BAB 9
"Lagipula kau iblis. Kau kuat," kata Apo. "Tak ada gunanya melawanmu jika sudah berkehendak. Semisal bisa, percuma. Aku takkan menemukan sosok yang kuinginkan setelah pergi."
Pelipis Mile pun berkedut mendengarnya. Dia ingin membalas kata-kata Apo lagi, tetapi amarahnya sudah membakar hingga ubun-ubun. Di masa depan mungkin dia akan menyesali. Biarkan. Baginya Apo bisa hilang kapan saja bila malam ini tak dia berangus kuat.
Sentuhan intens itu pun berlanjut. Mile kira Apo hanya sedang mengelabuhi dirinya, tetapi lelaki itu sungguh-sungguh membiarkan. Matanya tampak lelah saat menerima jari-jari Mile di lubang bokongnya. Dia sempat menutup mulut karena campur aduk dengan situasi ini, tetapi semua tetap berlanjut.
"Ahhh ... sshhh ....." Jari jemari Apo meraba rak-rak buku di sisi tubuh. Dia mencakar di sana, tetapi Mile menariknya agar memeluk di leher. Dia tak habis pikir iblis itu memiliki motif kotor, tetapi jari-jari yang memaksanya membuka itu memang tak berhenti.
Mile melonggarkan lubang Apo dengan gerakan terburu-buru. Dia mengaduk bagian sempit itu tanpa ampun hingga Apo memekik terus menerus. Tentu saja gaya bercintanya tak bisa dibandingkan dengan sang kekasih. Apalagi Mile iblis yang memiliki energi lebih. Setiap remasan. Setiap gigitan. Apo merasakan sakit dan nikmat berlipat-lipat hingga terpenjara kecemasannya sendiri di sana.
Dia hanya melenguh, meski hampir menyebut nama Mile. Dia menggeleng untuk menolak naluri hewaniah bercinta, sayang iblis itu memang mampu memercikkan kegilaan.
"Tahan."
"AKH!"
Di dalam, penis gigantis itu menumbuknya tanpa ampun sejak hentakan pertama.
"Pegangan padaku di sini. Yang erat."
"Mnnhh ... nnhh ... Mile ...."
BRAKHHH!!
Buku-buku pun banyak terjatuh karena guncangan rak. Namun, semuanya terobek di udara sebelum jatuh ke kepala Apo.
Apo pun sempat terbelalak melihat pemandangan barusan, tetapi Mile sudah mendistraksi fokusnya kembali dengan ciuman rakus.
"Mnnnnhh ... nnhh ... ngh ...."
Apo tak pernah membayangkan akan disetubuhi di tempat seperti ini. Terlebih dengan garmen-garmen yang dirobek layaknya buku tersebut. Namun, ternyata Milememperlakukannya lebih hati-hati daripada perkiraan.
Iblis itu tak membiarkan luka gigitannya nampak terlalu lama. Setiap membekasi kulit, lidahnya langsung berputar untuk menyapu bersih. Di rahang, di leher, di dada, di perut-Apo bahkan diangkat ke pangkuan saat duduk agar tak di lantai terlalu lama.
"Uggff-uugh ... Mile, Mile!"
Mile membiarkan Apo melepaskan segalanya. Mile tak banyak berkomentar saat menjangkau tempat terhangat di dalam lubangnya dan terus menjelajah, hingga air mani tumpah-tumpah ke lantai. Lupakan dunia. Lupakan drama yang terjadi akhir-akhir ini.
Apo tidak dengar apa yang dibisikkan Mile ke telinganya malam itu. Hatinya serasa lepas. Pikirannya mengambang di awang-awang. Dan tahu-tahu dia bangun lagi pada pukul 2 pagi buta.
DEG
Apo kira, dia akan ditinggal rebah di kamarnya sendiri, tetapi tidak. Mile membawanya ke ranjang khusus beraroma hujan ini. Springbed-nya lebih empuk. Seprainya lebih halus. Dan dirinya dipeluk selimut super tebal yang begitu wangi.
"Mile?"
Iblis itu juga menemaninya, meski tidak berada di sisi. Mile tengah merokok saat itu. Dia duduk di tepi ranjang dengan punggung berhias tanda cakaran. Mata emasnya berkilau dalam kegelapan, dan tampak sama lelahnya dengan milik Apo.
"Kau sudah sadar rupanya."
Apo pun berjengit, tapi dia memilih membisu. Situasi ini terlalu canggung, hingga saat Mile mendekat, dan dia hanya balas menatap kedua mata indah tersebut.
