Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Paijo I Lope You ❤️

🇮🇩DaoistSr5PBs
--
chs / week
--
NOT RATINGS
6k
Views
Synopsis
Menceritakan seorang art yang bernama Paijo (Joya), rupanya sedang jatuh cinta kepada cucu dari majikannya, tapi sayangnya cinta Paijo (Joya) bertepuk sebelah tangan, karena cucu dari majikannya sudah berkeluarga (mempunyai suami dan dua orang anak). Setelah Paijo (Joya) bekerja dengan Titah (cucu majikannya) Paijo (Joya bertemu dengan Puji. Puji adalah juru masak di rumah Titah, Paijo dan Puji akhirnya menikah dan di karuniai dua orang anak.
VIEW MORE

Chapter 1 - Bab 01

Solo

Di rumah Paijo,

Di ruang tamu..

"Pak..", ibu Paijo memanggil bapak Paijo.

"Nggih bu"

(Ya bu), jawab bapak Paijo.

"Paijo pundi ?"

(Paijo mana ?), tanya ibu Paijo.

"Mboten mangertos bapak, bu"

(Tidak mengerti bapak, bu), jawab bapak Paijo lagi.

"Di takon anake ngendi jawabanne mesti bebasan iku mboten mangertos lan mboten mangertos"

(Di tanya anaknya kemana jawabannya pasti seperti itu gak tahu dan gak tahu), keluh ibu Paijo dengan kesal.

Di kamar Paijo..

"Rasukan wis neng masukan kedalam tas kabeh saatnya tilem lan sesuk pagi-pagi buta wis harus mangkat merantau ke jakarta, bismillah"

(Baju sudah di masukan kedalam tas semua saatnya tidur dan besok pagi-pagi buta sudah harus berangkat merantau ke jakarta, bismillah), kata Paijo yang sedang mengemas bajunya kedalam tasnya.

"Assalamu'alaikum ngger"

(Assalamualaikum nak), ibu Paijo memberikan salam pada Paijo.

"Wa'alaikumussalam mbok"

(Wa'alaikumussalam bu), Paijo menjawab salam dari ibunya.

"Wis jagi, panjenengan dadi mangkat ke jakarta sesuk ?"

(Sudah siap, kamu jadi berangkat ke Jakarta besok ?), tanya ibu Paijo.

"Nggih mbok"

(Ya bu), jawab Paijo.

"Nggih sampun yen begitu panjenengan tilem, sesuk berangkat esuk ta ?"

(Ya sudah kalau begitu kamu tidur, besok berangkat pagi kan ?), tanya ibu Paijo lagi.

"Nggih mbok"

(Ya bu), jawab Paijo lagi.

Keesokan harinya..

Masih di rumah Paijo,

Di depan rumah..

"Pak, mbok kula pamit nggih untuk merantau ke jakarta"

(Pak, bu saya pamit ya untuk ke jakarta), Paijo berpamitan pada orang tuanya.

"Inggih ngger.., ati-ati neng dalan nggih"

(Iya nak.., hati-hati di jalan ya), ibu Paijo merestui kepergian Paijo.

"Inggih mbok, assalamu'alaikum"

(Iya bu, assalamu'alaikum), Paijo memberikan salam pada orang tuanya.

"Wa'alaikumussalam", ibu paijo dan bapak Paijo menjawab salam dari Paijo.

Jakarta

Di rumah opa Tri,

Di meja makan..

"Bi Dar..", Titah memanggil Darmi.

"Nggih cah ayu"

(Ya anak ayu), jawab Darmi.

"Sarapannya mana ?", tanya Titah.

"Oh iya lupa hehe", jawab Darmi lagi.

"Hmm kebiasaan", keluh Titah dengan kesal.

"Hehe..", Darmi tertawa yang lupa menyiapkan sarapan.

"Nak kok gak sarapan sih ?", tanya opa Tri.

