"Ayah… aku ingin sekali menjadi seperti ayah." Ujar seorang anak kecil dengan rambut cokelat yang bergelayutan di pangkuan seorang pria berkulit putih dengan rambut yang pirang kecoklatan. "tentu saja Maria, anakku. Kau bisa menjadi apapun yang kau mau." Sahut pria besar tersebut.
"Tapi tentunya kau harus makan yang banyak supaya jadi besar." Kata pria tersebut sambil menyentuh ujung hidung Maria kecil dengan jarinya yang besar. Maria tertawa dan segera membuka mulutnya lebar-lebar "Aaaa…" Sesendok nasi dengan kari masuk ke dalam mulutnya dengan sendok yang dipegang oleh nyonya Anjali yang masih terlihat muda. Keluarga itu terlihat sangat bahagia.
***
'Sepertinya kami terlahir sebagai orang yang beruntung, ayah Maria yang sesungguhnya sangat menyayanginya. Aku rindu ayahku, apakah yang terjadi setelah aku tertembak di Rusia sana.' Maria membuka matanya dan melihat ke sekeliling. Dia segera terbangun dan mencari Sean di sekitar perpustakaan. Mulai dari bagian buku sampai dengan area kotak data telah ia kelilingi, namun tidak ada jejak keberadaan Sean. Maria bergegas ke arah pintu gerbang perpustakaan dan membuka pintu tersebut.
Ketika Maria membuka pintu tersebut, Sean terlihat sedang membawa sepiring penuh buah beri dari kejauhan. "Maria, kau sudah bangun?!" Serunya dari jauh. Postur tubuh Maria yang tegang kembali mengendur. Dia tersenyum kepada Sean sambil melambaikan tangannya.
"Aku kaget sekali ketika aku bangun tadi." Maria melirik Sean yang duduk di dekat pintu gerbang perpustakaan sambil menawarkan buah beri kepada Maria. "Kupikir ada mahluk liar atau penghuni koloni ini atau apapun itu…" Maria tidak melanjutkan ucapannya, dia mengambil buah beri itu dan memakannya. "Buah beri ini manis sekali."
"Dan ukurannya seperti ukuran buah beri di bumi." Sean menambahkan sambil menikmati buah beri yang dia petik sendiri. "Aku pergi ke kubah ketiga karena penasaran dengan kubah yang sudah hancur di distrik lainnya. Tak kusangka banyak tanaman beri kecil yang tumbuh di area tersebut."
Maria dan Sean menikmati buah-buahan tersebut untuk makan pagi mereka, lalu Sean mengajak Maria untuk pergi ke tempat peralatan yang terletak di kubah kedua pada koloni tersebut. Jalanan yang mereka tempuh sudah banyak tertutup tumbuh-tumbuhan liar yang bentuknya normal seperti tumbuhan di bumi. Jalanan putih yang seperti aspal tempat mereka berjalan sama sekali tidak ditumbuhi tumbuh-tumbuhan tersebut, sehingga Maria dan Sean dapat berlari kencang mengikuti jalan tersebut.
Ketika mereka sampai disebuah tempat dengan papan besar di depannya yang bertuliskan "tempat peralatan", Sean segera masuk ke dalam tempat tersebut. Isi dari tempat peralatan tersebut masih terpelihara dengan baik, hanya debu-debu yang menumpuk yang menutupi kotak-kotak peralatan yang membuat mereka kesulitan untuk mengenali fungsi setiap kotak peralatan.
Setelah dua jam mereka mengecek barang-barang yang ada pada tempat tersebut, Mereka menemukan banyak barang yang dapat mereka pakai. Kotak arloji, mobil yang sudah dipadatkan dalam sebuah kotak, perlengkapan untuk berburu, sampai dengan kotak pertolongan pertama.
'Apakah salep-salep pada kotak pertolongan pertama ini tidak memiliki tanggal kadaluarsa?' Maria membolak-balikkan beberapa salep yang ada pada kotak pertolongan pertama. Maria awalnya ragu, namun dia melihat Sean mengambil kotak pertolongan pertama lainnya dan menggantungkannya ke samping pinggangnya seakan-akan tidak ada hal aneh dengan salep tersebut.
"Ayo bereskan barang-barang yang akan kau bawa" Ujar Sean kepada Maria. "Jangan lupa untuk memasukkan peralatan perburuan ke dalam arloji barumu. Kita memang akan menggunakan mobil untuk pulang, namun tidak ada salahnya berjaga-jaga" Lanjut Sean sambil memeriksa barang-barang yang mungkin masih ada gunanya.
Maria memasukkan damaskus dan busur silang ke dalam arloji barunya. Dia melihat ke pojok ruangan dimana mereka menaruh damaskus dan tombak manusia burung yang mereka gunakan selama ini. 'Kurasa peralatan tersebut tidak akan dapat lagi kami pakai.' Senjata yang mereka pakai selama perjalanan ke koloni itu sudah rusak di ujung-ujungnya dan darah ular yang menempel pada semua bagian tajamnya sudah membuat senjata-senjata tersebut tumpul.
