Isabella masih murka dengan tindakan Arka, dia berharap Arka secepatnya melepaskan Kimmy, Isabella sudah tidak sanggup dengan sikap Arka bertindak seperti itu pada Kimmy, dia tidak terima sama sekali.
Bukan karena dia ikut tidak menyukai Kimmy, karena Kimmy titipan dari pamannya Anderson Willy Smith. Dia dijadikan menantu dan nyonya Arkana Andrew Smith di rumah itu, bukan untuk dijadikan pelayan, Arka sangat kejam.
"Aku harap setelah kita kembali ke Indonesia, kamu harus melepaskan Kimmy Arka, Kimmy berhak bahagia." ucap Isabella mengingatkan Arka kembali, dan dia berlalu pergi meninggalkan Arka sendirian, Arka hanya menatap kepergian Isabella.
Isabella sudah tidak peduli dengan keadaan sekarang, seharusnya mereka fokus pekerjaan kantor. Bukan menambah beban mereka dengan cara membahas perihal hubungan Arka dan Kimmy.
Kini Arka kembali mengingat perkara itu,
dia berpikir apa dia harus melepaskan Kimmy. Jika memang dia harus melepaskan Kimmy kenapa rasanya berat sekali. Arka menyadari itu, dia juga berpikir tidak mungkin mencintai wanita dusun itu. Arka membayangkan wajah lugu Kimmy, Arka membenci raut wajah itu, dia seperti wanita licik.
Huuufft,,, deru napas Arka berat, dia menyandarkan kepalanya di kursi, "kenapa Isabella ikut campur urusan pribadi aku?" tanya Arka pada diri sendiri, dia baru menyadari, Isabella sudah terlalu jauh mengurusi hidupnya.
Tapi menurutnya Isabella memang benar, dia harus melepaskan Kimmy. Mungkin setelah dia memutuskan hubungannya, pikirannya sudah tidak terasa berat seperti ini lagi, Isabella juga selalu menghantuinya dengan masalah itu-itu saja. Selama tiga hari ini Arka dan Isabella betul-betul tidak pernah menyentuh handphone mereka sekalipun. Mereka tidak melupakannya, tapi mereka sengaja, karena harus terfokus pada laptop dan komputer.
JUSTIN POV
Hari ini aku sedang duduk santai di pos jaga, aku bingung selama duduk di sini berjam-jam tidak ada yang harus aku kerjakan, dari tadi aku juga sudah mengotak-atik ponselku, berniat menelpon Kimmy, tapi nomornya tidak aktif. Sudah berkali-kali aku mencoba menghubunginya tapi tetap sama, nomor yang dituju tidak aktif.
"apa dia baik-baik saja?" batinku.
sungguh wanita itu, dia membuatku sangat khawatir, semoga dia baik-baik saja, aku berharap Kimmy akan menghubungiku lebih dulu. Dia tipe wanita gengsi untuk hal seperti ini, dia tidak menyukai jika menghubungi orang lebih dulu, kecuali memang ada hal yang penting.
Aku juga bingung harus menghubungi siapa, bertanya tentang Kimmy, pasalnya aku tidak memiliki nomor telpon rumah itu. Jika ada mungkin saja aku sudah mengetahui Kimmy sedang apa sekarang.
Aku harus menunggu beberapa jam lagi, mungkin saja handphone Kimmy lowbat, dan dia juga sedang sibuk, positif thinking saja. Rumah itu sangat besar, sudah pasti pekerjaan disana berat dan banyak, aku memutuskan main game saja untuk menghilangkan kejenuhanku.
Di tempat lain, Alesha sedang mengendarai mobil BMW putihnya menuju rumah sakit dimana Kimmy di rawat. Karena jarak rumah sakit dan kantor lumayan jauh, sekitar 25 menit untuk menempuh perjalanannya.
Hingga dia tiba di parkiran rumah sakit, Alesha segera berjalan menuju meja resepsionis untuk bertanya keberadaan ruang rawat pelayan Arka.
"selamat sore suster, ruang rawat wanita yang mengalami kecelakaan tadi pagi dimana ya?" tanya Alesha pada suster.
"Iya selamat sore Bu, anda keluarga pasien?" tanya suster itu memastikan.
"Tidak, saya bosnya, pasien itu pelayan aku." jawab Alesha berbohong.