"Belum ada sarapan emm.., kebiasaan si Darmi ini pasti ya", oma Dyah mulai kesal di buat oleh Darmi karena sarapan di meja makan belum dihidangkan.

"Ya iyalah kanjeng oma, memang siapa lagi", Titah juga kesal pada Darmi.

"Darmi..", oma Dyah memanggil Darmi.

"Ya ndara ibu sepuh", jawab Darmi.

"Sarapannya mana ?", tanya oma Dyah.

"Oh nggih lali kula"

(Oh ya lupa saya), jawab Darmi lagi.

"Hmm..", keluh oma Dyah yang semakin marah pada Darmi.

"Sabar oma", Titah memperingati oma Dyah untuk sabar menghadapi Darmi.

"Iya nak..", sambung oma Dyah.

"Tah..", kata opa Tri.

"Iya opa, ada apa?", tanya Titah.

"Suamimu kapan pulang?", tanya opa Tri juga.

"Hari ini atau besok opa, kan anak-anak masuk sekolah dua hari lagi opa", jawab Titah.

"Cepatlah suamimu dan anak-anakmu pulang, oma sudah rindu sekali pada anak-anakmu nak", kata oma Dyah yang merindukan cicitnya.

"Opa juga nak", sambung opa Tri yang juga merindukan cicitnya.

"Iya opa, oma, saya juga rindu pada anak-anak dan suami saya juga", kata Titah juga yang sama-sama merindukan anaknya dan juga suaminya.

Di depan rumah opa Tri..

"Duh kemana lagi saya harus mencari pekerjaan", keluh Paijo yang mencari pekerjaan.

"La, la, la, emm itu sepertinya teman saya deh, iya tuh benar sepertinya Joya deh, jo..", Darmi menebak kalau itu adalah teman satu kampung.

"Seperti ada yang manggil saya deh", kata Paijo lagi yang mendengar namanya di sebut oleh Darmi.

"Jo..", Darmi memanggil Paijo.

"Tuh kan benar, coba ah..", Paijo pun berbalik untuk melihat siapa yang memanggilnya.

"Masih juga gak nengok, jo..", kata Darmi yang memanggil Paijo.

"Emm gak salah lihat saya Darmi, kamu Darmi kan ?", tanya Paijo untuk meyakinkan dirinya kalau yang dia lihat itu adalah teman satu kampungnya.

"Bukan jo", jawab Darmi.

"Oh, terus siapa ?", tanya Paijo lagi.

"Saya anaknya pak Darmo, cucunya mbok Surip", jawab Darmi lagi.

"Cucunya mbok Surip dan anaknya pak Darmo sih setahu saya Darmi", kata Paijo sambil bertanya-tanya.

"Nah itu kamu tau kenapa di tanyakan lagi..", kata Darmi yang kesal pada Paijo.

"Oh benar kamu Darmi, Haa Darmi..", Paijo pun berlari karena ingin memeluk Darmi.

"Iih apaan sih jo..", Darmi menghindari pelukan Paijo.

"Eh maaf ya Dar, aku terbawa suasana", kata Paijo yang terbawa suasana karena terharu bertemu dengan Darmi.

"Iya, gak apa-apa, oh ya sekarang kamu ngapain disini ?", tanya Darmi.

"Saya kesini niatan ingin mencari kerja mi, mungkin kamu bisa gitu bantu saya mencari pekerjaan jadi pembantu kaya kamu gini juga gak apa-apa mi, yang terpenting saya bisa cari sesuap nasi dan menafkahi ibu dan bapak di kampung", jawab Paijo.

"Menawi punika kula mboten mangertos, tapi panjenengan ndherek kula kamawon deh, sinten tau panjenengan sanguh nyambut utawa bantu-bantu ing griya ndara ku"

(Kalau itu saya tidak mengerti, tapi kamu ikut saya saja deh, siapa tau kamu bisa kerja atau bantu-bantu di rumah ndara ku), Darmi mengajak Paijo ke rumah opa Tri.

"Omah e sopo mi ?"

