Chereads / Sebuah Perjalanan di Dunia Kai / Chapter 14 - Sebuah Cerita mengenai Planet Bumi

Chapter 14 - Sebuah Cerita mengenai Planet Bumi

Sore itu, Maria terduduk di kursi administrasi perpustakaan. Lisbeth menyusun kartu peminjaman melalui komputer yang berada di samping Maria. Maria bertanya kepada Lisbeth, "Beth, apakah aku boleh ikut membaca di perpustakaan?"

Lisbeth memandang Maria dengan tatapan aneh "Bukannya itu yang selalu kau lakukan? Membaca di saat senggang dan ketika perpustakaan hampir dikunci secara otomatis." Lisbeth menaruh punggung tangannya di atas dahi Maria "Apakah kau tidak demam?" Ujarnya sambil bercanda.

"A-apa-apaan kau ini." Maria memegang tangannya sambil tersenyum kecil padanya. "Uh, tapi… Terima kasih atas izinnya ketua perpustakaan." Timpal Maria sambil membalas candaan yang dilontarkan oleh Lisbeth. Keduanya tertawa sambil saling dorong dengan sangat perlahan.

Setelah mendapatkan izin Lisbeth dan ketika perpustakaan sudah sepi pengunjung, Maria segera mencari-cari kotak data yang relevan dengan awal mula planet yang mereka tinggali. Setelah itu, dia pergi menuju komputer pengunjung dan segera memasukkan kotak data tersebut ke dalam komputer yang dia nyalakan.

Maria meniru para pengunjung yang memakaikan sebuah kacamata tebal yang berfungsi sebagai alat untuk menonton isi dari data tersebut. Dia segera menekan tombol di samping kanan kacamata itu, dan sebuah film mengenai dokumentasi dari data tersebut dimulai seperti sebuah tontonan tiga dimensi.

***

Hal pertama yang dilihat Maria adalah sebuah planet biru yang dia rindukan. Planet Bumi. Tidak lama kemudian, seseorang mulai membacakan sebuah narasi mengenai kehidupan di planet bumi pada tahun 2100.

"Planet bumi. Sebuah planet yang indah dengan keanekaragaman flora dan fauna. Manusia adalah salah satu mahluk yang tinggal di dalamnya. Pada awalnya, manusia hidup berdampingan secara harmonis dengan kehidupan yang ada di dalamnya."

Pemandangan hijau nan asri terpampang di depan mata Maria. Monyet yang bergelantungan, burung pemangsa yang terbang di atas padang rumput, ular yang melata di hutan hujan afrika, sampai dengan serangga-serangga kecil yang saling menari di bawah tanah. Segalanya bagaikan film dokumenter yang Amelia lihat di masa dia kecil.

Setelah hewan-hewan tersebut berlalu satu demi satu, Maria melihat manusia yang berdiri dengan baju dari hewan dan memegang sebuah kerajinan batu yang berupa mata tombak. Detik-detik berikutnya menampilkan perubahan yang dialami manusia beserta dengan lingkungannya: bentuk baju yang berubah, tempat tinggal, dan senjata yang mereka pegang semakin canggih.

Narator pada film tersebut melanjutkan ceritanya "Seiring dengan peradaban mereka yang semakin canggih, manusia menciptakan banyak hal: plastik, karton, karet, kendaraan bermotor, komputer, dan mesin-mesin dengan teknologi tinggi. Namun semuanya bukan berarti tanpa ada pengorbanan. Segala yang dibuat oleh manusia ternyata mulai menyakiti lingkungan mereka sendiri tanpa mereka sadari."

Setelah manusia berubah menjadi semakin modern, waktu pada film tersebut berhenti di garis waktu dimana Amelia hidup. 2050, krisis ekonomi, overpopulasi, krisis energi, ketimpangan ekosistem, menyusutnya hutan, sampah yang dibuang oleh manusia dalam bentuk produk karet yang tidak dapat terurai.

"Semakin serakahnya manusia mengakibatkan kerusakan pada lingkungan yang semakin parah. Mencairnya es di kutub mengganggu medan magnet. Plastik dan karet yang tidak dapat terurai menjadi racun bagi kehidupan. Karton yang semula menjadi solusi bagi manusia ternyata merusak pepohonan di dunia itu."

Maria melihat kerusakan alam yang dia saksikan pada waktu dia menjadi Amelia, dengan tingkat kerusakan yang jauh lebih parah. Banyak anak-anak manusia yang terlahir cacat karena tingkat radiasi tinggi dan pencemaran plastik. Terdengar suara-suara para pemimpin bangsa yang mendiskusikan mengenai ketimpangan iklim yang semakin menjadi. Banjir dan kekeringan terjadi dimana-mana dan hutan di berbagai belahan dunia mulai mati karena tidak dapat menghadapi perubahan iklim yang sangat drastis. Hal itu menyebabkan banyak perselisihan antara bangsa-bangsa dan berakhir pada peperangan untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Untuk sesaat, Maria menutup matanya dan air matanya mengalir. Maria sungguh melihat keadaan itu dengan mata kepalanya sendiri sebagai Amelia. Amelia adalah salah satu KOWAD yang bertugas untuk menjaga para rakyat sipil yang hidup di Rusia, dimana area itu menjadi salah satu pusat pertempuran untuk mendapatkan sumber energi. Beruntung bagi Amel, keluarganya tidak hidup dalam kesulitan karena negerinya hanya perlu memangkas energi dan memiliki sumber daya alam yang dapat mencukupi rakyatnya.

