Chereads / DEVIL BRIDE [MILEAPO FANFICTION] / Chapter 7 - BAB 7: IBLIS JATUH CINTA

Chapter 7 - BAB 7: IBLIS JATUH CINTA

BAB 7

Mile belum pernah seemosi ini. Dia bingung, tetapi efek ditolak Apo sungguh nyata merambati sanubarinya. "Tidak mau disentuh selain dengan kekasihnya? Fuck! Dia belum paham bahaya macam apa jika kena energiku."

Mile pun menyasar grand piano di ruang bermusik. Berani sumpah dia tak pernah menyentuh benda itu lagi sejak kematian sang adik, tetapi sekarang jarinya ingin meremukkan daripada menekan tuts-tuts-nya dengan lembut.

"Menyebalkan! Menyebalkan!"

Alunan melodi yang dihasilkan pun menggaung berantakan. Apalagi ruangan itu sangat luas. Jadi, ketika dia semakin murka, bunyinya bisa memecahkan beberapa guci terdekat.

PLARR! PLARRR!!

Mile tak peduli dengan efeknya. Sebagai iblis, dia punya cukup banyak uang simpanan untuk mengganti semua barang dengan versi baru lagi. Tidak banyak kebutuhan yang menyedot eksitensinya di kalangan manusia. Namun, rupa-rupanya ada yang mendengarkan melodi pelampiasan tersebut.

"Ha ha ha. Astaga ...."

Mile pun langsung menoleh ke sumber suara. "Siapa?" Mata kuningnya membelah kegelapan di sekitar. Dalam satu kedipan, lampu-lampu di ruangan itu pun menyala sepenuhnya. Clak! Clak! Clak! Clak!

"Aku, Adik Tersayang," kata iblis dengan wujud wanita tersebut. Mile hampir saja berkomentar mengenai gaun terbukanya, tetapi sosok itu sudah merubah diri dengan wajah yang dia kenali. "Jarang-jarang bisa melihatmu sejengkel ini."

"Phi Jeje," desah Mile. Dia membiarkan Jeje duduk di sebelahnya, meski sangsi diledeki seperti barusan. "Kau menghilang samasekali tiga bulan ini."

"Ha ha, iya." Jeje mengambil alih melodi. Petikan iblis itu lebih halus dari Mile. Dia bahkan memejamkan mata sembari tersenyum saat menaikkan nada melodinya. "Sibuk mencari pacar, tentu saja. Kau paham lah aku ini bagaimana."

"Benar-benar tak berubah." Mile pun mulai mengikuti nada sang kakak dengan petikan seirama. "Phi lama-lama dimasukkan sekte setan mesum kalau seperti ini."

Jeje justru mendengus bangga. "Terus kenapa? Toh sekte itu penuh dengan iblis seksi. Aku nyaman-nyaman saja kalau sungguh diperintah."

"Ck. Tolol."

"Ha ha ha. Justru kau yang tolol, Adik Tersayang," kata Jeje . Dia membuka mata untuk melihat kerut-kerut amarah di wajah Mile. "Hidup sudah tiga abad, masih saja benci jatuh cinta. Kau menyia-nyiakan penismu di bawah sana."

"Cih. Aku bukan iblis rendahan seperti Phi."

"Oh, ya?" Jeje kini menyeringai. "Tapi aku bukan iblis yang sok jadi malaikat."

JRENG! JRENG!

Mile pun meninju tuts-tuts tak bersalah di depannya. Keningnya berkedut, nafasnya memberat, tetapi tak bisa marah kepada sang kakak.

"Kenapa? Ingin bertarung denganku?" tantang Jeje refleks.

"Tidak. Maaf. Aku benci kehilangan keluarga karena hal konyol." Mile pun meremukkan beberapa tuts hingga emosinya mereda. "Ngomong-ngomong, apa Phi Jeje pernah mendekati lelaki?"

"Apa?"

"Pacar Phi, atau teman kencan semalam. Yang mana saja lah." Mile tampak berpikir sejenak. "Aku hanya ingin tahu."

"Oh ...." Jeje pun berhenti memainkan melodinya. Dia berdehem beberapa kali sebelum menjawab. "Soal itu, tentu saja. Kau pikir hidupku ini sudah berapa lama, ha?"

"Begitu."

"Yeah, walau aku tetap lebih suka perempuan," kata Jeje . "Tapi, ada tiga lelaki yang pernah menarik hatiku."

"Siapa?"

"Satu berdarah Eropa, dua lainnya Asia," aku Jeje . Dia tampak mencoba mengingat saat memandang keluar jendela. "Namanya Steve Abraham. Dokter militer. Kami bertemu di tengah perang Dunia Kedua." Dia tertawa kecil tiba-tiba. "Aku terpesona saat dia gigih menyelamatkan korban luka. Jadi, begitu ada waktu lengang, kugoda dia dengan tubuh istrinya. Ha ha."

"Fuck. Aku sedang bertanya pada orang yang benar." Sudut bibir Mile berkedut sambil meninju bahu sang kakak. "Terus, dua yang lain?"

"Dua yang lain sedang jadi haremku sekarang. HA HA HA!" tawa Jeje bangga. Wajah iblis aslinya bahkan terlihat beberapa detik sebelum kembali ke versi manusia.