(Rumah nya siapa mi ?), tanya Paijo.

"Ndara kulo"

(Majikan saya), jawab Darmi.

"Oh ndara panjenengan"

(Oh majikanmu), seru Paijo.

"Nggih.."

(Ya..), sambung Darmi.

"Nggih sampun panjenengan disik dalan neng ngarepku biar mengko kulo sing melu panjenengan dalan neng mburimu"

(Ya sudah kamu dulu jalan di depanku biar nanti aku yang ikut kamu jalan di belakangmu), kata Paijo yang mengikuti Darmi dari belakang.

"Oke..", seru Darmi.

Di rumah opa Tri,

Di teras depan rumah..

"Nah tuh dia bi Dar..", kata Titah yang mencari-cari Darmi.

"Iya, assalamu'alaikum cah ayu", Darmi memberikan salam pada Titah.

"Wa'alaikumussalam, siapa tuh bi ?", Titah menjawab salam dari Darmi dan bertanya kembali.

"Ini teman saya, cah ayu, dari kampung, saya ketemu di jalan tadi", jawab Darmi yang menjelaskannya pada Titah.

"Cantik sekali siapa dia ya", kata Paijo dalam hati yang tidak berhenti berkedip saat Paijo melihat Titah.

"Emm si Paijo..", keluh Darmi.

"Kok di potong-potong sih kalau berbicara, lanjutkan lagi dong bi Dar", pinta Titah.

"Iya cah ayu, dia sedang mencari pekerjaan", jawab Darmi.

"Oh.., oh ya di cari oma tuh.., saya mau pergi dulu ya, assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada Darmi dan Paijo.

"Wa'alaikumussalam cah ayu", Darmi dan Paijo menjawab salam dari Titah.

"Sumpah ayu ne"

(Sumpah cantiknya), kata Paijo dalam hati lagi.

"Ya wis yuk jo mlebu lan kita takon opo ono pekerjaan untuk panjenengan atau ora"

(Ya sudah yuk jo masuk dan kita tanya apa ada pekerjaan untuk kamu atau tidak), kata Darmi.

"Oh ya mi, iku sapa ta ?, mi, mi, mi, Darmi , atakiwir"

(Oh ya mi, itu siapa sih ?, mi, mi, mi, Darmi, atakiwir), Paijo kaget melihat Darmi yang tidak ada di belakangnya.

"Jo, emm loh kok masih disini sih kamu, hayuk ikut saya masuk ke dalam", Darmi mengajak Paijo ke dalam rumah oma Dyah.

"Nggih mi.."

(Ya mi..), seru Paijo.

Di ruang tengah..

"Assalamu'alaikum", Darmi dan Paijo memberikan salam pada opa Tri dan oma Dyah.

"Wa'alaikumussalam", oma Dyah dan opa Tri menjawab salam dari Darmi dan Paijo.

"Itu siapa mi ?", tanya opa Tri.

"Niki kanca kulo ndara romo sepuh"

(Ini teman saya ndara romo sepuh), jawab Darmi.

"Asma ne sinten ?"

(Namanya siapa?), tanya oma Dyah.

"Sediluk nggih ndara ibu sepuh, jo.."

(Sebentar ya ndara ibu sepuh, jo..), jawab Darmi dan Darmi memanggil Paijo.

"Nggih mi, ana apa ?"

(Ya mi, ada apa ?), tanya Paijo.

"Mangga perkenalkan diri panjenengan ke ndara ku"

(Silahkan perkenalkan dirimu, ke majikan ku), jawab Darmi.

"Oh inggih mi, apunten sedurunge ndara ibu sepuh uga ndara romo sepuh, perkenalkan asma ne kula Paijo utawa biyasa ing timbali Joya"

(Oh iya mi, maaf sebelumnya ndara ibu sepuh dan ndara romo sepuh, perkenalkan nama saya Paijo atau biasa di panggil Joya), Paijo memperkenalkan dirinya pada oma Dyah dan opa Tri.

