Pada awalnya, Maria berpikir bahwa acara pemanduan para Pejuang baru adalah acara dimana para pejuang veteran akan mengenalkan para pejuang baru mengenai struktur bangunan yang ada pada institusi para pejuang baru. Namun ternyata dugaan Maria tidak seratus persen benar.
Maria terduduk bersama Shimizu dan Claire di barisan ketiga di pinggir lapangan. Lapangan di institusi para pejuang itu sedang dibagi menjadi beberapa bagian: bagian pertolongan pertama, bagian tembakan jarak jauh, dan bagian pertarungan jarak dekat.
Rupanya pemanduan yang dimaksud oleh institusi para pejuang adalah pemanduan penempatan para pejuang baru di divisi yang berbeda-beda. Sean terlihat sedang bertarung dengan salah satu pejuang baru di bagian pertarungan jarak dekat.
Sean terlihat memegang dua buah pedang: tangan kanannya memegang sebuah pedang panjang, dan tangan kirinya memegang sebuah pedang yang cukup pendek mendekati panjang dari sebuah belati. Keterampilannya menggunakan kedua pedang itu sungguh terlihat luar biasa.
Maria dapat melihatnya bertarung dengan sangat leluasa dengan kedua pedang tersebut. Lawannya yang menggunakan belati menusuk berkali-kali ke arahnya dengan cepat, namun tidak ada satu pun tusukan itu mengenai dirinya. Ketika lawannya memutuskan untuk mengayunkan belatinya dari samping, Sean menghindar ke bawah dan menggunakan tinjunya untuk memukul perut lawan. Seketika itu juga, lawannya jatuh tersungkur dan pedang di tangan kanan Sean sudah melekat di dekat lehernya.
"Berikutnya!" Sean berteriak kepada pejuang baru yang sedang menunggu giliran mereka. Maria memperhatikan gerakan Sean yang sangat efektif dalam menghindar dan menyerang, tidak heran bahwa dirinya tidak terlihat kelelahan sama sekali setelah beberapa kali pertarungan dengan para pejuang yang baru.
Sebelum pertarungan selanjutnya dimulai, Sean melirik ke arah Maria. Maria yang melihat mata Sean yang memperhatikan dirinya segera menundukkan kepalanya untuk menghindari tatapannya. Maria masih belum dapat melupakan peristiwa tadi pagi dan jantungnya masih terus berdegup setiap kali ia mengingat belaian Sean yang penuh dengan kelembutan.
"Selanjutnya Maria Anjali, Nomor Identitas ENIM-03062445N006." Seorang pejuang wanita yang berpakaian jas laboratorium memanggilnya. Claire menepuk paha Maria "Maria, nampaknya sudah giliranmu untuk mengikuti ujian penempatan." Maria segera mengangguk pada Claire dan berdiri dari tempat duduknya.
Maria mendekati lapangan di bagian paling kiri dan memulai ujiannya mengenai pengetahuan biologi manusia dan pertolongan pertama yang harus dilakukan ketika terjadi masalah dalam perburuan.
Pengetahuan Amelia nampaknya sangat menolong Maria untuk melakukan hal tersebut, karena Amelia pernah melakukan banyak sekali pertolongan pertama pada beberapa misi yang telah dia lakukan. Hal tersebut membuat Maria dapat menjahit luka, menggunakan perban dengan baik, dan merespon dengan baik pada setiap keadaan darurat.
Pengalaman Maria ketika mereka berada dalam perburuan pertama Maria juga sangat membantunya untuk mengindentifikasi barang-barang yang ada dalam kotak pertolongan pertama beserta penggunaannya masing-masing. Hal-hal tersebut tentunya membuat Maria cukup superior dalam pengetahuan untuk menolong orang lain yang berada dalam kondisi darurat.
Selain itu, pengalaman Maria bersama Sean ketika mereka berada di koloni yang misterius memberikan kontribusi bagi Maria. Dia dapat mengoperasikan fungsi-fungsi dasar dari mesin penyembuhan dengan cukup baik, dan hal itu berasal dari pengalamannya menggunakan mesin penyembuhan untuk menyembuhkan luka-luka Sean pada waktu itu.
Mata pejuang yang menguji Maria dalam hal pertolongan pertama terlihat berbinar dengan semua tanggapan Maria dalam berbagai situasi darurat. Pejuang wanita tersebut mendekatkan arlojinya pada Maria dan memberikan hasil penilaian untuk Maria dengan nilai kelulusan yang memuaskan untuk seorang pejuang pemula. "Kau dapat melanjutkan tesmu ke sebelah kanan."
