Chereads / Sebuah Perjalanan di Dunia Kai / Chapter 6 - Manusia Burung

Chapter 6 - Manusia Burung

Bau darah segar tercium dari bangkai cockatrice. Rerumputan yang berwarna merah darah terlihat dimana-mana. Para pemburu tingkat dua berteriak kepada para pemburu pemula "Siapkan pisau damaskus!" Seru mereka kepada kelompok Maria.

Para pemburu pemula sibuk menyiapkan dan mengumpulkan pisau damaskus yang tergantung di masing-masing pinggang mereka. Pisau-pisau tersebut kemudian diberikan kepada kelompok pemburu tingkat dua yang sudah siap dengan tali dan sarung tangan mereka.

Dengan cekatan, para pemburu tingkat dua menguliti kulit cockatrice. Bulu-bulu dan kulit tebalnya di angkat dan dikumpulkan oleh para pemetik. Sementara daging dan jeroan yang dapat mereka kumpulkan dipotong-potong oleh para pemburu tingkat dua dan para pemburu veteran, sementara yang lainnya membantu mengemas daging-daging tersebut dalam kontainer berwarna putih dan segera memasukkannya ke dalam truk transport besar yang suhunya dibawah titik beku.

Setelah truk transport siap membawa daging-daging tersebut, para peserta perburuan membersihkan diri mereka masing-masing dari bau darah. "Bilas tubuh kalian dengan bersih. Bau darah yang kental dapat memancing mahluk buas kemari." Seru Derrik pada seluruh peserta perburuan. Truk transport yang membawa air bersih dikerumuni para pemburu yang membersihkan tubuh mereka satu demi satu, dimulai dari para pejuang yang membersihkan baju zirahnya yang berwarna merah kental.

'Sekarang aku mengerti kenapa orang-orang di dunia ini semuanya menggunakan baju yang berbahan material mirip latex, yang menempel pada tubuh. Mereka mandi dengan mengenakan baju mereka disini.' Maria menunggu gilirannya untuk membasuh dirinya dengan air, sementara beberapa teman kelompoknya sudah mengeringkan rambut mereka dan siap kembali ke dalam truk.

"Sudah semuanya?" Tanya Derrik kepada pengemudi truk yang membawa air. "Ya, itu sudah semuanya pak." Jawab pengemudi tersebut. Maria adalah salah satu dari orang yang terakhir membasuh dirinya dengan air. Para pejuang menunggu anggota kelompok mereka selesai, begitu pula Sean yang menunggu Maria mengeringkan rambutnya. Sesekali, Sean melirik Maria dan ketika Maria menoleh ke arahnya, dia mengisyaratkan untuk segera mengeringkan rambutnya dan masuk ke dalam truk.

Maria yang melihat teman-temannya mengeringkan rambutnya semula mengira bahwa mereka mengeringkan rambut mereka dengan handuk biasa. Dia agak terheran-heran, karena setiap peserta kelompok yang mengeringkan rambut mereka bergiliran menggunakan satu handuk dan mengeringkan rambut mereka dengan sangat cepat. Ia hanya berharap bahwa ketika dia memakai handuk tersebut, handuknya masih cukup kering untuk mengeringkan rambutnya.

Di luar dugaan Maria, handuk yang dia pakai tidak basah sama sekali. Ketika dia menyentuh handuk itu ke permukaan rambutnya, handuk itu menyerap semua air yang ada di rambutnya. 'Oh, ajaib. Dunia ini pasti dalam khayalanku sebelum mati, atau mungkin sebuah masa depan dengan teknologi yang super canggih.' Dia menikmati sensasi mengeringkan rambut dengan handuk itu, terasa hangat dan lembut menyapu rambutnya.

BOOM! BOOM! BOOM!

Ketika Maria baru saja selesai mengeringkan rambutnya, terdengar suara dentuman berkali-kali dari arah jalan pulang menuju kota koloni 16. Pada saat itu juga, semua pejuang bersiap di posisi mereka masing-masing. "Truk transportasi, segera tinggalkan tempat ini!" Seru Derrik. "Para pejuang segera bersiap siaga. Lindungi truk transportasi." Lanjutnya lagi.

Beberapa bayangan mahluk bersayap terlihat sedang menyerang truk transportasi dengan lemparan senjata tombak, tetapi di saat yang sama para pejuang dengan perisai maju dan menahan tombak-tombak tersebut di udara.

CLANG! CLANG!

Suara besi-besi bertumbukan terdengar dari perisai mereka. Para pejuang maju dengan perisai mereka di posisi depan untuk menghindari serangan lainnya. Maria mencoba mengetahui apa yang sedang terjadi pada pertempuran tersebut. Ia mengambil damaskus dan busur silang yang harus ia bawa ke dalam truk.

"Apa yang kau lakukan, Maria?! Kau salah jalan, ayo kemari!" Ujar Adel sambil berbisik. Maria sama sekali tidak menoleh pada Adel, dia malah maju ke arah yang berlawanan. Maria mendekati area pertempuran dan melihat pertempuran tersebut berhenti untuk sejenak. Truk transportasi segera melewati arena pertempuran ketika para pejuang berbicara dengan mahluk bersayap tersebut, sementara truk para pemburu tetap berada di belakang arena pertempuran.