"Emm inggih kawula ngertos apa yang panjenengan maksud, nggih ada untuk panjenengan di rumah cucu kawula, gelem ?"

(Emm iya saya ngerti apa yang kamu maksud, ya ada untuk kamu di rumah cucuku, mau ?), tanya oma Dyah lagi.

"Diajeng", kata opa Tri.

"Inggih kang mas"

(Iya mas), sambung oma Dyah.

"Omah e Titah neng London ta ?"

(Rumahnya Titah di London kan ?), tanya opa Tri.

"Inggih kang mas, kan bojone tumbas omah neng komplek niki juga kang mas"

(Iya mas, kan suaminya beli rumah di komplek kita ini juga mas..), jawab oma Dyah.

"Oh nggih kula paham maksudmu"

(Oh ya aku paham maksudmu), kata opa Tri.

"Dadi piye kang mas ?"

(Jadi bagaimana mas?), tanya oma Dyah lagi.

"Inggih boleh, kawula setuju diajeng"

(Iya boleh, saya setuju diajeng), jawab opa Tri.

"Ana jo, neng omah cucu kawula gelem mboten ?"

(Ada jo, di rumah cucuku mau tidak ?), tanya oma Dyah lagi.

"Alhamdulillah, gelem ndara ibu sepuh"

(Alhamdulillah, mau kanjeng ndara ibu sepuh), jawab Paijo.

"Nggih sampun, mi.."

(Ya sudah, mi..), kata oma Dyah yang memanggil Darmi.

"Inggih ndara ibu sepuh"

(Iya ndara ibu sepuh), jawab Darmi.

"Ajak Paijo ke kamare nggih"

(Ajak Paijo ke kamarnya ya), pinta oma Dyah.

"Laksanakan ndara ibu sepuh, mangga jo, amit ndara sepuh"

(Laksanakan ndara ibu sepuh, yuk jo, permisi ndara sepuh), Darmi melaksanakan perintah dari opa Tri dan oma Dyah.

"Ya..", seru opa Tri dan oma Dyah.

"Assalamu'alaikum", Paijo dan Darmi memberikan salam pada oma Dyah dan opa Tri.

"Wa'alaikumussalam", oma Dyah dan opa Tri menjawab salam dari Paijo dan Darmi.

Di kamar Paijo..

"Nah iki loh jo kamare panjenengan"

(Nah ini loh jo kamar nya kamu), Darmi menunjukkan kamarnya Paijo.

"Oh nggih, matur nuwun sangat loh mi"

(Oh ya, terimakasih sekali loh mi), kata Paijo yang mengucapkan rasa terimakasihnya pada Darmi.

"Nggih sami-sami jo"

(Ya sama-sama jo), sambung Darmi.

Aku diizinkan untuk istirahat dan memulai bekerja besok pagi, dikenalkan oleh cucu dari oma Dyah dan opa Tri, dan aku melihat perempuan cantik tadi, ternyata dia adalah cucu dari opa Tri dan oma Dyah.

Namanya adalah Titah, Darmi yang melihat aku jatuh cinta pada cucu dari oma Dyah dan opa Tri, langsung memperingati ku.

Di taman depan rumah..

"Nah itu dia.., cantik sekali", kata Paijo dalam hati.

"Emm Paijo kok lihatin cah ayu kok berani sekali dia, tapi tunggu, tunggu sepertinya Paijo itu sedang kasmaran dengan cah ayu deh, emm tidak tahu apa dia kalau cah ayu sudah mempunyai suami dan anak, ini harus di peringati", kata Darmi memperhatikan Paijo yang memandang Titah istri Hakim.

"Iya pi pokoknya gitu saja ya, iya nanti mami sampaikan ke oma dan opa, iya pi, wa'alaikumussalam", Titah menjawab salam dari Hakim di telepon.

"Jo", Darmi menghampiri Paijo.

"Nggih mi, ana apa ?"

(Ya mi, ada apa ?), tanya Paijo.