Maria mengecek ke ruangan yang berada di dalam tempat peralatan tersebut, namun nampaknya tidak ada barang lain yang diperlukan oleh Maria dan Sean disana. Klotak! Maria menemukan sebuah kotak kecil bertuliskan "blowgun sport" yang jatuh di bawah tempat itu. Ia membuka kotak tersebut dan menemukan barang yang tidak dia sangka-sangka: Jarum-jarum dengan ukuran telapak tangannya dan gabus yang berada di setiap jarum tersebut.
Mata Maria terbelalak, perasaannya bercampur antara rasa tidak percaya dan kegembiraan atas penemuannya tersebut. Dia segera mencari tombak untuk meniupkan jarum-jarum tersebut dan segera menemukannya di antara perlengkapan yang bertumpuk. Maria segera memasukkan peralatan tersebut ke dalam arlojinya.
Maria segera keluar dari tempat tersebut setelah dia menyiapkan segala perlengkapan yang dia butuhkan untuk perjalanan pulang. "Kau sudah siap?" Tanya Sean kepadanya. Maria mengangguk "Ayo kita pulang."
Sean memproyeksikan sebuah mobil dari arlojinya dan mobil itu segera menjadi benda nyata. Sean dan Maria masuk ke dalam mobil tersebut. Sean terdiam sejenak sebelum dia menyalakan mesin pada mobil tersebut. 'Kurasa aku harus melaporkan ini kepada petinggi di koloni enam belas, penjelajahan lebih lanjut pada koloni ini akan sangat membantu para arkeolog untuk mengetahui perkembangan yang terjadi di bumi saat ini.' Pikir Sean.
"Apa yang kau pikirkan? Apakah kau akan menyalakan mesin mobilnya?" Tanya Maria kepada Sean. Sean sedikit terkejut ketika Maria mengatakan hal itu kepadanya. Dia segera menepiskan pikirannya mengenai koloni tersebut. 'Yang paling penting saat ini adalah bagaimana caranya kami pulang ke koloni enam belas. Kurasa penjelajahan itu bisa dilakukan setelah kami pulang.' Sean segera menyalakan mobil itu dan mengemudikannya keluar dari koloni tersebut.
***
Ketika mereka baru saja keluar dari kawasan koloni yang tidak diketahui, mereka menemukan beberapa hal ganjil. Maria menemukan tidak adanya hewan hewan liar yang berkeliaran di daerah tersebut, sementara Sean menemukan bahwa tumbuh-tumbuhan yang berada di sekitar mereka adalah tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan buah walaupun tidak ada jejak buah-buahan yang rusak pada tumbuh-tumbuhan tersebut.
Tak lama, Maria nengadahkan kepalanya dan melihat ke atas jendela. Maria terkejut dengan apa yang dia lihat. "Sean, keluar dari mobil ini!! Sekarang!" Maria segera menekan tombol di dekat jendelanya dan melompat keluar dari mobil yang melaju kencang.
Maria berguling dan segera bangkit dari posisinya. Ia melihat Sean baik-baik saja di arah yang berlawanan dengannya. Mobil yang mereka tumpangi dihujani tombak-tombak panjang dan segera mengguling ke depan.
'Manusia burung. Ini adalah teritori mereka.' Sean mengangkat kepalanya dan melihat ratusan manusia burung melayang di udara. Kepala para manusia burung mengarah kepada mobil yang ditumpangi Sean dan Maria "Apakah mereka sudah mati?" Ujar salah satu pemuda burung yang menggunakan kalung dengan aksesori berhiaskan gigi serigala hutan. "Nampaknya kita harus memeriksanya." Sahut pemuda burung yang lainnya.
Maria segera memberi isyarat kepada Sean untuk berlari perlahan dan mencari tempat yang tertutup daun-daunan. Sean mengikuti isyarat Maria dan mereka bergerak sepelan mungkin agar tidak menarik perhatian para Manusia burung.
Sean dan Maria berhasil keluar dari kawasan para manusia burung. Hari sudah gelap ketika mereka tiba di area dimana mereka membunuh ular yang akan memakan mereka beberapa hari yang lalu. Bangkai ular itu nampaknya sudah menghilang, namun darah yang terciprat di antara bebatuan masih tersisa di tempat tersebut.
"Nampaknya malam ini kita harus tidur di daerah sekitar sini." Sean memperhatikan lingkungan di sekitar mereka. Maria mengernyit "Kurasa itu ide buruk." Ia memandang bekas darah ular itu sambil melihat jijik. "Apa yang terjadi bila kita menemukan ular lagi?"
"Kau punya ide yang lebih baik? Apakah lebih baik kita tidur di atas pohon?" Tanya Sean sambil menoleh kepada Maria. Maria terdiam "Itu juga tidak bagus. Ketika kau terluka, aku diserang oleh seekor burung besar di atas pohon di daerah itu."
