Setelah tiga bulan berlalu, Maria mulai menyesuaikan dirinya dengan keadaan di koloni. Dia mulai terbiasa mengandalkan arlojinya untuk segala keperluan dan menggunakan baju ketatnya ke berbagai tempat. Maria juga mengenal berbagai lokasi di koloni tersebut, perpustakaan tempat dia bekerja, tampat untuk mengambil bahan makanan yang sangat dekat dengan daerah pertanian, pusat medis, pusat teknologi, dan tempat peralatan.
'Seandainya tidak ada lagi kesenjangan sosial di bumi, tentunya bumi akan mirip dengan tempat ini. Semua orang bersama-sama memikirkan bagaimana caranya untuk tetap hidup, sehingga mereka berbagi hampir semua barang yang mereka miliki.' Maria berpikir sambil menggunakan sepatu skate dan melihat ke arah kanannya.
Maria tersenyum kepada salah satu pengunjung perpustakaan yang sedang berjalan-jalan. Pengunjung tersebut membalas senyumannya sambil melambaikan tangan. Pohon-pohonan yang nampak seragam berada di setiap halaman rumah. Desiran angin terasa menerpa rambutnya. 'tempat ini sungguh dibuat seperti alam di luar sana, walaupun sebenarnya tempat ini hanya sebuah kubah buatan.' Maria melihat langit yang cerah di atasnya.
Tanpa terasa, Maria sampai di depan perpustakaan. Daniel, pustakawan yang sama-sama bekerja di perpustakaan itu memanggil Maria "Maria, Halo!" Tangannya melambai pada Maria. "Kau baru saja tiba?" Tanya pria besar dan berkumis itu.
"Begitulah, apakah kau juga bekerja hari ini?" Tanya Maria kepadanya.
"Yep." Ujar Daniel sambil mengeluarkan kunci untuk membuka pintu gerbang perpustakaan. "Tumben sekali kau datang terlambat, biasanya kau sudah ada ketika aku datang."
"Ah, aku berjalan santai dahulu sebelum datang kesini. Aku merasa butuh sedikit perubahan dan waktu untuk membuat diriku merasa rileks sebelum bekerja." Maria mengikuti Daniel masuk ke dalam perpustakaan. "Jam berapakah Lisbeth masuk hari ini?"
"Kurasa dia akan masuk setelah tengah hari, kudengar ibunya dalam kondisi yang kurang baik." Maria menyatakan kekhawatirannya. "Kau mau menemaniku untuk pergi ke rumahnya setelah kita pulang kerja nanti? Besok adalah pergantian waktu kerjaku dengan Samuel, namun apakah kalian dapat melakukannya?" Maria memiliki keinginan untuk pergi kesana sejak dua hari yang lalu, namun karena Lisbeth harus menunggui ibunya, maka otomatis para pegawai perpustakaan mengalami kesulitan karena kurangnya personil.
"Tentu saja. Aku akan mengajak Samuel nanti." Daniel duduk di tempat kerjanya, dia mulai mengalirkan semua listrik yang ada di area perpustakaan. Semua lampu di area perpustakaan menyala seketika dan pendataan di setiap rak dan kotak data segera terhubung dengan komputer utama. Sinyal bahwa perpustakaan sudah dibuka segera menyala di komputer utama dan mereka mulai bekerja di tempat tersebut.
Setelah beberapa pengunjung datang dan mencari bahan untuk pembelajaran di kelasnya, Maria melihat sebuah sosok yang familiar. Dua orang dengan aura yang sangat khas, yang pertama penuh dengan canda, dan yang lain serius menanggapinya. Adel dan Malika.
Kedua orang tersebut memakai jas laboratorium yang membuat mereka terlihat sangat serius dibandingkan ketika mereka hanya menggunakan baju ketat cokelat untuk berburu. Adel menoleh dan melihat Maria. Seketika itu, Adel melambaikan tangannya "Halo, Maria! Kita bertemu lagi!" Adel segera berlari ke arahnya sambil memeluknya dengan erat.
"Aku sungguh senang bisa melihatmu lagi! Kau seorang pustakawati? Bagaimana kabarmu sekarang? Aku sangat khawatir ketika kau tertinggal di hutan perburuan, kau tahu?!" Adel mengoceh tanpa henti sambil mengguncangkan tubuh Maria perlahan. "Bagaimana kau bisa selamat dari hutan itu? Apakah tuan Smith yang menyelamatkanmu?"
Maria segera dihujani pertanyaan secara bertubi-tubi. "Kurasa aku akan menjawab pertanyaanmu satu persatu Adel" Maria tersenyum kepadanya. Malika yang melihat tingkah Adel hanya tersenyum pada Maria sambil mengangkat pundaknya. "Begitulah Adel." Ujarnya.
"Uhhh.. okee… Baiklah, nampaknya kita harus meluangkan waktu sesekali untuk bertemu lagi dan menceritakan banyak hal padaku!" Ujar Adel kepada Maria. "Sementara itu, kurasa aku ingin melihat bahan-bahan yang dilihat oleh tuan Smith beberapa hari ini. Kami para arkeolog harus mengetahui apa saja yang dia curigai di hutan perburuan."
Maria melongo ketika Adel menyebutkan mengenai arkeologi di tempat tersebut. "Adel, kau seorang arkeolog?" Maria tidak menyangka Adel dengan karakternya ternyata memiliki profesi sebagai seorang arkeolog. Malika seakan mengetahui apa yang ada di pikiran Maria kemudian berkata "Sungguh tidak cocok dengan karakternya ya, huh?"