"Panjenengan delok cah ayu bebasan iku, panjenengan naksir karo cah ayu nggih ?"

(Kamu lihat anak cantik seperti itu, kamu naksir dengan anak cantik ya ?), tanya Darmi juga.

"Nggih mi"

(Ya mi), jawab Paijo.

"Ati-ati panjenengan, jo"

(Hati-hati kamu, jo), kata Darmi yang ingin memperingati Paijo.

"Ati-ati ngapa mi ?"

(Hati-hati kenapa mi ?), tanya Paijo lagi.

"Saran kula nggih menawi taksih kersa nyambut disini ampun coba-coba sampeyan dekati cah ayu uga manah-manah kaliyan pak Hakim"

(Saran saya ya kalau masih mau kerja disini jangan coba-coba kamu dekati cah ayu dan hati-hati dengan pak Hakim), kata Darmi memperingati Paijo lagi.

"Pak Hakim, sapa kui mi ?"

(Pak Hakim, siapa itu mi ?), tanya Paijo lagi.

"Pak Hakim kui.."

(Pak Hakim itu..), Darmi ingin memberitahu Paijo siapa itu Hakim, kalau Hakim itu adalah suami dari Titah tapi sayangnya tidak kesampaian karena keburu di potong oleh opa Tri yang memanggilnya untuk di mintai tolong menghidangkan makan siang.

Di ruang tv..

"Darmi..", opa Tri memanggil Darmi untuk menyiapkan makan siang.

Di taman depan rumah lagi..

"Mi, dipanggil ndara Romo sepuh", Paijo memberitahu Darmi, bahwa Darmi di panggil oleh opa Tri.

Di ruang tv lagi..

"Darmi..", opa Tri memanggil Darmi lagi untuk menyiapkan makan siang.

Di taman depan rumah lagi..

"Mi neng panggil ndara romo sepuh"

(Mi di panggil ndara romo sepuh), Paijo memberitahu Darmi, kalau Darmi di panggil oleh opa Tri.

Di ruang tv lagi..

"Gimana kang mas sampun ing timbali dereng punika si Darmi ?"

(Bagaimana kang mas sudah di panggil belum itu si Darmi ?), tanya oma Dyah.

"Saya panggil Darmi lagi deh, Mi.., Darmi, Darmi.. Mi.., Darmi..", opa Tri memanggil Darmi lagi.

Di taman depan rumah lagi..

"Mi..", Paijo masih memberitahu Darmi, bahwa Darmi di panggil oleh opa Tri.

"Durung bar ngomong loh kulo jo"

(Belum selesai ngomong loh saya jo), kata Darmi yang belum selesai berbicara dengan Paijo.

"Nggih, di panggil ndara romo sepuh loh mi"

(Ya, di panggil ndara romo sepuh loh mi), Paijo memberitahu Darmi lagi kalau Darmi di panggil oleh opa Tri.

Di ruang tv lagi..

"Sampun kang mas biar kula wae sing samper si Darmi marang ngarep omah"

(Sudah kang mas biar saya saja yang samper Darmi ke depan rumah), kata oma Dyah pada opa Tri yang ingin ke depan rumah untuk memanggil Darmi.

"Oh nggih diajeng"

(Oh ya diajeng), opa Tri menuruti perintah oma Dyah.

Di taman depan rumah lagi..

"Iku belakangan wae, kula durung bar ngomong ngerti jo"

(Itu belakangan saja, saya belum selesai bicara tahu jo), kata Darmi yang masih ingin memberitahu Paijo, kalau Hakim adalah suami dari cucunya oma Dyah dan opa Tri.

"Nanging mi"

(Tapi mi), kata Paijo.

"Nanging apa jo ?"

(Tapi apa jo ?), tanya Darmi.

"Iku loh mi"

(Itu loh mi), kata Paijo sambil memberi kode pada Darmi kalau ada oma Dyah di belakang Darmi.

"Iku apa, apa iku ?"

