Sepulangnya Maria dari restoran yang dia kunjungi bersama Adel, Maria langsung ke kamarnya dan menyalakan lampu di kamarnya. Dia membaringkan dirinya ke atas tempat tidurnya sambil melirik surat yang tergeletak di atas meja dekat tempat tidur tersebut. Dia meraih surat tersebut dan mengangkat tubuhnya untuk duduk di tempat tidur.
Kata-kata orang-orang di sekitarnya mengenai pejuang mulai bermunculan di benaknya. Mulai dari Sean yang mengatakan mengenai keinginannya untuk melindungi saudara-saudarinya para pejuang, Adel dan Malika yang membutuhkan kemampuannya sebagai pejuang dalam misi ekspedisi, sampai dengan dorongan pamannya yang mengatakan mengenai kebanggaan sebagai seorang pejuang.
Maria sering mendengar mengenai orang-orang di koloni yang membanggakan para pejuang mereka, mulai dari keterampilan mereka dalam menggunakan variasi senjata, ketangkasan mereka dalam menghadapi berbagai situasi, dan kearifan mereka dalam memutuskan.
'Mungkin kualitas itulah yang aku harapkan ketika aku masuk ke dalam badan TNI dahulu. Mengapa aku tidak pernah menyadarinya?' Maria membaca kembali undangan tersebut yang diakhiri dengan tanda tangan Tuan Brown.
Maria memegang surat tersebut dengan erat kemudian membulatkan tekadnya untuk menjadi seorang pejuang. 'Baiklah. Aku akan berusaha menjadi pelindung bagi mereka. Kurasa dengan keterampilanku saat ini, aku tidak akan tertinggal jauh dengan keterampilan mereka sebagai pejuang.'
Maria beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan ke arah meja tulis di kamarnya. Meja itu nampak kosong dengan beberapa pernak-pernik di ujungnya. Maria membuka laci di meja tersebut dan mengambil sehelai kertas surat dan amplopnya. Kertas-kertas itu nampak sangat rapi seakan-akan hampir tidak pernah disentuh.
'Tentu saja. Kertas surat hanya dipakai untuk hal-hal yang bersifat formal.' Pikir Maria dalam hati. Setelah dia mengambil sebuah pena, Maria mulai menulis balasan untuk surat yang telah dia terima dari institusi para pejuang.
Dengan hormat,
Pertama-tama, saya ingin mengucapkan terima kasih atas sebuah kesempatan yang telah dianugerahkan kepada warga sipil ini. Setelah saya mempertimbangkan dengan matang mengenai kesempatan tersebut, saya rasa ini merupakan sebuah hal yang sangat disayangkan apabila saya melewatkannya.
Apabila anda menerima saya sebagai anggota anda, saya berjanji untuk berusaha sebaik mungkin untuk memenuhi kriteria yang anda harapkan. Walaupun demikian, apabila ada kekurangan yang saya lakukan, saya harap anda dapat memaafkan saya. Demikian surat ini saya akhiri, terima kasih atas perhatian yang telah Tuan berikan.
Salam hormat,
Maria Anjali
Maria melipat surat tersebut dan kemudian memasukkannya dalam amplop yang telah dia ambil sebelumnya. Amplop itu kemudian dia rekatkan dan dia simpan di atas mejanya sebelum dia kemudian membersihkan dirinya dan pergi tidur.
***
Keesokan harinya, Maria pergi menuju kantor yang mengurus surat dan distribusi barang di distrik Ibex. Dia pergi agak siang karena hari itu adalah hari libur baginya setelah seminggu penuh dia berkutat dengan pekerjaannya.
Maria datang ke tempat tersebut dan bagian administrasi kantor tersebut segera mengurus surat yang diberikan oleh Maria. "Wow, kau akan menjadi seorang pejuang? Selamat ya!" Ujar pegawai administrasi tersebut sambil terkagum-kagum. "Pangkat apa yang kau miliki sebelumnya di perburuan?" Tanyanya bersemangat.