Adel memicingkan matanya kepada Malika sambil cemberut "Kau tahu sendiri aku adalah seorang arkeolog yang handal!" Malika tertawa "Tentu saja, aku kan asistenmu selama ini, bila kau tidak kredibel, aku tentu tidak akan mengikutimu." Dia mengacak-acak rambut Adel yang memang sudah terlihat acak-acakan.
"Ngomong-ngomong, kembali ke topik semula, kami membutuhkan bahan-bahan yang sudah dilihat tuan Smith dalam beberapa hari ini." Adel menatap Maria dengan serius. "Bisakah kau memandu kami?"
"Tentu saja. Tunggulah sebentar, aku akan mencari riwayat daftar bahan yang telah dia lihat." Maria segera mencari riwayat bahan yang dipakai oleh Sean selama beberapa hari terakhir. "Permisi Daniel, aku akan memandu kedua temanku ini selama beberapa waktu. Kau bisa menangani pekerjaan kita selama aku pergi?"
Daniel yang sedang duduk di meja komputernya mengembangkan senyum sehingga kumisnya melebar ke samping "Tentu saja, kau dapat menggunakan waktumu untuk itu asal tidak terlalu lama." Daniel mengacungkan ibu jarinya "Aku akan berada disini sampai kau kembali."
"Terima kasih Daniel, aku menghargai itu." Maria beranjak dari tempat duduknya dan mulai memandu Adel dan Malika ke berbagai rak yang berisi buku-buku mengenai fauna di bumi. Setelah itu dia memandu mereka ke bagian kotak data. Malika membawa buku-buku dan kotak data yang sudah mereka pilih sementara Adel memutuskan bahan apa saja yang mereka perlukan.
Setelah mereka selesai memilih bahan-bahan yang diperlukan, Maria memandu mereka ke sebuah meja komputer yang memiliki sepasang komputer di atasnya. "Kalian dapat menggunakan meja komputer ini untuk melihat bahan-bahan yang kalian butuhkan. Aku akan pamit terlebih dahulu." Ujar Maria sambil membungkukkan badannya sedikit, seperti yang sudah dia lakukan kepada pengunjung lainnya.
Adel menarik lengan Maria sebelum dia pergi "Mariaaaa, jangan lupa janjimu! Kau tidak ada janji malam ini? Apakah kita bisa bertemu setelah kau bekerja?"
"Ah, nampaknya hari ini aku sudah ada janji dengan kolegaku untuk menjenguk ibu dari sahabat karibku yang sedang sakit. Mungkin kita bisa bertemu di lain hari? Kau dapat mengontakku lain kali." Maria menunjuk ke arah arlojinya sambil mengarahkan arloji itu menuju arloji Adel.
Adel menyambut gerakan Maria dan menempelkan arlojinya kepada arloji Maria. Kedua arloji yang saling bersentuhan tersebut mengeluarkan bunyi klik. "Okee, aku akan mengontakmu nanti! Selamat bekerja Maria!" Adel melambaikan tangannya.
Maria tersenyum dan pamit kepada kedua temannya tersebut. Dia membungkuk dan memberikan salam selayaknya salam yang dia berikan pada pengunjung lain "Selamat menikmati waktumu di perpustakaan." Dia bergegas kembali ke tempat kerjanya dekat pintu perpustakaan. Disana, Daniel sedang sibuk menangani pekerjaan mereka.
Ketika Daniel melihat Maria, raut wajahnya yang kusam tiba-tiba berubah menjadi lebih rileks. "Untunglah kau kembali! Tolong kau pandu pengunjung yang sedang duduk di sebelah sana." Dia menunjuk ke arah tempat menunggu.
"Oke, siap!" Maria segera mengangkat ibu jarinya dan menunjukkannya pada Daniel. Dia bergegas ke tempat yang telah ditunjukkan dan mulai memandu pengunjung tersebut.
Tanpa terasa, waktu berlalu dengan sangat cepat. Maria memandu pada pengunjung, sementara Daniel menyusun kembali buku-buku dan kotak data yang telah dikembalikan oleh para pengunjung. Lisbeth datang ke perpustakaan setelah tengah hari dan membantu mereka untuk membereskan buku-buku dan kotak data dan menyusunnya kembali ke tempatnya masing-masing.
"Beth, kami akan mengunjungi tempatmu hari ini untuk melihat keadaan ibumu. Apakah itu tak masalah?" Maria membantu Lisbeth untuk memeriksa daftar bahan bacaan yang sudah kembali ke tempatnya. Lisbeth tersenyum pada Maria "Tentu saja, tetapi nampaknya aku harus menuju pusat medis dulu untuk mengambil obat ibuku. Kalian akan menemaniku?"
Maria dan Daniel mengangguk bersamaan "tentu saja." Lisbeth tersenyum kepada mereka. "Aku sungguh beruntung memiliki teman-teman seperti kalian."
Tidak lama kemudian, pekerjaan mereka di perpustakaan selesai dan mereka pergi bersama-sama ke pusat medis. 'Seandainya pusat medis kami memiliki teknologi yang secanggih pusat medis yang ada di koloni yang terbengkalai, tentu Beth tidak perlu kerepotan bolak-balik antara rumahnya dan pusat medis.' Pikir Maria sambil memperhatikan kebutuhan obat yang diambil oleh Lisbeth. 'Mengenai hal itu, apakah koloni di tempat tersebut tiba setelah koloni ke enam belas?' Pikirannya dipenuhi oleh rasa penasaran.