Malam itu, para pejuang baru berkumpul di kafetaria. Mereka melihat hasil tes mereka yang dilakukan pada siang tersebut. Claire dan Shimizu duduk bersama Maria.
"Nampaknya aku dapat mengikuti pelatihan jarak dekat untuk menjadi penjaga koloni." Claire menyeruput teh lumutnya dan menaruh cangkirnya di meja. Shimizu yang berada diseberang Claire menanggapi omongannya "Ah, kalau begitu kita akan sering bertemu. Aku akan berlatih di pusat medis dan institusi pejuang untuk menjadi staff medis bagi para pejuang di koloni."
Claire melirik Maria yang sedang menatap cangkirnya sambil terdiam "Bagaimana denganmu, Maria? Dimanakah kau akan ditempatkan?" Maria terkejut ketika Claire bertanya kepadanya, namun dia segera menjawab "Kurasa aku belum tahu, aku belum mendapatkan hasil apapun." Ujar Maria sambil tersenyum khawatir.
'Kupikir mereka mengatakan bahwa hasil ujianku tergolong baik, namun mengapa tidak ada kabar untukku sama sekali?' Maria bertanya-tanya dalam hati. Claire tersenyum sambil menepuk punggung Maria "Kau tak usah khawatir, sejelek-jeleknya hasilmu, para pejuang baru yang tidak berbakat sama sekali pun dapat membantu para penjaga koloni di pintu gerbang koloni. Kurasa mereka tidak memerlukan bakat apapun untuk menjadi penjaga pintu gerbang."
Shimizu memiringkan wajahnya sambil berpikir "Kurasa tidak mungkin, aku yakin para pejuang veteran mengatakan bahwa hasil ujian Maria sangat baik dibandingkan para pejuang baru. Mungkin saja mereka kesulitan untuk menempatkanmu karena keahlianmu, Maria." Shimizu kemudian menatap Maria untuk beberapa saat, kemudian dia tersenyum "Kurasa kau sungguh tidak perlu khawatir mengenai hal itu."
Maria mengangguk dan tersenyum lega ketika mendengar pendapat kedua temannya tersebut. Setidaknya, dia tidak berharap untuk keluar dari Institusi para pejuang ketika dia baru saja dapat masuk dengan rekomendasi dari Sean, yang baru ia ketahui belakangan.
Maria kemudian mengingat perkataan Sean mengenai staminanya. Suara Sean kembali terngiang di telinganya 'Apabila staminamu lebih baik dari ini, mungkin kau dapat memenangkan pertarungan ini, sayang sekali.' Maria mengecek kembali arlojinya 'Kurasa, aku perlu meningkatkan staminaku sementara ini, selama belum ada panggilan untukku.'
Maria berdiri dari kursi kafetaria dan pamit kepada teman-temannya, "Kurasa aku akan pergi terlebih dahulu ke gym untuk berlatih fisik sementara waktu. Itu akan membuatku lebih tenang."
Claire mendongak dan menatap Maria "Kurasa itu ide bagus, kau dapat meningkatkan kesehatan dan kemampuanmu disana. Kurasa aku juga akan menyusulmu sebentar lagi." Shimizu dan Claire melambaikan tangannya kepada Maria ketika dia pergi ke ruang gym yang berada di sebelah lapangan pengujian kemarin.
Maria meninggalkan kafetaria dan pergi mempersiapkan dirinya untuk pergi ke ruangan gym. Dia mengambil handuk dan perlengkapan pelindung untuk tangan dan kakinya. Ia merekatkan pita-pita yang bertombol pada kedua pergelangan tangan dan kakinya, lalu merekatkan pita-pita lainnya pada kedua siku tangan dan kakinya. 'Kurasa aku sudah siap.'
Maria meninggalkan kamarnya dan berjalan ke arah gym. Di luar perkiraannya, gym yang disebutkan oleh para pejuang ternyata jauh lebih besar daripada imajinasinya. Luasnya hampir setengah dari lapangan pengujian yang dipakai beberapa hari yang lalu.
Para pejuang terlihat sedang mengangkat beban, beberapa terlihat berlari pada sejenis mesin thread mill, dan yang lainnya menggunakan peralatan untuk mengayunkan pedang dua tangan. Maria menghitung jumlah para pejuang yang berada pada gym tersebut 'Nampaknya para pejuang yang ada disini tidak terlalu banyak. Apakah karena sebagian bekerja?'
Seorang pria dengan perawakan yang cukup pendek dengan mata dan rambut hitam melambai padanya, "Hey, Maria." Dia berlari ke arah Maria. Dari dekat Maria mengenali pria tersebut, Kim Byul. "Selamat siang senior Kim." Maria mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan.