"Sungguh beraninya kalian menyandera salah satu dari kami dan mengharapkan kami mau melakukan gencatan senjata dengan kalian!" Suara serak itu berasal dari seorang pemuda dengan topi burung berbulu. Badannya besar dan tegap, tingginya mencapai dua meter, dengan sayap yang terbentang lebar seakan-akan dia menantang duel dengan para pejuang. Tangannya yang memegang sebuah tombak besar menunjuk ke arah para pejuang. Di belakang pemuda itu ada lebih dari empat lusin pemuda dengan sayap yang berbeda-beda.

'Manusia burung. Inikah yang dipelajari oleh Maria sebelum tubuhnya aku ambil alih?' Maria tercegang melihat postur mereka. 'tubuh mereka tidak gemuk, tetapi otot mereka mungkin menyamai tubuh para pasukan TNI secara rata-rata di dunia Amel.' Pikirnya dalam hati. Yang lebih menjadi perhatian Maria adalah bahwa perawakan mereka yang tinggi membuat keberadaan mereka terasa lebih mengintimidasi.

"Kami tak menyanderanya!" Derrik menghantamkan perisainya ke tanah. Raut wajahnya serius ketika dia meletakkan tangannya di atas perisai itu. "Kami mengobatinya. Dan dia berontak. Dia sendiri yang melarikan diri dari fasilitas kesehatan kami dan membuat kegaduhan." Derrik bersikeras bahwa rasnya tidak bersalah.

"Hahaha… Mengobatinya. Dengan cara mencabik-cabik dia sampai tidak berbentuk." Pemuda burung itu menancapkan kayu di tombaknya ke tanah sambil tertawa. Kepalanya menunduk ke tanah untuk sesaat, lalu dia kembali mengangkat tombaknya ke arah Derrik. Aura untuk membunuh terasa di tanah perburuan itu. "Jangan bercanda. Kami tidak mempercayainya. Seperti kata leluhur kami, kalian para manusia pertama tidak dapat dipercaya!"

Saat itu juga, para manusia burung membuka sayap mereka dan melompat ke atas sebelum menukik dan mulai menyerang para pejuang. Para pejuang mulai melakukan perlawanan dan mengatur formasi mereka. Para pejuang melompat dan membentuk kelompok-kelompok yang berisikan lima orang. Setiap kelompok terdiri atas satu orang pengguna perisai, pedang besar, pisau dan panah, dan pengguna pedang dua tangan.

"Perhatikan bagian atas!" Teriak Derrik. Para pejuang berlompatan dari dahan ke dahan, menghindari sayap-sayap besar yang siap menghadang semua gerakan mereka. Tombak para manusia burung mencegah para pejuang melukai mereka. Para manusia burung bergerak sangat cepat dan membuat para pejuang sedikit kebingungan, namun para pejuang yang bergerak dalam kelompok dapat mengimbangi kecepatan mereka dengan bergerak dalam formasi lingkaran.

Maria terpana dengan pertempuran yang sedang terjadi, sehingga dia terdiam berdiri di belakang dedaunan. Dia tidak mendengar bahwa para pemburu lain mulai berteriak ketakutan karena ada sesuatu hal lain di luar dugaan terjadi di tanah perburuan.

"Serigala hutan!" Teriak para pengemudi yang mengemudikan truknya ke arah medan tempur. "Kita terkepung!" Sahut pengemudi yang lain sambil berusaha mengemudikan truknya mengikuti truk di depannya. Truk-truk tersebut terhadang oleh para manusia burung. Para pemburu di dalamnya mulai berhamburan keluar sambil diliputi perasaan gentar, terutama karena mereka tidak memegang senjata sama sekali terkecuali para pemburu pemula.

TREKKKK!!! KRIEETTT!!

Suara besi yang terbengkokkan karena terinjak sesuatu yang besar segera membangunkan Maria dari fokusnya pada pertempuran. Seekor Anjing raksasa yang besarnya satu setengah kali lipat dari cockatrice menginjak truk yang berada di jajaran paling belakang. Hantaman kakinya merusak sebagian dari truk yang berada di paling belakang dan mencegah para penumpangnya untuk keluar dari truk tersebut.

ROAARRRR!!!

Suara raungan serigala hutan terdengar sampai ke arena pertempuran. Derrik yang mendengar raungan serigala hutan yang menyerang para pemburu segera memberikan komando darurat, "Semuanya, Mundur!!! Lindungi para pemburu!"

Isaac memberikan komando kepada para pejuang distrik dodo "Mundur teratur! Tetap berada dalam formasi!" Para pejuang menangkis tombak-tombak manusia burung sambil melompat mundur satu demi satu.

Kelompok Sean cukup kewalahan dengan keadaan tersebut, karena Sophia telah pergi terlebih dahulu untuk mengawal truk transportasi yang mengangkut buah-buahan dan sayur. Tanpa adanya pejuang yang menggunakan perisai, menangkis tombak-tombak manusia burung adalah suatu hal yang sukar dilakukan. Kecepatan para manusia burung juga membuat para pejuang kesulitan menghindar dari serangan mereka.

