Arka dan Isabella, mereka berdua sedang mengadakan meeting, bersama orang-orang penting. Tentunya mereka sedang membahas permasalahan kantor yang sangat buruk, mereka mengadakan meeting untuk membahas entah ganti rugi uang pejabat kantor lain yang ikut bekerja sama dalam infrastruktur kantor, juga beberapa hal yang perlu di selesaikan.
Arka dan Isabella juga belum mengetahui kapan mereka akan pulang ke Indonesia, mungkin rencana mereka akan menyelesaikan urusan di Singapura lebih dulu.
KIMMY POV
Aku baru saja menyelesaikan pekerjaan aku di rumah ini, rasanya perut aku sangat sakit, mungkin karena lapar. Segera saja aku berjalan menuju ke arah meja makan, aku melihat banyak sekali makanan yang telah aku masak tadi pagi.
Mengenai soal Arka aku sungguh sangat merindukannya, aku sangat memikirkan pria yang berstatus suamiku. Dari kemarin hingga sekarang mereka juga belum memberi aku kabar, pesan yang aku kirim ke mereka juga masih belum dibaca.
Apa kabar mereka berdua, aku tidak tahu harus bertanya kabar dengan siapa lagi, karena aku sama sekali tidak mengenal rekan kerja suamiku sendiri.
SUAMIKU,,, apa aku sudah benar-benar gila, aku menganggapnya suami. Tapi dia sama sekali tidak menganggapku istri, aku yang bodoh, atau Arka yang jahat.
Huuuu,,, aku membuang nafasku kasar, kenapa aku kembali memikirkannya, aku sudah berjanji akan meminta cerai padanya ketika dia sudah tiba di rumah.
Mencoba mengajaknya berbicara hanya berdua, sebelumnya kami berdua belum pernah sekalipun mengobrol sesuatu yang harus di bicarakan. Tapi aku harus mengumpulkan niatku mulai dari sekarang, mengajaknya berbicara lebih dulu.
Kalau menunggu Arka mengajakku berbicara, entah berapa tahun aku menunggu. Kalian tahu Arka sangat tidak menyukaiku bukan, dia malah membenciku, sangat mustahil Arka akan mengajakku mengobrol berdua, menyedihkan.
Aku bingung harus berbuat apa malam ini, biasanya menghilangkan kejenuhanku mungkin
bisa saja langsung menelpon Justin. Tapi aku merasa tidak enak, tadi siang kami berdua sudah melakukan panggilan telpon 2 jam lamanya.
Sampai kupingku terasa sangat panas, untung saja ponsel yang aku gunakan bukan ponsel kentang, kalau tidak bisa saja sudah meledak di telingaku. Aku mengingat ponsel ini pemberian Isabella.
Hampir sebulan aku tinggal di rumah, dia sudah membelikanku handphone yang mahalnya sangat luar biasa menurutku, setara dengan tabunganku. iPhone 13 pro max, gadget ini sepertinya tidak cocok aku gunakan, karena aku hanya seorang pelayan, selain kelihatan mewah dan berkelas, ini juga terlalu mahal.
Entah kenapa tiba-tiba aku mengingat makam kedua orang tuaku, juga mertuaku. Aku sudah lama tidak berkunjung ke makam mereka, apalagi ke makam kedua orang tuaku. Sudah berapa tahun aku mencari nafkah di ibukota tapi sampai sekarang aku belum menyempatkan untuk berziarah ke makam mereka.
Mungkin kedua orang tuaku sudah menganggap aku melupakan mereka, tapi sungguh aku tidak melupakan mereka sama sekali, malah aku selalu merindukan mereka. Mungkin setelah perceraian aku bersama Arka nanti, aku akan kembali ke rumahku untuk berziarah ke makam mereka.
Mungkin besok aku akan menyempatkan lebih dulu berziarah ke makam mertuaku, karena makam mereka berada di pemakaman umum yang tidak jauh dari rumah. Aku kembali mengingatnya, mengingat pesan yang disampaikan papa mertua aku untukku.