DEG
Sang iblis mendadak berpindah ke sisinya dengan dada bidang yang terlihat hangat. Dia hanya mengenakan celana jeans tanpa sabuk, lalu meraih pipi dingin Apo.
"Jangan—"
Mile sudah membelai dengan punggung jemarinya hingga telinga Apo memerah. Lelaki itu memejamkan mata. Takut. Namun, gerakkannya makin lembut hingga Apo kembali balas menatap.
"Aku lega kau tak kenapa-napa."
Apo tergugu mendengar kata-kata itu. Apa maksudnya? Jangan bilang Mile-
"Mau kumandikan sekarang?"
Percayalah, bulu kuduk di sekujur tubuh Apo langsung tegang karena jenis bisikan tersebut. Dia pun menoleh dan melirik ekspresi Mile. Ingin memastikan isi ucapannya, tetapi iblis itu tampak begitu serius.
Apo sampai mengira dia bukan Mile, sampai melihat kedalaman perasaannya.
"Aku—tunggu dulu—sebelum itu, boleh aku tanya sesuatu?"
"Apa."
"Kau ...." Apo meremas seprai tanpa sadar. "Yang tadi itu sebenarnya kenapa? Aku hanya ingin tahu."
"Apa yang kenapa. Kurang jelas kalau aku tertarik padamu?"
DEG
"Hah?"
"Aku tak setuju dengan semua rencanamu," kata Mile. "Bukankah itu berarti kau akan pergi dari sini?"
"Iya, tapi-umn, suka padaku sejak kapan?"
Mereka saling bersitatap.
"Apa penting sejak kapan?" kata Mile. "Aku sendiri tidak tahu. Bagaimana caraku menjawabmu?"
"Tapi tidak masuk akal—"
"Apo!!"
Apo pun meremas semakin kuat. "Maaf."
"Aku tak mau berdebat denganmu sementara ini."
"Iya, aku tahu."
Siapa pun jelas paham isi hati Apo sekarang. Bila tanpa perasaan, pasti segalanya lebih mudah. Seks takkan lebih berharga dari bincang-bincang saat bosan. Tetapi pengakuan cinta Mile di luar rencananya sejak awal. Maka meski sangsi, Apo pun menerima pelukannya. Dia menurut saat diangkat ke dalam gendongan. Seperti hari pertama mereka bertemu, Mile tidak ragu memindahnya dengan cepat, tetapi menurunkannya hati-hati saat sampai di bath-up.
"Airnya hangat. Ngilu di bokongmu akan cepat hilang bila berendam sepuluh menit." Mile mencelupkan waterbomb warna hijau hingga pudar di dalam kubangan berbusa.
"Darimana dia tahu soal itu?" pikir Apo. Dia sempat meringis karena Mile meremas pinggulnya.
"Ada lagi yang bisa kubantu?"
Apo membuang muka daripada dianggap terlalu lemah. "Tidak. Tidak ada."
"Yakin?"
Di bawah air, Apo segera mendorong tangan Mile menjauh. "Aku bisa membersihkannya sendiri. Tak masalah. Aku sudah terbiasa."
Apo berharap Mile tidak serta merta merasa memilikinya. Iblis itu harus tahu dirinya hanya mengakui Bible. Jadi, biarlah permainan ini berlanjut sebentar. Dia akan pergi bila nanti mendapat waktu yang tepat. Kemudian bunuh diri—
"Apa pun yang kau pikirkan, jangan pernah melakukannya," kata Mile tiba-tiba.
DEG
"Apa?"
Mile mendadak mengecup bibir Apo. "Sekali kau masuk ke wilayahku, takkan kulepaskan kemana pun," katanya. "Dan jangan harap kau bisa sembunyi. Karena ikatanku denganmu takkan hilang mulai sekarang."
"Akhh---ssssh ...."
Apo sebenarnya tak mau percaya, tetapi memang perih saat Mile membuka ceruk bagian rahangnya. Bukan karena kissmark yang tertinggal, tapi di sana ada ukiran huruf kuno yang tampak seperti bara terbakar. Itu bound. Dan semakin tampak jelas begitu menoleh ke cermin besar di dinding kamar mandi.
Deg ... deg ... deg ....
Lenguhan Apo pun terdengar saat bagian itu ditekan. "Ughhmnn ...."
"Masih sakit?"
Apo mengangguk pelan. "Itu apa?"
"Kontrak lain."