Pengujian selanjutnya adalah menembak jitu. Hal yang menjadi spesialisasi Amelia sepanjang hidupnya. Tentu saja dengan keterampilan Maria yang memiliki pengalaman Amelia, menembak jitu hanyalah sebuah hal yang sangat biasa baginya.
Setiap tembakan yang dilepaskan Maria melesat dan tepat mengenai sasaran yang dia inginkan. Bahkan ketika sasaran tersebut bergerak perlahan, Maria masih dapat mengenainya, walaupun dengan menggunakan busur silang yang dapat dikatakan kualitasnya tidak dapat menyamai sebuah senapan yang memang dibuat untuk menembak jitu.
Pejuang yang menguji Maria dalam menembak jauh mendecak kagum melihat keterampilan Maria dalam menembak jitu. Pejuang itu melihat hasil tes Maria dalam bidang medis dan tertawa kecil sambil mengisi hasil tes Maria dalam menembak jitu. "Sekarang aku percaya perkataan Sean" Pejuang itu menonjok pundak Maria perlahan. "Kau hebat dalam menembak, seharusnya kau masuk dalam divisiku untuk menjaga koloni ini saja."
"Ah, terima kasih atas pujiannya." Maria melihat pejuang itu dengan senyum kecil. Pejuang tersebut menyeringai, kemudian menggunakan ibu jarinya untuk menunjuk ke arah Sean. "Tinggal tes terakhir. Aku yakin kau akan melakukannya dengan baik." Maria menundukkan badannya sedikit untuk memberikan hormat kepada pejuang tersebut sebelum berjalan ke arah tesnya yang terakhir.
Disana Maria melihat Sean sedang terduduk di samping lapangan. Sean terlihat kikuk namun dia mengangkat tangannya dan melambai rendah pada Maria. "Giliranmu?" Tanyanya perlahan. Maria mengangguk kecil sambil berusaha keras mengontrol ekspresi wajahnya untuk tetap memandang Sean tanpa tersipu.
Sophia datang dari belakang dan menepuk pundak Sean. "Kurasa untuk kali ini, aku yang harus menjadi pengujinya. Kau tak keberatan kan, Maria?" Sophia menatap Maria dengan senyum penuh percaya diri di belakang Sean.
Maria mengangguk kepada Sophia "Kapanpun kau menginginkannya." Sophia tertawa puas pada tanggapan Maria. "Tentu saja, kau dapat mengambil senjata yang kau inginkan di pojok sana" Sophia menunjuk ke arah pojok lapangan yang berisikan senjata-senjata yang tersusun rapi.
Sophia berjalan bersamanya dan mengambil senjata yang biasa dia pakai dalam perburuan. Sophia mengambil sebuah pedang satu tangan yang cukup panjang, lalu mengangkat perisai yang cukup besar dengan tangannya yang lain. "Kurasa aku akan tetap menggunakan senjataku yang sudah biasa kupakai. Kau dapat memilih senjatamu terlebih dahulu dan kita akan memulai pertarungan setelah kau siap." Sophia menepuk pundak Maria dan berjalan ke arah lapangan pengujian.
Maria memilah-milah senjata yang akan dia gunakan untuk pertarungan. Dia mencoba menggunakan pedang besar yang digunakan oleh Sean dan Isaac dalam perburuan yang lalu. Ketika dia mengangkat pedang tersebut, Maria merasakan sebuah tekanan besar yang disebabkan oleh berat pedang tersebut 'Sean dan Isaac menggunakan senjata seberat ini dalam bertarung? Kurasa otot Maria sungguh sangat tidak terlatih, aku tak mungkin menggunakan senjata ini untuk sementara.'
Maria melihat kembali senjata-senjata yang dapat dia pakai. 'Tombak. Toya besi. Pedang satu tangan. Perisai besar.' Maria mencoba senjata itu satu persatu dan nampaknya satu-satunya senjata yang dapat dia gunakan dengan ototnya saat ini hanyalah belati damaskus yang mirip dengan apa yang dia pakai selama perburuan sebelumnya.
Maria mengambil dua buah belati dari susunan senjata tersebut dan menyelipkan keduanya dengan ikat pinggang di pinggangnya. Maria kemudian mengambil posisi di lapangan pengujian. Sophia nampak tersenyum padanya sambil menopang dirinya menggunakan perisai besarnya.