Maria sedikit menundukkan kepalanya sambil menjawab "Pemburu pemula…". Mata administrasi kantor tersebut tiba-tiba membelalak "Pemburu pemula?! Apakah kau melakukan latihan secara diam-diam sebelum kau pergi berburu?! Ini adalah sebuah hal yang luar biasa, kau tahu?!" Administrasi kantor tersebut setengah berteriak sambil melompat dari mejanya.
Rekan-rekannya yang mendengar mengenai hal itu langsung menoleh kepada mereka, "Wow, aku tak percaya mereka akan merekrut seorang pemburu pemula menjadi seorang pejuang!" Kantor tersebut dipenuhi hiruk pikuk antara pegawai yang mengurus administrasi, pengunjung, dan para pekerja yang membawa barang-barang distribusi. Pada akhirnya, mereka memberi ucapan selamat kepada Maria dan mendorongnya untuk siap berlatih bersama para pejuang.
Maria yang merasa dirinya menarik perhatian semua orang kemudian tersipu malu sambil menerima ucapan selamat dari semua orang. Dalam hatinya, Maria berpikir bahwa orang-orang inilah yang ingin dia lindungi untuk kelangsungan hidup koloni mereka, yaitu koloni ke enam belas.
***
Dengan dikirimnya surat Maria yang dia layangkan, Maria telah memutuskan untuk menjadi seorang pejuang. Surat tersebut sampai di tangan Derrik dalam waktu kurang dari satu hari. Derrik tersenyum lebar ketika dia membaca surat itu.
Setelah dia membaca surat tersebut, Derrik segera memanggil Sean untuk datang ke kantornya. Dia mengutus seorang pejuang untuk memberitahukan bahwa jawaban dari nona Anjali telah tiba dan dia menginginkan Sean segera datang menemuinya.
"Sean, kau mendapatkan perintah dari Tuan Brown." Ujar pejuang yang diutus oleh Derrik untuk menyampaikan pesannya. Sean yang masih berada dalam arena tarung untuk berlatih, segera mengundurkan dirinya dan mengganti pasangan tarungnya dengan dirinya. "ada apakah sehingga Tuan Brown menitipkan pesan keapadaku?" Ujar Sean. Sean segera bergegas masuk ke dalam bangunan besar yang ada di dekat arena tanding dan pergi menuju ke kantor Derrik.
"Derrik, apakah jawaban Maria untuk kita?" Sean terlihat sangat bersemangat, dia masuk sambil berlari kecil ke arah Derrik. Derrik tersenyum kepada Sean sambil menyerahkan sepucuk surat yang ditulis Maria. "Bacalah."
Mata Sean berbinar ketika dia membaca surat yang dikirimkan Maria. 'Dia akan menjadi seorang pejuang' Sean mengarahkan pandangannya kepada Derrik sambil tersenyum lebar. "Dengan begini, Maria dapat membawa senjata dan menemani kita di ekspedisi berikutnya bukan?"
"Ahem, menemanimu maksudmu?" Derrik menaruh tangannya di mulutnya. "Aku sungguh penasaran dengan kemampuan wanita muda ini, sehingga membuatmu sangat yakin bahwa kemampuannya dapat setara dengan kemampuan para pejuang lainnya." Derrik terdiam sesaat "Walaupun bila aku melihat kemampuanmu… Kurasa bukan tidak mungkin seseorang memiliki bakat yang sama seperti dirimu."
Sean tersenyum padanya, "Kau tidak akan percaya dengan apa yang kau lihat nanti. Percayalah padaku, aku salut kepadanya, terutama karena dia masih termasuk pada golongan pemburu pemula." Sean menaruh surat itu di atas meja kerja Derrik.
"Baiklah, aku percaya akan pertimbanganmu. Namun kurasa kita harus segera memanggilnya, karena misi ekspedisi akan segera tiba." Derrik menyilangkan lengannya. "Dengan misi ini kita akan memasuki area manusia burung. Aku rasa tak mungkin kita dapat membuat dia bertarung tanpa berlatih dengan para pejuang kita sama sekali."