(Itu apa, apa itu ?), tanya Darmi lagi.

"Bagus ya, Darmi", oma Dyah marah pada Darmi yang di panggil tidak menjawab.

"Eh ndara ibu sepuh..", Darmi kaget yang melihat oma Dyah yang sudah ada dibelakangnya.

"Panjenengan di panggil saka mau dudu menjawab malah penak-penakan pacaran, jo"

(Kamu ini di panggil dari tadi bukannya menjawab malah enak-enak pacaran, jo), oma Dyah memarahi Darmi.

"Ngapura ndara ibu sepuh kula mboten pacaran karo Paijo"

(Maaf ndara ibu sepuh saya tidak pacaran dengan Paijo), Darmi menjelaskan yang sebenarnya pada oma Dyah kalau Darmi dan Paijo tidak pacaran.

"Alah, sampun, sampun, iki uang untuk tumbas jangan, saiki panjengan tumbas karo Paijo gelis"

(Alah, Sudah, sudah, ini uang untuk belanja sayur, sekarang kamu belanja dengan Paijo cepat), pinta oma Dyah.

"Inggih jagi laksanakan ndara ibu sepuh"

(Iya siap laksanakan ndara ibu sepuh), Darmi melaksanakan perintah dari oma Dyah.

"Jo ambil tas tumbasan"

(Jo ambil tas belanja), perintah oma Dyah.

"Nggih ndara ibu sepuh, amit"

(Ya ndara ibu sepuh, permisi), Paijo melaksanakan perintah dari oma Dyah.

Di ruang tengah..

"Telepon bunyi, angkat saja apa ya", kata Paijo yang mendengar telepon rumah berbunyi.

"Duh telepon kok bunyi terus ya, jo", Titah memanggil Paijo yang mendengar telepon rumah berbunyi.

"Nggih cah ayu"

(Ya cah ayu), jawab Paijo.

"Angkat teleponnya", pinta Titah.

"Nggih cah ayu, niki anyar gelem di angkat"

(Ya cah ayu, ini baru mau di angkat), kata Paijo melaksanakan perintah dari Titah.

"Nggih sampun"

(Ya sudah), sambung Titah.

Percakapan Paijo dan Hakim lewat telepon.

"Assalamu'alaikum", Paijo memberikan salam pada Hakim.

"Wa'alaikumussalam", Hakim menjawab salam dari Paijo.

"Maaf ini siapa ya dan ingin berbicara dengan siapa ya ?", tanya Paijo.

"Saya Hakim, saya ingin berbicara dengan istri saya bisa ?", tanya Hakim juga.

"Haa.., pak Hakim, tadi katanya ingin berbicara dengan istrinya, istrinya siapa ya ?", tanya Paijo dalam hati.

"Halo..", kata Hakim yang menunggu jawaban dari Paijo.

"Iya..", sambung Paijo.

"Saya ingin berbicara dengan istri saya, boleh di panggilkan ?", tanya Hakim.

"Istrinya siapa ya ?", tanya Paijo juga.

"Titah..", jawab Hakim.

"Haa.., siapa ?", tanya Paijo lagi yang tidak mendengar kalau nama Titah lah yang Hakim sebut.

Di ruang tengah lagi..

"Sapa jo sing telepon ?"

(Siapa jo yang telepon ?), tanya Titah.

"Hakim, jarene arep ngomong karo bojone"

(Hakim, katanya mau ngomong dengan istrinya), jawab Paijo.

"Oh ngono, nggih sampun merene telepone, panjenengan bantu Darmi neng pawon wae"

(Oh gitu, ya sudah sini teleponnya, kamu bantu Darmi di dapur saja), pinta Titah.

"Oh nggih, amit"

(Oh ya, permisi), Paijo melaksanakan perintah dari Titah.

"Emm..", seru Titah.

Percakapan Titah dan Hakim lewat telepon.

"Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada Hakim.

"Wa'alaikumussalam, ini siapa ya ?", tanya Hakim.