Kim tertawa kepada Maria "Kau sangat formal sekali." Dia menepuk pundak Maria dengan bersemangat "Aku melihatmu bertarung melawan Sophia waktu pengujian, kau cukup hebat nampaknya. Kau disini untuk melatih staminamu?" Tanya Kim kepada Maria.
Maria mengangguk, "Ya. Sean mengatakan bahwa staminaku sangat kurang sekali hari itu. Jadi kupikir aku kesini untuk melatihnya, sementara aku belum ditugaskan pada divisi manapun."
Kim terlihat terkejut untuk sesaat, namun dia segera tertawa kecil "Nampaknya Tuan Brown dan Tersoo sedang memperebutkanmu saat ini." Kim menatap Maria dengan senyum "Pilihanmu sudah benar, Maria. Lebih baik kau melatih staminamu daripada memikirkan kedua pak tua itu memperebutkanmu."
Maria terlihat kebingungan dengan perkataan Kim mengenai 'memperebutkan' dirinya. "Apa maksudmu dengan memperebutkan?"
Kim Byul memandu Maria menuju thread mill, "Istitusi para pejuang memiliki dua divisi besar yang dipimpin oleh ketua dan wakil ketua institusi." Kim menunjukkan Maria untuk mengoperasikan mesin tersebut sambil melanjutkan kalimatnya, "Kita tidak memiliki dua pemimpin, namun ketua dan wakil ketua para pejuang memimpin divisi yang berbeda, dimana ketua memimpin eksplorasi dan melindungi koloni ketika dibutuhkan untuk keluar ke daerah berbahaya, dan wakil ketua kita menjaga area koloni agar tetap aman."
Maria menaiki mesin tersebut dan mulai berlari pada kecepatan yang telah diatur oleh Kim Byul. "Kudengar bahwa para pejuang yang tinggal di koloni ada yang menangani medis, namun aku tidak melihat pejuang yang menangani masalah medis pada area eksplorasi." Maria tampak sedikit penasaran dengan adanya staff medis untuk para pejuang dan perbedaannya dengan staff medis biasa.
Kim byul kemudian menjelaskan pada Maria bahwa petugas medis biasa hanya dapat mengoperasikan mesin penyembuhan saja, sementara untuk menjadi staff medis para pejuang, mereka dibekali dengan berbagai cara pertolongan pertama dan penanganan keselamatan tanpa adanya mesin penyembuhan yang memadai. Hal tersebut diperlukan agar para petugas medis di koloni tersebut dapat menyelamatkan para pejuang apabila ada masalah yang timbul.
"Kudengar, pekerjaanmu sebelumnya adalah pustakawati. Benarkah itu?" Tanya Kim kepada Maria. Maria mengangguk dan mengiyakan pertanyaan Kim. Kim kemudian memangku tangannya "Kau tentu tahu beberapa peristiwa yang terjadi pada sejarah koloni ini bukan? Mengenai pertarungan koloni ini dengan monster-monster yang melakukan transmigrasi, perselisihan dengan para klon, dan pertarungan dengan para manusia burung?"
Maria menghentikan mesin threadmill-nya. "Kurasa aku belum membaca semua hal yang ada pada perpustakaan tersebut. Ada apa dengan pertarungan tersebut?" Maria mengambil handuknya dan menyeka wajahnya.
Kim memiringkan kepalanya sedikit "Apabila kau perhatikan dalam sejarah tersebut, para petugas medis dari institusi pejuang memegang perang yang cukup penting dalam keselamatan para pejuang yang maju di garis depan. Apakah kau tertarik?" Kim nampak antusias ketika dia mengajak Maria untuk menjadi staff medis tersebut.
"Kurasa aku hanya sedikit penasaran dengan para staff medis di institusi ini." Maria menyengir sedikit "Tidak ada maksud lainnya."
Kim terlihat sedikit kecewa, namun dia segera terlihat ceria kembali "Apabila kau ikut menjadi petugas medis, Xiao ling tentu akan sangat senang mendapatkan junior sepertimu. Ah, tapi Sean tentu akan kecewa dengan hal itu." Kim tertawa kecil dan menepuk kembali pundak Maria, "Aku akan pergi berjalan-jalan ke luar institusi. Ah, para pejuang baru tidak boleh keluar dari institusi tanpa izin dari para pejuang veteran, jadi kau sebaiknya tetap berada di dalam lingkungan ini, oke?" Kim tersenyum sambil menunjuk kepada Maria sebelum dia pergi dari ruangan gym.
Setelah Kim pergi, Maria kemudian mencoba melatih mengayunkan pedang dua tangan. 'Mengapa mereka hanya menyediakan pedang dua tangan di tempat ini?' Ia mencoba mengangkat pedang tersebut, dan hasilnya nihil. 'Pedang ini berat sekali. Jangankan untuk mengayunkannya, kurasa untuk mengangkatnya pun aku perlu melatih ototku terlebih dahulu.'