Dia sengaja mengatakan itu agar diberi izin oleh suster untuk menemui pasien, karena kalau mengatakan yang sebenarnya dia hanya teman dari bos pasien, sudah di pastikan suster itu tidak mengizinkannya untuk bertemu.
"Oh iya Bu, ruangan pasien berada di lantai delapan, nama ruangannya ruang anyelir." jelas suster memberitahu Alesha keberadaan ruang rawat Kimmy.
"Oke baik terima kasih suster." ucap Alesha berterima kasih dan berlalu pergi.
"Sama-sama Bu." jawab suster.
Alesha terus berjalan sambil mencari keberadaan lift, dia sambil menelpon Dokter Devan. Memberi tahu bahwa dia sudah tiba di rumah sakit, dan segera naik ke lantai delapan. Pada saat pintu lift terbuka di dalam dia berpapasan dengan Dokter Devan. Ternyata Dokter Devan sengaja ingin menjemput Alesha di lobby rumah sakit.
"Hai Alesha." sapa Dokter Devan ketika melihat Alesha.
"Hai Dokter Devan." sapa balik Alesha.
"Bagaimana kabar kamu Alesha, lama tidak berjumpa?" Tanya Dokter Devan basa-basi, mereka sambil berjalan menuju ruangan di mana Kimmy di rawat.
"Kabar aku baik Dokter, kita lama tidak berjumpa karena kesibukan kita masing-masing." jawab Alesha terkekeh.
"Kamu benar Alesha, by the way berapa lama Arka di Singapura?" tanya Dokter Devan.
"Hmm mungkin tidak dapat di prediksi berapa lama Arka di Singapura, tapi setelah mereka menyelesaikan pekerjaannya, mereka akan balik saat urusan kantor selesai." jawab Alesha dia memang tidak mengetahui berapa lama Arka dan Isabella di Singapura.
Mereka berdua terus berjalan hingga tiba di depan pintu ruang rawat Kimmy, Dokter Devan lebih dulu masuk diikuti oleh Alesha dari belakang. Beberapa langkah dari pintu masuk Alesha menyadari siapa pasien yang terbaring mengenaskan itu.
"KIMMY." kaget Alesha membulatkan matanya.
Dia menatap lekat pada Kimmy yang terbaring dan beralih menatap Dokter Devan untuk meminta penjelasan, Alesha sungguh kaget, ternyata pelayan yang dimaksud Dokter Devan adalah Kimmy.
"Kamu mengenal dekat pelayan Arka Alesha?" tanya Dokter Devan.
Dia melihat drastis perubahan wajah Alesha, seperti seorang teman melihat keadaan sahabatnya yang mengenaskan tidak berdaya.
"Aku lumayan dekat dengannya Devan, setiap aku berkunjung ke rumah Arka, kami berdua menyempatkan mengobrol." jawab Alesha.
Dokter Devan mengangguk paham, dia juga mengatakan pada Alesha Kimmy masih kritis, mereka akan menunggu beberapa hari ini untuk kesadarannya. Alesha duduk di samping brankar Kimmy, dan menggenggam lembut tangan Kimmy. Dia menatap lekat wajah itu, dia juga sudah mengetahui motif dari kecelakaan yang dialami Kimmy dan sopir rumah.
"Aku akan mengurusnya Dokter Devan, tapi mohon untuk bantuan kamu, karena aku juga sibuk di kantor." ucap Alesha.
Memikirkan bagaimana membagi waktu antara Kimmy dan urusan kantor, karena keduanya dia yang bertanggungjawab.
"Aku pasti akan membantu kamu, ini juga bagian dari pekerjaan aku." balas Dokter Devan.
Dia merasa tidak keberatan hal itu, karena dia yang akan memeriksa kesehatan Kimmy di rumah sakit ini.
Di dalam ruangan mereka lama berdiam diri, tiba-tiba saja pintu ruang inap di ketuk dan terbuka, terlihat satu orang perawat, dan diikuti satu orang pria yaitu pak Toni, mereka sudah berada di ruangan.
"TONI." ucap Alesha berbarengan dengan Dokter Devan. Mereka berdua kebingungan melihat keberadaan Toni.
"Apa yang sedang kamu lakukan di sini?" tanya Alesha.
"Ibu Alesha, Dokter Devan, kedatangan saya ke sini untuk melihat keadaan Kimmy, pihak rumah sakit tadi menelpon ke rumah Bu." jawab Toni menatap Alesha.