"Baik, baik. Tidak perlu sesenang itu-"

"Namanya Us dan Pong," sela Jeje . Bola matanya berkilat-kilat saat memandang sang adik. "Mereka sepertinya baru ke negara ini juga. Persis seperti incaranmu."

DDE

"Apa?"

Jeje pun menepuk bahu Mile. "So, tenang saja, Adik Tersayang. Jika aku yang kotor ini berhasil, pasti iblis terhormat sepertimu lebih memesona bagi manusia."

"Aku tahu, tapi apa yang Phi bilang barusan?"

"Bukankah aku tidak salah?" kata Jeje . "Lelaki cantik di lantai 1 kan yang membuatmu kesal? Namanya siapa tadi-hmm ... Apo." Mile pun tampak dikuliti seketika. "Tapi, target yang punya trauma memang agak susah. Jadi, saranku sabar saja sampai dia lengah. Nanti seret ke ranjang jika suasananya mendukung."

DEG

"Aku tidak-"

"Ssshh. Ingat baik-baik perkataan kakakmu ini." Jeje menyeringai lagi sebelum terbang keluar dalam wujud gagak hitam. Iblis itu menakuti anjing buduk di pojokan taman Saint Achilles, lalu menjelajah angkasa siang.

***

"Ugh, rasanya pusing sekali." Apo berpegangan ke pinggir wastafel. Pandangannya memburam beberapa kali saat dia mengaduk bubur. Rasanya berat. Rasanya panas. Badannya bahkan sudah basah keringat lagi, meski baru saja habis mandi.

"Baik, tapi tanggung sendiri akibatnya."

Apo pikir, dia sungguh akan baik-baik saja. Namun, ucapan Mile sepertinya serius. Ini bukan pusing karena gejala belum sarapan. Beda jauh. Apo yakin dia bisa beraktivitas seharian jika tidak terkena energi iblis.

"Harusnya tidak sampai separah ini," batin Apo. Dia nyaris jatuh ambruk jika sebuah tubuh tidak menahannya di belakang.

BRUGH!

"Sakit-"

"Sudah kubilang hati-hati." Suara Mile mendadak di sisi telinga. Iblis itu merebut centong bubur dari tangan Apo dan mematikan kompor. "Kau ini pembangkang rupanya."

Tak tahan pening, Apo pun meremas lengan Mile. "Air ... air ...." pintanya pelan. "Panas sekali, kumohon-"

Mile sudah menggendong tubuh Apo kamar sebelum lebih parah. Prediksinya benar. Ruh Bible rupanya memberikan energi terlalu besar. Apo bahkan seperti ini setelah usahanya tadi pagi.

"Ini, minum."

Mile tahu sedang melakukan hal yang lancang, tetapi dia sungguh memeloroti celana lelaki itu sekali lagi. Apo mungkin akan murka, tetapi itu bisa diurus nanti. Sekarang-meski segan-Mile melanjutkan pekerjaannya. Biar Apo bergeliat semaunya di atas sana. Toh kesadarannya separuh-separuh karena demam hebat yang mendera. Daripada merasakan nikmat, dia pasti lupa diri saat Mile menjilat dan menyedot kembali energinya.

"Mile, please. Stop."

Mile menulikan telinganya demi menjangkau tempat yang lebih rahasia. Setelah dua gundukan pantat yang kenyal, dia ikut berkeringat saat membuka kaki Apo. Wajahnya pasi karena berhadapan dengan kelamin manusia pertama kali. Ucapan Jeje bahkan sempat terngiang bodoh, tetapi Mile berusaha mengabaikannya.

Dia menghapus tiap luka kecil yang menembus di kulit Apo. Dari depan, belakang, atas, bawah ... celah-celah sempit pun tak luput dari jilatannya. Tentu saja demam tinggi lelaki itu makin turun. Dia meremasi rambut Mile tiap kali anggota badan barunya dijelajahi.

"Ahhhh ... sudah ... sudah ...."

Kesadaran Apo juga makin kembali. Meskipun begitu, melihat wajah Mile di hadapannya seperti ini-hatinya pecah.

Apo tahu dia terlambat menutup diri. Kerapuhan dirinya sudah terlihat sempurna, jadi hanya lengan lah yang mampu menolong rasa malunya. Dia menutup mata, membuang pandangan, dan biarkan Mile tercenung setelah melakukan segalanya.

"Tidak perlu berterima kasih kali ini," kata Mile. Dia lantas mengusap bibir dengan punggung tangan. "Anggap saja tadi aku melakukan pelecehan. Toh iblis tak pernah punya kesan yang baik."

Mile pun turun dari ranjang. Langkahnya melewati baju dan celana Apo yang tergelatak, tapi mengambil yang baru dari lemari dahulu sebelum pergi. "Ini, pakai. Bajumu sudah tidak layak karena banyak robekan luka." Dia juga menutup tubuh bagian bawah Apo dengan selimut. "Atau tidur saja dahulu. Anggap segalanya hanya mimpi jika kau terbangun nanti."

Ini buruk. Sangat buruk.

Mile sampai mengacak-acak rambutnya setelah memikirkan kembali kejadian barusan. Dia tak sebrengsek Jeje, serius! Maka meski baru kali ini merasakan hangatnya seseorang, dia tetap benci reaksi yang ditinggalkan Apo.

"Shit."

Mile pun memaki penisnya yang menggembung di balik celana sebelum melipir kekamar mandi.

Bersambung ...