Besok aku bercerita padanya, bercerita semua tentang kehidupanku, bagaimana hidupku selama tinggal bersama anaknya. Sangat tidak diharapkan setiap orang, apalagi seorang istri. Aku juga sedang berpikir bagaimana kehidupanku setelah bercerai bersama Arka, pasti sangat susah mencari pekerjaan lagi, pasalnya aku hanya lulusan sekolah menengah atas, kalian pasti sudah tahu kehidupan di ibukota seperti apa.
Aku tidak bisa berharap banyak dengan tabunganku itu, mungkin hanya cukup untuk keperluan menyewa rumah, juga untuk membeli makanan untuk beberapa bulan lamanya. Tidak mungkin aku tidak mencari pekerjaan, bisa-bisa aku mati kelaparan.
Aku melangkah berjalan menuju kamar, ingin secepatnya beristirahat, pikiranku sedang tidak karuan saat ini. Sekarang juga masih pukul 8:20 aku abaikan waktu itu, mungkin di waktu seperti itu orang-orang sedang berjalan-jalan mengelilingi ibukota, atau hanya sekedar duduk santai di rumah. Tapi tidak denganku, aku ingin segera beristirahat, rasanya sangat lelah, bukan lelah karena pekerjaan rumah, tapi karena pikiranku beberapa hari ini selalu membuat kepalaku terasa sakit.
Sekarang aku sudah siap dengan pakaian syar'i, gamis panjang berwarna hitam dipadukan dengan jilbab pasmina berwarna hitam, juga sepatu putih.
Aku menggunakan warna ini, karena umumnya di Indonesia terdapat beberapa daerah menggunakan pakaian berwarna hitam ketika sedang berziarah ke pemakaman. Seperti niatku semalam, aku akan pergi ke pemakaman mertuaku. Sekarang aku sudah berada di dalam mobil, diantar langsung oleh sopir rumah.
Sebelum melangkah keluar dari rumah, pak Toni sempat bingung melihat penampilanku yang berbeda, dia bertanya padaku, ya aku jawab saja sedang ada keperluan di luar, aku juga sudah izin padanya.
Aku yang duduk di belakang kemudi, sopir itu melirikku sebentar dari kaca spionnya.
"Memangnya keluarga neng ada di pemakaman itu?" tanya sopir yang kerap dipanggil pak De, aku hanya menjawab singkat.
"IYA" aku tersenyum, terlihat sopir itu mengangguk paham.
Beberapa menit kami menempuh perjalanan dari rumah ke pemakaman, akhirnya kami sampai juga di depan gerbang pemakaman. Pemakaman ini sangat terlihat nuansa Eropa, dari luar gerbang kita hanya melihat tembok yang menjulang tinggi, begitu masuk kita bisa melihat dengan jelas bagaimana banyaknya pemakaman di sana dengan tersusun sangat rapi, di pemakaman ini campuran ada yang non muslim, ada pula yang beragama Islam.
Sopir tadi sedang berada di luar gerbang, pemakaman ini memang umum, tapi menurutku ini tidak umum seperti pemakaman yang berada di desa-desa pada umumnya. Kita juga sudah melihat perbedaannya yang sangat jelas, mungkin pemakaman ini hanya di khususkan untuk orang-orang kaya saja, ini menurutku sih.
Aku terus berjalan melewati beberapa kuburan orang-orang di sini, aku hafal sangat jelas dimana makam mertuaku, terletak agak jauh dari gerbang masuk, berada di bawah pohon yang rindang, di sana terasa sangat sejuk, karena besarnya pohon tersebut.
Aku berkunjung kemari tidak dengan tangan kosong, aku membawa seikat bunga Krisan yang menurutku sangat cantik, tidak terlalu harum, tapi aku menyukai wangi bunga ini, aku akan menaruhnya di atas makam mertuaku.
Oh iya, aku membeli bunga ini dengan uang tabunganku, aku menarik beberapa lembar uang
yang tersimpan di tabunganku hanya untuk keperluan membeli seikat buket bunga ini. Aku tidak merasa rugi sama sekali, malah aku senang, bisa membawakan mereka sesuatu, apalagi bunga Krisan ini berwarna putih, ini salah satu warna favorit Arka putra kesayangan mertuaku, karena di setiap fotonya, aku melihat dia memakai pakaian berwarna putih.