Sejujurnya, Maria merasakan sebuah keraguan dalam menggunakan belati itu untuk mengalahkan Sophia, namun Maria tidak punya pilihan lain karena semua senjata lainnya tidak dapat dipakai olehnya saat ini. Maria mengambil kedua belati itu dari sarungnya dan menyiapkan dirinya untuk bertarung.
Sophia berseru "Kau dapat melakukan serangan terlebih dahulu!" Sophia mengangkat perisainya dan mengambil kuda-kuda.
Maria segera berlari dan melesat ke arah Sophia dan mengawali serangan. Dia menggunakan belatinya untuk menusuk Sophia dari depan. Sophia tersenyum kepada Maria dan segera menggunakan perisainya untuk melindungi dirinya dari tusukan tersebut. Maria terpukul mundur setelah belatinya membentur perisai tersebut.
Maria menarik lengan yang memegang belati tersebut dan berputar untuk melancarkan serangan berikutnya dengan mencoba menusuk dari arah samping. Sophia menghindari serangannya dengan mencondongkan badannya sedikit ke belakang. Sophia mengayunkan perisainya ke arah samping dan mengangkat pedangnya untuk mencegah serangan Maria lebih lanjut.
'Menarik, menggunakan belati dengan cara menusuk? Ha…' Sophia mengangkat pedangnya dan segera mengayunkannya menuju leher Maria, namun Maria segera melompat dan menghindari serangan Sophia. 'Kecepatannya luar biasa. Sean tidak salah dalam menilai keterampilannya.' Sophia berpikir sambil menggunakan jurus andalannya.
Sophia membungkuk dan menyembunyikan dirinya dengan perisai dan menggunakan pedangnya untuk menusuk Maria. Maria memutarkan tubuhnya dan mencoba menyerang Sophia dengan mengayunkan belatinya dari arah atas, namun serangannya gagal karena belatinya tertahan oleh pedang Sophia.
Sean yang menyaksikan pertarungan keduanya tersenyum puas. Dia melihat wajah Sophia yang menanggapi pertarungan ini dengan lebih serius daripada sebelumnya. Sebuah ekspresi yang sangat jarang diperlihatkan Sophia selama berlatih dengan para pejuang lainnya.
Sophia menggunakan pedangnya untuk menyerang sebelum Maria menyerang dirinya. Setiap ayunan dan tusukan pedang yang dilakukan oleh Sophia dapat dihindari Maria dengan baik. Sebaliknya, Maria terlihat sangat kesulitan dalam menyerang Sophia, karena jarak serangan belati sangat pendek dibandingkan dengan jarak serangan pedang.
Ketika Maria mendapatkan kesempatan untuk menyerang, Sophia menggunakan perisainya dan menghadang semua serangan yang dilakukan Maria. Ketika Sophia melakukan serangan balik menggunakan perisainya, Maria menarik lengannya dengan segera dan menggunakan kakinya untuk menendang perisai tersebut dan mendorong mundur dirinya dari area serangan Sophia.
Keduanya terlihat menikmati pertarungan tersebut, sementara itu orang-orang di sekitar mereka mengamati kedua petarung tersebut dengan decak kagum. Pertarungan tersebut berlangsung seimbang sampai waktu pertarungan habis.
"Waktunya habis!" Sean berseru kepada kedua pejuang tersebut sambil menepuk tangannya. Kedua petarung yang masih saling mencoba menyerang satu sama lain kemudian terlihat mundur dari area serangan. Sophia terlihat sangat puas dengan pertarungan tersebut, disisi lain Maria terlihat terengah-engah dan menyarungkan kedua belatinya di pinggangnya.
Sean tersenyum pada keduanya dan memberikan hasil dari pertarungan tersebut. "Kurasa kali ini Sophia memenangkan pertarungan ini." Sean melirik ke arah Maria dengan pandangan puas "Apabila staminamu lebih baik dari ini, mungkin kau dapat memenangkan pertarungan ini, sayang sekali."
Sophia kembali berdiri tegap dan menyarungkan pedangnya. "Sebuah pertarungan yang sangat menarik, terutama ditampilkan oleh seorang pejuang pemula." Dia mengangkat perisainya sambil tersenyum puas "Sean memang tidak salah dalam menilai seseorang. Aku sangat terkesan denganmu."
Sophia mengulurkan lengannya dan mendekatkan arlojinya ke arah Maria. "Kurasa kau pantas mendapatkan nilai S untuk ukuran pejuang pemula." Sophia tertawa kecil sambil memberikan Maria sebuah penilaian yang pantas dalam bidang pertarungan jarak dekat.