Maria menaruh kembali pedang tersebut ke tempatnya dan pergi ke arah peralatan untuk mengangkat beban. Ia kemudian mengambil pemberat yang dapat dia pakai untuk kemudian berlatih menggunakan kayu latihan Mok Yan Jung.
Memukul, menendang, dan menghadang pada kayu latihan tersebut dengan menggunakan pemberat pada kedua lengan dan kakinya cukup membuat Maria kelelahan hanya dalam waktu singkat. Pada waktu Maria beristirahat, dia melihat Claire di pintu gerbang gym dan segera berlari ke arahnya.
"Wow, kau terlihat mandi keringat." Claire menaruh kedua lengannya di pinggang. "Nampaknya kau benar-benar berlatih habis-habisan."
Claire kemudian berjalan bersama Maria ke arah threadmill dan berkata, "Apakah kau masih memiliki tenaga untuk sedikit sparring denganku? Kita dapat melakukannya setelah kau beristirahat sementara aku melakukan pemanasan."
Maria menyandarkan dirinya ke dinding sambil mendongak ke arah Claire "Tentu saja. Kurasa aku dapat menemanimu sparring apabila aku beristirahat sekarang." Maria membuka arlojinya dan mengambil tempat minum dari arlojinya.
"Tenang saja aku tidak akan lama" Ujar Claire kepada maria sembari berlari pada threadmill yang sudah ia nyalakan. Claire nampak berlari dengan cepat dan tenang. Berbeda dengan Maria yang dapat berlari sangat cepat namun cepat kelelahan, Claire terlihat lebih stabil dalam berlari.
Setelah Claire selesai berlari, keduanya pergi ke arena gym. Disana terlihat beberapa pejuang sedang bertarung satu sama lain dengan tangan kosong. Terlepas dari semua senjata yang mereka gunakan, para pejuang veteran memiliki gaya tarung yang sangat unik satu sama lain. Mereka pun terlihat sangat terampil dalam pertarungan di arena. Semua pejuang terlihat saling menghindar satu sama lain dan memblok serangan demi serangan sambil membalas satu sama lain.
Maria terkesima melihat cara para pejuang tersebut bertarung. Pertarungan mereka dengan tangan kosong tentunya sangat berbeda dengan pertarungan para kowad ketika dia menjadi Amelia dulu. Ketika para Kowad bertarung, mereka menggunakan kekuatan serangan dan tenaga.
Sementara para pejuang yang bertarung di arena mengandalkan kecepatan disamping kekuatan mereka. Pukulan dan tendangan mereka tampak jauh lebih tangkas namun dengan kecepatan secepat itu, tenaga mereka lebih terfokus pada hantaman dari setiap serangan.
Claire melihat Maria yang sedang berkonsentrasi melihat pertarungan para pejuang veteran menepuk punggungnya "Maria, ayo! Jangan bengong saja." Claire mengaitkan tangannya pada Maria dan membawanya ke arah arena pertarungan yang kosong.
Claire nampak bersemangat untuk menantang Maria untuk bertarung jarak dekat. Dia segera mengajak Maria memasuki arena tarung dan segera berdiri pada posisinya. "Mari kita mulai!" Claire segera memasang kuda-kuda ketika Maria sudah berada di posisinya.
Maria terlihat menyeringai kepada Claire sambil melakukan ancang-ancang untuk menyerang. "Baiklah, kau siap?" Seru Maria sambil tersenyum lebar. Maria segera berlari ke arah Claire dan mengayunkan lengannya ke arah leher Claire.
Claire nampak terkejut, namun dia segera menggunakan lengan kirinya untuk menghadang serangan tersebut. Claire segera berusaha menyerang balik dan menggunakan lengan kanannya untuk menonjok Maria. Dalam sepersekian detik, Maria menundukkan badannya dan segera menendangkan kakinya ke arah kaki Claire.
Claire yang melihat hal itu segera mundur ke belakang dengan panik. "Ha, kau benar-benar sesuatu!" Baru saja Claire berseru sambil menghindar, Maria sudah memutarkan tubuhnya untuk memanfaatkan torsi tubuhnya dalam menyerang. Saat itu juga, Claire yang berusaha memblok serangan Maria segera terbanting ke samping dan berguling di lantai.
Claire memandang ke atas sambil terengah-engah. "Sekarang aku mengerti mengapa Nona Raptis terlihat kesulitan dalam bertarung denganmu." Claire tampak puas sambil memandang ke arah Maria sambil terkekeh. "Kau sangat cepat sekali."
Maria menopang tubuhnya pada lutut, ia terlihat terengah-engah. "Yah, tapi kurasa aku sudah pada batasku." Maria segera terduduk dan wajahnya terlihat pucat pasi. "Kurasa kau cukup cepat untuk menghadang semua seranganku…" Maria ikut terkekeh bersama Claire.