"Saye bini abang Hakim Hafiz"

(Saya istri abang Hakim Hafiz), jawab Titah.

"Oh bini saye"

(Oh istriku), seru Hakim.

"Ade ape bang ?"

(Ada apa bang ?), tanya Titah.

"Saya ingin memberitahu kalau besok saya dan anak-anak pulang, tolong sampaikan pada oma dan opa ya", kata Hakim yang memberitahu istrinya, kalau Hakim dan anak-anaknya akan pulang besok.

"Iya bang, nanti saya sampaikan pada oma dan opa, kalau abang Hakim dan anak-anak besok akan pulang", kata Titah yang melaksanakan perintah dari suaminya.

"Ya sudah kalau begitu saya lanjut kerja ya sayangku", kata Hakim.

"Iya mas..", sambung Titah.

"Assalamu'alaikum", Hakim memberikan salam pada Titah.

"Wa'alaikumussalam", Titah menjawab salam dari Hakim.

Di dapur..

"Jo..", Darmi memanggil Paijo.

"Nggih mi, ana apa ?"

(Ya mi, ada apa ?), tanya Paijo.

"Sapa sing telepon mau ?"

(Siapa yang telepon tadi ?), tanya Darmi juga.

"Jarene Hakim, arep ngomong karo garwane"

(Katanya Hakim, mau ngomong dengan istrinya), jawab Paijo.

"Emange panjenengan eruh garwane pak Hakim sing mana ?"

(Memangnya kamu tau istrinya pak Hakim yang mana ?), tanya Darmi lagi.

"Ora, emange garwane pak Hakim sapa ta mi ?"

(Gak, memangnya istrinya pak Hakim siapa sih mi ?), tanya Paijo lagi.

"Panjenengan ora iso eruh saiki mengko yen pak Hakim lan anak-anak e bali, panjenengan juga eruh sapa garwane jo"

(Kamu gak bisa tahu sekarang nanti kalau pak Hakim dan anak-anaknya pulang, kamu juga tahu siapa istrinya jo), jawab Darmi.

"Ngomongi apa ta mbak rame tenan ?"

(Ngomongin apa sih mbak rame banget ?), tanya Abdul Latif.

"Mengko tak kasih ngerti, panjenengan gelem bikin kopi nggih ?"

(Nanti ku kasih tahu, kamu mau bikin kopi ya ?), tanya Darmi juga.

"Oh ya wis, inggih kulo arep bikin kopi"

(Oh ya sudah, iya saya mau bikin kopi), jawab Abdul Latif.

"Lik jo", Abdul Latief memanggil Paijo.

"Inggih dul, ana apa ?"

(Iya dul, ada apa ?), tanya Paijo.

"Ra ngopi ta lik ?"

(Gak ngopi lik ?), tanya Abdul Latif juga.

"Ra, bosen kula ngopi terus"

(Tidak, bosen saya ngopi terus), jawab Paijo.

"Oh ya lik, mbak, pun krungu durung ?"

(Oh ya lik, mbak sudah dengar belum ?), tanya Abdul Latif lagi.

"Durung"

(Belum), jawab Darmi dan Paijo.

"Emange enten berita apa ta dul ?"

(Memangnya ada berita apa sih dul ?), tanya Darmi.

"Itu loh pak Hakim", jawab Abdul Latif.

"Pak Hakim, ngapa ?"

(Pak Hakim, kenapa ?), tanya Darmi lagi.

"Pak Hakim lan anak-anak e arepe bali"

(Pak Hakim dan anak-anaknya mau pulang), jawab Abdul Latif.

"Itu tandanya aku harus", kata Darmi yang di potong perkataannya oleh Abdul Latif.

"Harus siap-siap menyambut pak Hakim dan anak-anaknya pulang dan masak kesukaan mereka", sambung Abdul Latif.

"Emm wis keduluan"

(Emm sudah keduluan), keluh Darmi.

"Haha..", Paijo dan Abdul Latif tertawa.