Chereads / Sebuah Perjalanan di Dunia Kai / Chapter 7 - Hutan Di Area Perburuan

Chapter 7 - Hutan Di Area Perburuan

Maria melihat keadaan Sean dengan baju zirah yang telah rusak karena tusukan-tusukan tombak. Maria yang melihat tombak yang menusuk di paha kiri Sean, segera membuka baju zirah yang sedang dipakai Sean.

Darah mengalir dari bagian tombak yang tertusuk di kaki Sean. Maria bersiap mengeluarkan kotak pertolongan pertamanya seraya mengamati area disekitarnya. Para pejuang lainnya nampaknya berhasil mengevakuasikan para pemburu dari area perburuan. Jeroan cockatrice yang tidak diambil oleh para pemburu memberikan mereka cukup waktu untuk menarik diri tanpa sepengetahuan serigala tersebut.

Masalah utama yang ditemukan Maria yang menyebabkan dia memasukkan kembali kotak pertolongan pertamanya adalah bahwa serigala hutan yang baru selesai memakan jeroan cockatrice tersebut mencium bau darah yang mengalir dari tubuh Sean.

Tanpa membuang waktu, Maria membopong tubuh Sean di bagian kiri dan menopang pinggangnya dengan tangan. "Bersiaplah melompat." Ujar Maria dengan singkat. Sean yang mendengar perkataan Maria segera menyadari keadaan mereka seraya menghela nafasnya "Haa… Masalah baru. Kutarik perkataanku, ini bukan hari baikku." Mereka segera berdiri dan bersiap untuk melompat.

Maria bertindak sebagai pemimpin mereka sementara Sean segera menyesuaikan dirinya dan mengikuti gerakan Maria. Maria melompat dari daun yang letaknya tinggi menuju tempat yang lebih rendah untuk bersembunyi dari serigala tersebut. Serigala hutan yang melihat targetnya segera mengejar mereka.

Maria melompat dari satu dahan ke dahan lain sebelum akhirnya dia berlari di bawah dedaunan dan melalui rerumputan basah sambil tetap membopong Sean. Ia melihat sebuah celah di bawah akar sebuah pohon raksasa pertama yang ia temukan. Tanpa berpikir panjang, Maria segera membawa Sean ke dalam sela-sela akar pohon tersebut.

Serigala besar yang mengejar mereka berhenti di depan akar pohon tempat Maria bersembunyi. Ia mengorek akar tersebut dengan kuku kakinya, namun akar tersebut cukup dalam bagi Maria dan Sean untuk bersembunyi. Setelah beberapa waktu, serigala itu merasa bahwa usahanya tidak membuahkan hasil, sehingga ia pergi meninggalkan mereka.

Kedua orang yang berada dibawah akar pohon tersebut akhirnya dapat bernafas lega setelah serigala itu pergi menjauh. Sean mencoba mengoperasikan arlojinya dan berhasil menyalakan lampu dari dalam arlojinya "Haa… fungsi sisanya… tidak dapat dijalankan." Ujarnya sembari frustasi. "Setidaknya kita masih mendapatkan sinar dibawah sini" Timpal Maria.

Maria menoleh kepada Sean "Biar ku obati dulu lukamu." Dia mengernyitkan dahinya, karena dia tidak yakin untuk mengobati luka sebesar itu hanya dengan kotak pertolongan pertama.

Walaupun Maria ragu akan hal itu, ia tetap mengeluarkan kotak pertolongan pertamanya. "Apakah kau tahu isi dari kotak pertolongan pertama itu dan cara menggunakannya?" Tanya Sean kepada Maria. Maria memandang Sean sambil terdiam sebentar, lalu menggelengkan kepalanya. "Sejujurnya aku tak tahu, tapi setidaknya aku dapat mencoba menggunakannya."

Sean tersenyum sambil menahan sakit "Kau sangat menarik, kau tahu?" Dia berusaha untuk bangun dari sandarannya di akar pohon, namun Maria mencegahnya. "Biarkan aku yang mengobati lukamu, aku mungkin tidak ahli dalam bidang ini, namun bila kau bergerak terus, lukamu akan semakin menganga. Kau dapat memanduku apa yang harus kulakukan." Maria menatap Sean dengan tatapan lurus.