Bola mata Apo pun melebar. "Tidak—"
"Ini ada dalam wewenangku. Karena Bible sendiri setuju dengan syarat perjanjian kami," kata Mile. "Dia bilang segalanya bisa kulakukan, asal kau tidak menghancurkan diri sendiri."
Apo pun langsung terlihat gelisah. Jadi tanda itu seperti chip lokasi paten di tubuhnya? Oh, Tuhan. Apa lagi kejutan yang bisa iblis ini lakukan?
"Mungkin butuh dua atau tiga hari," kata Mile lagi. "Nanti pasti panasnya hilang sendiri." (*)
(*) Ya namanya tanda perkawinan dari iblis. Jadi yah panas gaes. Baru distempel si Apo. Uwu.
Apo sepenuhnya mengerti. Sayang, dikekang seperti ini sungguh membuat dadanya sesak. Dia pun menghempas tangan Mile paksa, berpaling, lalu diam hingga iblis itu pergi.
Kontrak lain, huh?
Apo tidak pernah tahu ada yang seperti itu. Dia ingin marah, tetapi Bible sungguhan percaya kepada Mile.
***
Perih, Bible. Kenapa melakukannya sejauh ini? Apa kau pikir menitipkanku padanya bisa membuatku senang?
***
Tak ada jalan kembali, pergi, atau merengkuh sang kekasih seperti dulu.
***
Iblis ini memisahkan kita. Dia membuatmu hilang. Dia merebutku darimu.
Andai Bible melihatnya seperti ini, akankah ruhnya menyesal? Apo tidak sanggup membayangkan ekspresi macam apa yang pria itu tampakkan, tetapi dirinya sungguh merindu.
Segenap hati, Apo ingin musnah dari muka bumi. Tapi, apa yang bisa dia lakukan? Membunuh Mile akan sulit apalagi dengan perbedaan kekuatan mereka.
"Jangan mendekat, tidak perlu," tegas Apo. Lelaki itu sangat gigih berjalan keluar sendiri, padahal sambil meniti dinding. Langkahnya kaku karena luka di dalam tubuhnya. Jelas, bagian itu merupakan satu-satunya yang tak bisa langsung Mile sembuhkan. "Dan kalau bisa, aku ingin sendirian hari ini."
Dia tak menatap Mile meski iblis itu berubah menjadi kucing. Rautnya penuh permusuhan. Apo sengaja begitu, meski dia tak pandai membenci terlalu lama. Ah, kira-kira apa yang akan Mile lakukan? Apo baru saja mengusir iblis itu dari kamarnya sendiri.
"Nanti malam Intensa Sanpaolo membuat acara besar," kata Mile. Iblis itu tidak pergi, melainkan menunggu Apo di bantal sebelah kiri. Dia melompat dan meringkuk di sana dengan mata yang menyala. Ekor hitamnya juga bergoyang seperti tak pernah memiliki dosa kepada lelaki dambaannya. "Itu perusahaan yang menerima draft kerjaanmu, kan? Aku bisa membawamu ke sana tepat waktu kalau mau." (*)
(*) Di bawah ini gedung Intensa San Paolo. Kelihatannya biasa emang. Tapi ini bank group yang terkenal di Italia. Gaji karyawannya gede. Dan Apo sempet pengen ngelamar kerjaan di sana.
Apo menggigit bibir sekilas. "Tidak, terima kasih," tolaknya. Padahal jarak mereka sekitar tujuh meter, tetapi rasanya sudah sangat tak nyaman. Mungkin wujud kucing memang mending. Sayangnya tubuh yang baru diperkosa lebih jujur daripada moral yang ingin Apo ikuti. Tangannya dan kakinya panas dingin. Apo membayangkan, bila mengiyakan Mile ... kucing itu pasti memerkosanya sekali lagi. "Sudah cukup, Mile. Aku bisa cari kerjaan lain."
"Yakin?"
Lagipula siapa yang membuatku seperti ini?
"Aku lapar. Aku hanya ingin makan dan tidur," kata Apo mengalihkan diri. Meski tertatih, dia lega akhirnya bisa duduk di ranjang itu. "Jika di sini ... tolong jangan ajak aku bicara."
Tak disangka, Mile sungguhan diam.
Eh?
Apo pun sempat menoleh ke belakang untuk memastikan. Ternyata kucing itu sudah memejamkan kedua mata kuningnya. Antara lega dan tidak, Apo pun berganti pakaian yang sudah disiapkan si iblis di sebelahnya.
Bersambung ....