Malam itu, paman dan bibi Maria datang ke rumahnya. Maria melihat kedatangan mereka dan menyambut mereka dengan mengatupkan kedua telapak tangannya dan menaruhnya di dada sambil sedikit membungkuk kepada paman dan bibinya. Keduanya membalas salam Maria.
"Nah begitu dong, Maria. Kami sungguh terkejut dengan caramu menyalami kami kemarin hari." Pamannya berkomentar atas salam Maria. Bibinya kemudian melanjutkan komentar tersebut "Pamanmu bahkan berpikir kepalamu terbentur sesuatu malam itu." Bibinya tertawa.
Paman dan bibi Maria nampaknya hanya datang berdua tanpa keluarganya. "Mana anak-anak kalian kak?" Tanya Nyonya Anjali. "Ah mereka sangat sibuk dengan keluarganya masing-masing. Mereka menitipkan salam untukmu dan anakmu. Mereka juga meminta maaf apabila mereka tidak dapat ikut datang menemani kami." Ujar paman Maria yang punggungnya sudah mulai membungkuk karena proses penuaan.
Paman dan bibi Maria duduk bersama Maria di meja makan sambil bercakap-cakap "Jadi apakah kau sudah mendapatkan medali kedewasaan tersebut?" Tanya bibi Maria kepada Maria.
Maria menjawabnya sambil sedikit menunjukkan cengiran di wajahnya. "Kurasa aku belum mendapatkannya…" Maria baru saja menyadari hal itu. Nampaknya dia terlalu terfokus pada kehidupannya sehari-hari setelah perburuan sehingga dia melupakan hal itu sampai bibinya bertanya hari ini.
"Sayang sekali… Bila kau sudah mendapatkannya, tentu kau dapat langsung menikah dengan pria yang kau bawa pulang minggu lalu." Bibi Maria menempelkan tangannya ke wajah sambil menghela nafas. "Kata ibumu, pria itu sungguh tampan. Aku seharusnya datang hari itu!" Bibi Maria terlihat bersemangat ketika dia memulai topik mengenai Sean.
'Nampaknya ibu banyak bercerita pada kakak perempuannya.' Maria hanya menanggapi ucapan bibinya dengan tersenyum kecil. Saat itu, ibu Maria datang dan menghidangkan makanan untuk mereka.
Nyonya Anjali nampaknya mendengarkan percakapan mereka ketika dia menyiapkan makanan. Dia berkomentar mengenai masalah medali kedewasaan. "Biarpun anakku ini tidak mendapatkan medali kedewasaan, namun dia mendapatkan undangan dari institusi pejuang."
Paman Maria mendengar hal tersebut kemudian tertawa "Mungkin mereka akan sangat menyayangkan apabila Maria memutuskan untuk tidak menjadi pejuang dan langsung menikahi salah satu anggota mereka." Ibu Maria ikut tertawa "Kau bisa saja kak, mungkin mereka lupa memberikan medali kedewasaan kepada anakku ini karena dia terlambat kembali ke koloni."
Bibi Maria tersenyum pada Maria sambil meraih tangannya "Jangan kau terima undangan itu, kalau kau menerimanya nanti siapa yang akan meneruskan keturunan ayah dan ibumu. Wanita seharusnya hanya ikut perburuan untuk mendapatkan pengalaman saja."
Paman Maria memiliki pandangan yang berbeda dengan adiknya itu "Jangan begitu adik, dengan kondisi koloni kita saat ini, pejuang adalah sebuah posisi yang sangat dihormati. Maria, Aku merasa apabila kau menjadi seorang pejuang, maka keluarga Anjali akan mendapatkan sebuah kebanggaan." Ia mendorong Maria untuk menjadi seorang pejuang.
Di antara obrolan paman dan bibinya, Ibu Maria tertawa kecil "Sudah, sudah… biarkan saja Maria mengikuti kata hatinya."
Paman dan bibinya tersenyum kepada ibu Maria. "Ya benar kata ibumu, nak. Yang penting sekarang ayo kita makan bersama-sama. Makanan ini akan keburu dingin apabila kita mengobrol terus." Paman Maria mengajak semuanya mulai menyantap makanan yang telah dihidangkan ibu Maria.
***
Hari yang dijanjikan Maria dengan Adel akhirnya tiba. Di pagi hari, Maria menitipkan pesan kepada ibunya agar ibunya tidak perlu menyediakan makanan untuknya karena dia akan pulang larut malam untuk bertemu dengan temannya. Ibunya kemudian menyampaikan padanya, dia akan bermalam di rumah keluarga Suzuki. Setelah itu, keduanya keluar bersama-sama dari rumah mereka dan pergi bekerja ke tempat kerja mereka masing-masing.
Di perpustakaan, Lisbeth dan Maria membereskan pekerjaan mereka dengan sangat lancar. Tidak ada masalah dalam pendataan dan tidak ada pengunjung yang terlambat mengembalikan bahan bacaan mereka hari itu. Dengan demikian, Maria dapat keluar lebih pagi daripada seharusnya.
Maria kemudian berdiri di depan pintu restoran distrik Ibex. Sepintas dari luar, Restoran yang nampak megah itu terlihat sangat elegan. Maria disambut oleh penerima tamu di restoran tersebut "Adakah yang bisa saya bantu? Apakah anda sudah melakukan reservasi terlebih dahulu?"
Maria berpikir untuk sesaat dan mengingat bahwa Adel mengatakan dia membuat reservasi atas namanya. "Kurasa demikian, reservasi itu atas nama Adel. Bisakah kau memeriksanya?" Ujar Maria kepada penerima tamu tersebut.