"Haa… Baiklah." Sean kembali menyandarkan punggungnya di akar pepohonan. Maria membuka kotak pertolongan pertama dan dia melihat beberapa perlengkapan yang tidak familiar untuk sebuah kotak pertolongan pertama yang dia ketahui.

'Aspirin, Salep-salepan apakah ini, uh labelnya berbeda-beda… Perban yang cukup tebal, Gunting, Kain kasa besar, disinfektan, segulung kecil benang multifilamen dan sebuah jarum cutting untuk menjahit luka! Nampaknya peralatan ini benar-benar dirancang untuk sebuah perburuan daripada hanya sebuah kotak pertolongan pertama biasa.' Maria mengambil sebotol kecil aspirin dan mengeluarkan isinya. Ia menyerahkan tablet tersebut kepada Sean "Makanlah" Kata Maria.

Sean mengambil tablet itu dari tangannya dan memakannya. "Kau akan membereskan lukaku?" Tanya Sean. Maria mengangguk sambil mempersiapkan barang-barang yang akan ia pakai. Sean membuka tombol di ikat pinggangnya dan menekan tombol itu dua kali. Celana ketat panjang yang dia gunakan berubah menjadi celana pendek.

'Ah… Sangat praktis.' Kata Maria dalam hati. Sesaat setelah berpikir demikian, Maria terkejut ketika dia melihat memar-memar di kaki Sean. 'Ia melompat dan berlari dengan kondisi seperti ini?' Maria menatap Sean sambil berkata, "Buka bajumu"

Sean terhenyak ketika mendengar hal itu. Wajahnya yang pucat berubah menjadi merah tomat. Seketika, Maria menyadari apa yang dia katakan kepadanya. "Bukan itu maksudku! Baju atasmu! Baju atas! Aku harus melihat kondisi tubuhmu! Banyak memar di lengan dan kakimu!" Maria berusaha mengatasi kepanikannya.

"Ma-maaf…" Ujar Sean sambil menutup mulutnya dengan tangan dan memalingkan wajahnya dari Maria. Dia segera menekan tombol pada chokernya dan badannya yang berotot tersingkap. Memar-memar terlihat di sekujur tubuhnya, seperti yang sudah diduga Maria sebelumnya. "Sayap para manusia burung itu sungguh bukan main." Tatap Maria sambil menelan ludah.

Maria mengalihkan pandangannya pada tombak yang masih tertusuk di kaki Sean, kakinya terlihat mulai membengkak. 'Untunglah tombak tersebut tidak menancap ke daerah tulang.' Pikirnya sebelum memutuskan untuk mencabut tombak tersebut. "Maafkan aku, ini akan sakit." Ujar Maria sambil menatap Sean. Sean tersenyum pasrah sambil mengangguk padanya, "Yah, aku tahu. Lakukan saja."

Maria mengambil sebuah kain dari kotak pertolongan pertama. Dia membungkus daerah sekitar kaki Sean dan tangan kanannya dengan kain-kain tersebut. Maria menghela nafas untuk sesaat dan menarik tombak yang patah tersebut tanpa ragu-ragu.

Ketika tombak tersebut lepas dari kaki Sean, Sean menahan kesakitan yang dialaminya. Darah mengalir deras dari lukanya yang menganga lebar. Maria segera menumpahkan disinfektan dan bersiap untuk menjahit lukanya. "Maria…" Panggilnya singkat. "Diamlah, aku akan menutup luka itu." Kata Maria sambil memasukkan benang pada jarum untuk menjahit lukanya. "Kau dapat menggunakan salep itu untuk membantu menghentikan pendarahan" Jari Sean menunjuk ke arah salep berlabel merah yang tidak diketahui kegunaannya.

Maria segera meletakkan jarum yang sudah memiliki benang di selanya. Dia mengambil salep yang ditunjuk Sean dan membuka tutupnya. Maria segera mengoleskan salep tersebut di samping-samping luka yang menganga. Darah yang mengalir berhenti didaerah yang diolesi salep tersebut.

