pedangnya. Dalam hitungan sepersekian detik, Sean mengayunkan pedangnya ke arah atas sehingga belati Maria terdorong dan Sean mundur ke belakang. Sean mengayunkan pedang panjang di tangan kanannya ke arah Maria.

Maria menunduk ke arah bawah dan berputar untuk mengayunkan belatinya ke arah Sean. Sean segera menghindari belati tersebut dengan cara bersalto ke belakang. Mata Sean berbinar ketika Sean mengarahkan pedangnya ke bawah dan mengayunkannya ke atas untuk menyerang Maria.

Maria menahan serangan pedang Sean dengan kedua belatinya dan terdorong ke belakang. Sean yang memanfaatkan keadaan itu, dengan gesit membantingkan kakinya ke arah kaki Maria. Maria segera bersalto ke arah samping dan menghindari tendangan Sean.

Ketika Maria berbalik ke arah Sean, Sean sudah berada di belakang Maria sambil mengarahkan pedang kecilnya di dekat leher Maria. "Game Over…" Ujar Sean kepadanya sambil menyeringai. Maria segera menjatuhkan belatinya "Aku mengakui kekalahanku."

Sean tersenyum kepadanya "Sebuah pertarungan yang menarik. Kau berbakat dalam bertarung seperti ini." Dia terdiam sebentar sambil melihat kedua lengan Maria. "Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, nampaknya kau harus lebih banyak melatih stamina dan otot lenganmu. Kalau kau dapat mengimbangi kekuatan dorongan yang baru saja aku lakukan dengan pedangku, mungkin kau tidak akan kalah secepat ini." Sean menyarungkan pedangnya dan membawanya kembali ke pojok lapangan.

Maria mengambil kedua belatinya sambil menatap Sean, "Apakah kita mengakhiri sesi pertarungan kita sekarang?"

Sean menaruh kedua pedangnya ke tempatnya semula. "Kurasa demikian. Untuk sesi pertarungan jarak dekat, kurasa kau sebaiknya berlatih membangun staminamu dan otot lenganmu di gym. Setelah ini mungkin kau dapat mencari Tuan Barion di lantai empat, untuk berbicara mengenai kelas menembak jarak jauh." Ketika Sean menyebutkan nama Tuan Barion, Maria melihat raut wajah Sean terlihat kompleks untuk beberapa saat.

"Baiklah, aku akan segera kesana." Ujar Maria kepada Sean. Sean memegang lengan Maria untuk sesaat, lalu terdiam dan melepaskannya. Pada akhirnya Sean berkata "Baiklah, jangan lupa berlatih di gym setelah kau selesai berlatih dengan Grey."

Maria berpamitan kepada Sean dan segera menuju ke ruangan Tuan Barion. 'Grey… mungkin itu adalah nama depan dari Tuan Barion' Pikir Maria sambil berjalan. Ketika Maria sampai ke lantai empat di institusi para pejuang, Maria berhenti di depan peta yang terletak di dekat tangga dari lantai tiga. Dia segera mencari letak ruangan Tuan Barion pada peta tersebut dan pergi ke ruangannya.