"Serahkan ini padaku! Kalian mundur lebih dahulu, lindungi para pemburu!"Sean menangkis tombak-tombak para manusia burung dengan menggunakan pedang besarnya agar rekan-rekannya dapat mundur. Sean maju dan menyerang salah satu manusia burung yang menargetkan tombaknya ke arah rekan-rekannya.

Maria melihat para pejuang yang lainnya mundur dan mulai memegang busur silangnya dengan keinginan untuk membantu Sean. "Jangan bertindak sesuka hati, ikuti prosedur" Suara Sophia kembali terngiang di telinganya. Hal itu membuatnya ragu untuk mengangkat busur tersebut, namun Maria tidak beranjak dari tempat tersebut dan tetap memperhatikan pertarungan yang sedang berlangsung.

Para manusia burung yang melihat adanya serigala hutan di belakang garis tempur, terus menyerang dengan agresif, membuat para pejuang kesulitan untuk mundur. Para pejuang yang sudah berada di garis belakang segera mempersiapkan diri mereka untuk bertarung melawan serigala hutan yang sedang memakan jeroan bangkai cockatrice yang tergeletak di area perburuan.

Pertempuran sengit terjadi antara para manusia burung dan para pejuang perisai, terkecuali Sean yang kelompoknya tidak memiliki pejuang perisai. Tombak demi tombak dia hindari dan pedangnya menerima banyak tusukan dari tombak-tombak manusia burung. Saat salah satu manusia burung menombak ujung pedangnya yang sangat dekat dengan tangan Sean, pedang itu terpelanting ke tanah dan membuat Sean terpojok.

Rekan manusia burung tersebut bersiap melontarkan tombaknya ke arah Sean yang terpaksa melompat dari satu daun ke daun lainnya tanpa memegang senjata. Sayap para manusia burung sempat mendorong tubuhnya beberapa kali sehingga kecepatan Sean turun cukup jauh.

Salah satu manusia burung membidikkan tombaknya ke area kaki Sean dan hantaman tombak tersebut berhasil menembus baju zirahnya dan melukai paha kirinya. "Arrrgghhh….!!!" Rintih Sean kesakitan. Dengan kondisi kakinya yang terluka dan tubuhnya yang sudah banyak terhantam sayap para manusia burung, Sean mematahkan kayu pegangan tombak tersebut. Gerakannya melambat dan dengan segenap tenaganya dia melemparkan dirinya ke salah satu daun yang cukup kokoh. Ia masih dapat menghindari beberapa tusukan dari para manusia burung, namun ia mengetahui bahwa harapannya selamat sudah sangat tipis.

Maria melihat Sean yang sudah dalam keadaan terdesak, segera mengangkat busur silang miliknya dan memegangnya dengan menumpukan busur besar tersebut di pundak kecilnya. 'Tebasan ke kiri, berputar. Dia akan bergerak ke depan menuju Sean.' Insting Amelia mengambil alih pikiran Maria sembari mengarahkan busur silangnya ke arah manusia burung yang bergerak dengan kecepatan tinggi.

Insting Amelia sebagai pasukan dengan keahlian sebagai penembak jitu segera memperhitungkan pergerakan manusia burung, sebelum pada akhirnya dia menemukan titik dimana manusia burung itu akan bergerak.

DEZINGGG!!!

Sebuah anak panah besi yang tebal terbang melintasi dedaunan. Manusia burung yang menyadari hal tersebut segera memperlambat kecepatannya, namun terlambat. JLEB! Suara anak panah menusuk ke pundak manusia burung. Darah menyembur dari luka manusia burung tersebut dan wajah Sean terkena cipratannya.

Seketika manusia burung tersebut terjatuh dari posisinya dan rekannya segera menangkap manusia burung tersebut. Sean yang sudah berada di pojok batu bernafas kencang. Jantungnya berdegup kencang seakan ia baru saja berlari puluhan kilometer. Keringat dingin mengalir di dahi Sean, apabila Maria sedikit saja terlambat menembakkan busurnya, tentu dialah yang berada di posisi manusia burung tersebut.

Sean segera menoleh ke bawah. Dia melihat Maria yang sedang bersiap mengambil panah ke dua dari kotak di belakang pinggangnya. JLEB! Bidikan kedua Maria tepat menancap di sayap manusia burung lain yang hampir menombak Sean. Tombaknya terjatuh dari lengan manusia burung, dan sekali lagi manusia burung lainnya segera menolong temannya itu.

Setelah tembakan kedua, Maria bersiap untuk membidikkan mata panah besinya yang ketiga. Namun pada saat itu para manusia burung menarik diri dari medan peperangan. "Hahaha… ini hari keberuntunganku" Ujar Sean sambil meringis dengan nada setengah berbisik. Dia diam terduduk di daun yang kokoh tersebut dengan keadaan lemas ketika Maria menghampirinya.