Sean mengangguk padanya, "kurasa juga begitu." Sean terdiam untuk sesaat "Apakah kau akan segera memanggilnya?"
Derrik mengangguk pada Sean. Tepat ketika itu, pintu di kantor Derrik diketuk. "Masuklah" Ujar Derrik. Seorang pria setengah baya dengan badan tegap memasuki ruangan.
"ah, rupanya kau Leon. Masuklah, tumben sekali kau datang kesini." Ketika Derrik mengatakan hal tersebut kepada Leon, Leon menatapnya dengan tajam. "Kau pikir kenapa aku jarang ke tempatmu Derrik! Itu karena kau terlalu mengabaikan tugasmu sebagai ketua sehingga aku menjadi sibuk begini!" Ujarnya sambil mengeluarkan arlojinya dan menyalakan bagian laporan untuk Derrik.
Derrik tertawa keras "hahaha! Maafkan aku Leon, aku tidak tahan dengan bagian merangkum dan mengelola administrasi para pejuang, terlalu banyak tulisan yang buram. Kau adalah seorang wakil ketua yang sangat bertanggung jawab" Ujar Derrik sambil menepuk-nepuk pundak Leon.
Leon hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya "Yah begitulah dirimu. Seandainya kau tiba-tiba berkutat untuk menyelesaikan urusan di dalam bangunan ini, tentu aku akan terkejut." Dia ikut tertawa kecil lalu melirik Sean "Oh, kau ada disini Sean. Bagaimana kabarmu?"
"Baik, Leon. Bagaimana denganmu?" Sean menyandarkan dirinya ke meja kerja Derrik. "Aku juga baik-baik saja." Layar Arloji Leon yang sudah menampilkan keadaan masing-masing para pejuang dan perkembangan mereka hari ini di arahkan ke arah Derrik. "Inilah hasil latihan anggota kita hari kemarin, kurasa tidak ada hal signifikan yang berkembang dari pelatihan mereka untuk saat ini."
Leon kemudian kembali menatap Sean "Kudengar Sean akan menjadi wakil pemimpin untuk tim ekspedisi selanjutnya? Apakah kau sudah memilih anggota-anggota yang ingin kau bawa Sean? Ataukah kau menyerahkan pilihan anggotamu kembali pada Derrik?"
Leon terkadang merasa iri kepada Sean karena untuk beberapa misi ekspedisi, Sean sering dibawa oleh Derrik karena kemampuan bertarungnya yang luar biasa. Disamping itu, Leon sadar bahwa dia tidak mungkin ikut dalam berbagai misi ekspedisi karena tugasnya sebagai wakil ketua yang harus menjaga area pertambangan dan pintu keluar menuju area selatan koloni bukanlah sesuatu yang bisa diterbengkalaikan.
"Kurasa aku hanya meminta Derrik untuk merekrut satu anggota saja dari luar sana." Sean tersenyum pada Leon. "Kali ini aku meminta satu orang yang aku rasa cukup spesial dengan kemampuannya, terutama sebagai petarung jarak jauh."
Mata Leon membesar untuk sesaat, "Wow, benarkah itu Derrik? Orang yang selalu menyerahkan pilihannya padamu, sekarang meminta seorang anggota?!" Leon menatap Derrik dengan penuh rasa tidak percaya.
Derrik hanya tertawa puas ketika Leon menunjukkan raut wajah yang jarang dia tampilkan tersebut, "Aku juga awalnya tidak percaya, bahkan aku sekarang penasaran wanita seperti apakah yang dia pilih untuk menjadi seorang pejuang. Kau tidak akan percaya Leon, tetapi dia bahkan memilih seorang pemburu pemula untuk itu."
"Wow, kau harus menceritakan tentang anggota yang mau kau masukkan dalam regumu itu Sean!" Leon menaruh satu tangan di pinggangnya sementara tangannya yang lain tetap mengarahkan layar arlojinya pada Derrik. Mereka kemudian berbincang-bincang mengenai Maria dan ekspedisi yang akan datang.