Maria dan Sean memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanannya untuk beberapa saat. Firasat Maria mengenai area tersebut cukup tepat. Area tersebut dihuni banyak ular, namun ular-ular yang mereka temui di tempat tersebut tidak sebesar ular yang mereka temui sebelumnya. Maria dan Sean dapat melarikan diri dari kejaran ular-ular tersebut tanpa menemui banyak kesulitan.
Setelah keluar dari kawasan ular tersebut, Sean berhenti dan menarik nafas panjang. Maria terduduk dan memandang Sean yang sama-sama kelelahan. "Berhenti disini?" Tanya Maria mengatur kembali nafasnya setelah berlari cukup jauh. "Yeah…" Sean hanya mengangguk pelan karena kelelahannya yang mulai memuncak. Mereka tertidur dan mengistirahatkan tubuh mereka di sebuah batang pohon yang dilindungi jamur besar di atasnya.
***
Menjelang pagi, Maria terjaga. Dia mendengar ada suara langkah kaki dari beberapa orang, namun Maria tidak yakin karena langkah mereka terdengar sangat teratur. Sean terbangun dari tidurnya dan segera merasakan hal yang sama.
Sean menaruh jari telunjuknya di mulut. "Sttt… Nampaknya ada tamu tak diundang. Sepertinya itu adalah seekor laba-laba." Sean mengintip ke arah suara langkah kaki tersebut. Tebakannya sepertinya benar, karena ada seekor laba-laba seukuran setengah badan mereka sedang berjalan mencari mangsanya.
"Sejenis Tarantula…" Ujar Maria tanpa sadar. Sean menoleh kepadanya dengan tatapan penuh keanehan, tetapi setelah beberapa saat dia kembali berkonsentrasi untuk melihat tarantula tersebut. Ketika dia menoleh kembali untuk mengamati tarantula tersebut, kaki Sean bergerak tanpa dia sadari.
Tepat ketika kaki Sean bergeser, tarantula itu berlari ke arah mereka dan segera memasang kuda-kuda untuk menyerang. Suara desis tarantula itu terdengar ketika kedua lengan depannya diangkat ke atas sambil mengeluarkan taringnya untuk menerkam mereka. Dalam waktu sepersekian detik, Maria dan Sean segera melompat mundur sejauh mungkin, tepat sebelum laba-laba besar itu menyergap salah satu dari mereka.
Maria dan Sean segera berlari ke arah padang gelembung sambil pergi meninggalkan laba-laba besar tersebut. Selama berlari, Maria sering melihat ke belakang dan memastikan bahwa tarantula tersebut tidak mengejar mereka.
Ketika hari menjelang siang, Maria dan Sean sampai di padang gelembung. Mereka terduduk letih, terutama karena tidur mereka yang terganggu dan mereka terpaksa untuk melewatkan makan pagi mereka selama melepaskan diri dari area hutan.
Maria bertanya kepada Sean "Dapatkah kita menggunakan mobil dari tempat ini?" Sean segera menoleh kepada Maria "Tentu saja! Kau menyimpan sebuah mobil kapsul di arlojimu?" Raut wajah Sean berubah menjadi gembira. "Ya, aku memilikinya." Sahut Maria tersenyum.
Maria mengangkat tangannya dan mulai mengoperasikan arlojinya. Sean tidak dapat membendung kegembiraannya ketika dia melihat mobil kapsul yang dikeluarkan oleh Maria.
"Ngomong-ngomong, aku tidak dapat mengemudi." Ujar Maria sembari mengeluarkan mobil kapsul tersebut dari arlojinya. "Tak masalah, kau dapat menyerahkan hal itu padaku!" Sean menjawab dengan bersemangat dan segera mengambil posisinya untuk menaiki mobil tersebut.
Keduanya segera menaiki mobil kapsul yang dikeluarkan oleh Maria. Tanpa menghadapi kesulitan yang berarti, Sean mengemudikan mobil itu ke area pertambangan.
Di luar dugaan, ketika mereka baru saja memasuki area pertambangan, para pejuang yang menjaga tempat tersebut menyerang mereka. Maria dan Sean segera keluar dari mobil mereka dan mengangkat kedua tangan mereka ke atas.
"IRL-20082435N032" Sean menyebutkan identitasnya ketika para pejuang tersebut mendekat. "ENIM-03062445N006" Maria mengikuti Sean dan menyebutkan identitasnya. Para pejuang sedikit terkejut ketika mendengar identitas mereka. Pejuang yang bertugas segera mengeluarkan arlojinya dan memperlihatkannya kepada Sean dan Maria "Bagaimana caranya kalian masih hidup dan dalam kondisi tidak terluka?" Arloji itu menampilkan catatan kematian dari insiden yang terjadi di hutan perburuan ketika mereka melawan manusia burung.