Penerima tamu tersebut kemudian membuka komputernya dan melihat nama-nama orang yang melakukan reservasi di komputer tersebut. Beberapa saat kemudian, dia berdiri dan memanggil seorang pelayan wanita yang mengenakan baju ketat yang berwarna hitam dengan sebuah jaket putih. Wanita itu kemudian menunjukkan tempat yang telah direservasi.
Tempat tersebut merupakan sebuah ruangan bergaya eropa di abad pertengahan dengan proyeksi taman yang asri pada setiap dindingnya. Pelayan wanita yang menunjukkan ruangan tersebut kemudian menarik sebuah kursi untuk Maria dan mempersilakannya untuk duduk. "Silakan duduk. Apakah kau akan memesan sekarang atau nanti?" Tanyanya dengan sopan.
"Kurasa aku akan memesan nanti, setelah rekanku datang kesini." Maria tersenyum kepadanya. Pelayan wanita tersebut kemudian membalas senyumannya "Kalau begitu saya pamit dulu, apabila anda sudah siap memesan atau membutuhkan bantuan, kau dapat menekan tombol di sebelah kanan anda untuk berkomunikasi dengan kami." Wanita dengan jaket putih tersebut kemudian membungkuk dan membalikkan tubuhnya sebelum pergi meninggalkan ruangan.
Maria merasakan sebuah atmosfer yang unik pada restoran itu, 'Seorang pelayan dengan baju dari masa depan, ruangan dengan keunikan zaman dahulu, dan proyeksi taman yang indah. Mungkin aku akan merindukannya bila aku suatu saat kembali sebagai Amelia.' Maria duduk untuk beberapa saat sambil menikmati proyeksi taman yang terhampar di depan matanya. Tak lama kemudian, dia melihat ke arah arlojinya yang menunjukkan pukul 6.50 PM.
Baru saja dia melihat arlojinya untuk mengetahui waktu, terdengar suara Adel yang sangat khas "Maria, kau sudah datang duluan?! Aku pikir aku lebih cepat daripadamu" Adel berjalan bersama dengan Malika dipandu oleh pelayan yang mengantarkan Maria ke tempat ini sebelumnya.
Setelah Adel duduk, pelayan itu bertanya kepada mereka apakah mereka akan memesan sekarang atau mau melihat menunya terlebih dahulu. Adel memilih untuk melihat menu terlebih dahulu dan pelayan itu pamit dari hadapan mereka.
"Jadi Maria, aku sangat penasaran sekali dengan ceritamu dan tuan Smith ketika berada di hutan perburuan. Sejujurnya, hanya kalian berdua yang hilang dari data orang-orang yang telah meninggal karena pertempuran yang terjadi." Adel membuka pembicaraan mengenai kejadian di hutan perburuan hampir empat bulan yang lalu. Maria kemudian menceritakan bagaimana mereka terpaksa tinggal di hutan perburuan tersebut dan bagaimana caranya mereka kembali ke koloni.
"Berbagai jenis ular dan serangga raksasa. Kurasa ular dan tarantula adalah mahluk legendaris yang hidup di bumi ratusan tahun yang lalu." Adel mengelus-elus dagunya sambil sedikit cemberut.
Malika memanggil pelayan yang baru saja memandu mereka dan wanita dengan jaket putih itu datang ke hadapan mereka. Malika mulai memesan makanan sementara Adel memangkukan tangannya ke meja dan Maria memilih-milih menu yang akan dia pesan.
"Aku mendengar kata-kata yang sama dari Tuan Smith, tetapi aku meragukan perkataannya karena bisa saja mahluk tersebut adalah mahluk yang hanya memiliki kemiripan saja, contohnya serigala hutan yang kita jumpai di hutan tersebut." Adel mengetuk-ngetuk meja dengan jari telunjuknya. "Tetapi apabila kau yang juga bekerja sebagai pustakawati mengkonfirmasi betapa miripnya mahluk tersebut dengan mahluk yang ada di bumi… Itu sebuah hal yang berbeda."
Adel terdiam untuk sesaat sambil menatap Maria, lalu melanjutkan kalimatnya. "Aku benar-benar berharap kalian sebagai saksi di hutan perburuan tersebut akan ikut bersama kami para arkeolog untuk mengkonfirmasi hewan-hewan tersebut." Adel mengulangi hal yang sama yang dikatakan oleh Sean mengenai harapannya agar Maria ikut dengan mereka.
"Ya, hal itu akan sangat membantu kami sebagai tim arkeolog yang akan mengikuti ekspedisi tersebut" Malika menambahkan. "Dan menurut kabar yang aku terima, para pejuang tertarik untuk menjadikanmu sebagai anggota mereka, benarkah?"
Maria mengangguk sambil meminum teh lumut yang disediakan oleh pelayan yang melayani mereka di ruangan tersebut. "Kurasa demikian." Ruangan tersebut hening untuk beberapa saat sampai pelayan dengan jaket putih datang dan menyajikan makanan yang mereka pesan.
"Kurasa apabila Tuan Smith merekomendasikan dirimu dan kau mendapatkan undangan dari institusi para pejuang, maka menurutku kau memiliki kapabilitas tinggi dalam bertahan hidup di dunia luar sana." Ujar Malika sambil mulai mengambil sendok dan garpunya. "Apabila kau memutuskan untuk ikut dengan kami, alangkah baiknya bila kau menerima tawaran mereka."
"Sudah, sudah. Ayo kita makan saja. Masalah Maria mengenai keputusannya untuk menjadi pejuang tentu akan berdasarkan pertimbangannya." Adel melirik Maria sebelum dia mulai menyendokkan makanan pembukanya. "Um… Tapi aku mengharapkan hal yang sama dengan Malika sih." Adel tersenyum dengan malu-malu sambil segera memasukkan sup hangat di sendoknya ke dalam mulutnya dan mulai menikmati makanan mereka.