"Apakah aku harus memasukkan salep ini ke dalam lukamu?" Ujar Maria dengan penuh keraguan. "Tidak usah. Cukup di bagian luarnya saja. Bila kau masukkan ke dalam, luka bagian dalam tidak akan dapat menutup." Ujar Sean. "Kau bisa menjahit luka di kakiku?" Tanyanya penuh keraguan kepada Maria.

Maria mengangguk dan mulai menusukkan kait jarum ke dalam daging di kaki Sean. Setelah kait itu tertancap dan mengait dengan daging disisi lainnya, ia menarik benang multifilamen yang telah dikaitkannya ke lubang jarum. Maria menjahit luka Sean tanpa bantuan anestesi sambil menekan lukanya sesekali dengan sebuah kain dari dalam kotak pertolongan pertama.

Sean terdiam sambil sesekali meringis dan terkadang mengeluarkan erangan lemah yang tertahan. Tangannya terkepal keras sambil menahan sakit setiap kali jarum tersebut terkait dan menusuk ke dalam lukanya. Setiap kali benang multifilamen itu bergerak diantara dagingnya, Sean tak habis pikir mengapa pustakawati di hadapannya dapat melakukan ini semua.

Hanya dalam beberapa menit, Maria berhasil menjahit luka di kaki Sean. Setelah selesai, dia langsung mengoleskan kembali salep untuk menghentikan pendarahan. Tanpa membuang waktu, Maria segera mengambil kain kassa dan perban untuk menutup jahitan tersebut. "Nampaknya kita tidak dapat keluar dari sini untuk beberapa waktu" Ujar Maria kepada Sean. Sean hanya mengangguk menanggapi perkataan Maria tersebut.

Hari sudah semakin gelap ketika Maria menangani luka Sean. Dia menggunakan salep dengan label kuning yang ditunjukkan Sean untuk mengobati luka memar di punggung, tangan, dan kaki Sean.

Setelah Maria mengobati luka di sekujur tubuh Sean, Maria mengambil sebuah bungkusan kecil yang berbentuk kotak di pinggang kirinya. Dia membuka bungkusan tersebut dan menemukan beberapa buah gorengan kecil yang terlihat seperti pastel berbentuk segitiga yang sudah agak remuk. 'Tidak akan cukup untuk benar-benar mengisi perut.'

"Aku akan mencari makanan dulu di sekitar sini. Sementara itu, kau makanlah dulu makanan ini." Kata Maria kepada Sean.

"Kau yakin? Walaupun Mahluk di sekitar sini bukanlah mahluk ganas, tetapi karena ukuran mereka yang sangat besar…" Sean terdiam beberapa saat dan mempertimbangkan opsi yang mereka miliki. Dia menyadari bahwa bila dia mengikuti Maria, dia hanya akan mejadi beban. Disamping itu, dia juga tahu bahwa samosa itu tidak akan cukup untuk mengenyangkan perut, terutama karena mereka ada dua orang disini.

"Tidak usah khawatir. Aku dapat mencari buah-buahan dengan ukuran kecil dengan damaskus ini" Sahut Maria kepadanya seraya menunjukkan belati besar yang tergantung di samping kanan pinggangnya. "Aku cukup terlatih untuk menggunakan ini, percayalah padaku."

Sean melihat ke arah luar untuk sesaat, sebelum kemudian mengangguk setuju, "Baiklah kalau kau bisa menggunakannya. Bersembunyilah bila kau melihat mahluk-mahluk hutan. Hati-hati bila kau melihat bayangan di tanah, manfaatkan sinar bulan untuk melihat bayangan tersebut."

"Mengerti." Jawab Maria singkat. "Aku akan segera kembali." Dia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju celah di antara akar pepohonan. Dia melihat ke arah luar dan melirik ke arah arlojinya. 'Ah… Sudah rusak.' Pikirnya dengan sedikit rasa frustasi. Ia kemudian melompat ke arah sinar bulan dan bertengger di salah satu daun yang paling tinggi.

Maria melihat ke sekitarnya. Pemandangan yang dia liat membuatnya melongo. 'Hutan perburuan… sehamparan kebun dengan beberapa pohon di dalamnya…' Hal tersebut membuatnya menyadari seberapa kecilnya mereka di dunia ini 'Apakah Manusia menyusut? Uh… pertanyaannya bukan itu. Mahluk apakah Maria dan 'Manusia' disekitarnya?'