Dia kembali mendengarkan narator tersebut berbicara "Manusia berpikir bahwa mereka harus mencari cara agar anak-anak mereka dapat sembuh dari kecacatan, sehingga mereka membuat teknologi yang semakin canggih dalam bidang kesehatan dan pangan dan tidak memperhatikan lingkungan. Hal tersebut semakin memperparah kehidupan di bumi dan manusia tidak dapat lagi bertahan lebih lama di bumi."

Maria kemudian melihat para peneliti sedang merancang mesin-mesin yang digunakan Sean di pusat medis dekat hutan perburuan. Ratusan anak-anak yang dijadikan percobaan untuk mesin tersebut mengalami nasib yang nahas. Setelah mereka berhasil membuat mesin tersebut, manusia-manusia yang berhasil disembuhkan mengalami kesulitan untuk hidup karena pangan semakin sulit didapatkan dan polusi bumi sudah merusak bumi sampai kepada sel-sel tubuh manusia yang hidup di dalamnya.

Hal tersebut karena perubahan iklim yang makin tidak menentu dan mereka terpaksa membuat kubah-kubah besar yang menyokong kehidupan mereka. Mereka mencari cara untuk mengganti bahan yang selama ini mereka gunakan dengan bahan-bahan yang lebih ramah lingkungan.

"Tahun 2100, Manusia akhirnya putus asa dengan keadaan bumi yang semakin rusak. Namun ada sebuah titik terang bagi mereka, yaitu beberapa belas planet yang mungkin dapat menyokong kehidupan. Kepler, Gliese, HD, Kai, dan beberapa planet lainnya. Dengan pertaruhan yang besar, para pemimpin bangsa akhirnya menyetujui pembangunan dua lusin pesawat luar angkasa dengan ukuran yang sangat besar untuk dikirim ke berbagai planet tersebut."

Kejadian selanjutnya adalah pembangunan pesawat luar angkasa koloni ke enam belas disertai dengan perlengkapan yang mereka persiapkan untuk membangun sebuah koloni di planet baru tersebut. Pesawat tersebut kemudian membawa beberapa tabung berisikan manusia bersama mereka, yaitu para klon yang berfungsi sebagai pelayan bagi manusia yang akan membangun koloni di planet Kai.

"Ada delapan belas pesawat luar angkasa yang siap diterbangkan pada tahun 2150, salah satunya adalah pesawat JfPK-16, yaitu pesawat yang diterbangkan menuju planet Kai dengan kode koloni nomor enam belas."

Film tersebut kemudian menampilkan perjalanan pesawat JfPK-16 menuju ke arah sebuah planet super besar yang kemudian diserukan oleh para awak kapal sebagai planet Kai. Pesawat itu memasuki atmosfer planet besar itu sambil memperlihatkan betapa indahnya planet tersebut. Awan yang putih membelai pesawat besar tersebut, tampak pepohonan dan sungai berpadu dengan harmonis, dua matahari dan dua bulan menghiasi perjalanan pesawat tersebut menuju planet baru mereka.

"Selamat datang di dunia baru, wahai para manusia pertama yang menginjakkan kakinya di planet Kai, semoga keturunan kita dapat beranak pinak dengan selamat di dunia baru ini."

Epilog dari cerita penutupan film tersebut memperlihatkan dunia baru yang mereka tinggali. Pepohonan dan mahluk-mahluk aneh yang besarnya seperti raksasa, keasrian alam yang tidak tersentuh oleh manusia, dan teknologi yang ramah lingkungan terpampang di depan mata penonton. Hal ini membuat Maria terkagum dan di tepat pada saat itu, film yang diputar oleh kotak data selesai.

***

Maria menundukkan kepalanya ketika dia melepaskan kacamata yang dia pakai untuk menonton film dokumenter mengenai hari kiamat dan planet Kai sebagai harapan manusia. Air mata yang membasahi kacamata tersebut segera dia keringkan menggunakan sisi baju ketatnya.

Maria segera berdiri dan menyimpan kembali kotak data tersebut ke tempatnya. Setelah itu, Maria pergi mencari Lisbeth yang sedang sibuk menyusun kembali buku-buku yang dibaca oleh para pengunjung. Maria menatap Lisbeth dari kejauhan dan dia tersenyum sambil menghampiri Lisbeth. "Biar aku bantu menyusun buku-buku itu, Beth!"

Lisbeth menurunkan pandangannya dan melihat Maria yang melambaikan tangannya, "Kau sudah selesai menonton? Tumben sekali." Ujar Lisbeth sambil menaruh buku-buku di raknya masing-masing. "Ayo, naik ke sini dan bantu aku." Ia mengulurkan tangannya kepada Maria agar Maria naik ke platform tempat Lisbeth berpijak disana. Kedua pustakawati tersebut kemudian bekerja dengan sangat giat dan berhasil membereskan tugas mereka sebelum waktunya pulang.