Malaysia
Di rumah pak Faisal,
Di kamar pak Faisal dan bu Nurmala..
"Kekmana pak, Hakim becakap ape ?"
(Bagaimana ayah, Hakim bicara apa ?), tanya bu Nurmala.
"Hakim dan Titah yang menjemput kito kat bandara dan acare selamatan umah baru Hakim dan Titah tigo hari lagi, ibu"
(Hakim dan Titah yang menjemput kita di bandara dan acara selamatan rumah baru Hakim dan Titah tiga hari lagi, bunda), jawab pak Faisal.
"Oh macam itu, ya udah kito tido yuk pak, biar besok kito tak kesiangan, besok kito berangkat pagi kan, dari Malaysia ke Indonesia"
(Oh begitu, ya sudah kita tidur yuk ayah, biar besok kita tidak kesiangan, besok kita berangkat pagi kan, dari Malaysia ke Indonesia), kata bu Nurmala.
"Iye ibu, kito tido sekarang, pak juga udah mengantuk"
(Iya bunda, kita tidur sekarang, ayah juga sudah mengantuk), sambung pak Faisal.
Indonesia
Di rumah pak Hakim,
Di halaman samping rumah pak Hakim..
"Telepon dari siapa pi tadi ?", tanya Titah.
"Dari ayah sayang, besok ayah berangkat dari Malaysia ke Indonesia sekitar jam sembilan dan sampai sekitar jam setengah dua belas, kita jemput ya mi, oh ya Paijo kemana mi ?", tanya Hakim lagi.
"Mungkin masih di depan pi bersama dengan Abdul Latief dan Darmi, pi", jawab Titah lagi.
"Assalamu'alaikum para ndara dan para raden", Paijo, Abdul Latief, dan Darmi memberikan salam pada opa Tri, oma Dyah, Hakim, Titah, Kamil, dan Citra.
"Wa'alaikumussalam", opa Tri, oma Dyah, Hakim, Titah, Kamil, dan Citra menjawab salam dari Paijo, Abdul Latief, dan Darmi.
"Itu lik jo, pi", kata Kamil.
"Iya Kamil", sambung Hakim.
"Jo besok kamu ikut ke bandara ya", kata Titah.
"Siap tuan mami, siap tuan papi", sambung Paijo.
"Ya sudah sekarang kita tidur di kamar masing-masing", kata Titah.
"Ya sudah yuk kang mas kita pulang", sambung oma Dyah.
"Yuk diajeng", kata opa Tri.
"Yah kok opa dan oma pulang sih", sambung Citra.
"Tahu oma dan opa kok pulang sih kan aku dan dik Citra masih kangen sama oma dan opa", kata Kamil.
"Oma dan opa pulang dulu untuk ambil baju di rumah dan besok kembali lagi ke rumah kalian, oma dan opa nginap sampai hari selamatan rumah kamu selesai Kamil, Citra", sambung Titah yang menjelaskannya pada anak-anaknya.
"Yang di katakan mami kalian benar Kamil, Citra, dan bagaimana besok oma dan opa yang antar pendaftaran sekolah kalian yang baru bagaimana ?", tanya Hakim.
"Beneran pi ?", tanya Citra.
"Iya benar", jawab Hakim.
"Dul siapkan mobil ya", pinta oma Dyah.
"Inggih, laksanakan ndara ibu sepuh"
(Iya, laksanakan ndara ibu sepuh), Abdul Latief melaksanakan perintah dari oma Dyah.
"Ya sudah tidak apa deh oma dan opa pulang, tapi besok pagi sudah ada di rumah lagi ya", kata Citra.
"Inggih sayang"
(Iya sayang), sambung oma Dyah.
"Oh ya jo, kamu sekarang sudah bole masuk ke dalam kamar, dan jangan lupa besok bangun pagi untuk menyiapkan sarapan dan ikut saya ke bandara untuk menjemput orang tua saya", kata Hakim.
"Laksanakan tuan papi", sambung Paijo.
"Biar Titah antar ke depan ya oma, opa", kata Titah.
"Ikut..", sambung Citra dan Kamil.
Keesokan harinya..
Di rumah opa Tri,
Di meja makan..
"Sebelum ke rumah Titah, kita sarapan dulu yuk kang mas", kata oma Dyah.
"Yuk diajeng, loh..", kata opa Tri saat melihat meja makan kosong.
"Kenapa kang mas ?", tanya oma Dyah.
"Ini loh diajeng, meja makannya kosong, sepertinya Darmi belum siapkan sarapan deh diajeng", jawab opa Tri.
"Emmmmmm kebiasaan ya si Darmi, mau ada Titah, mau tidak ada Titah, tetap saja sama malas, buktinya sarapan tidak ada di meha makan", keluh oma Dyah.
"Amit ndara romo sepuh uga ndara ibu sepuh, kula dhateng mriki namung karep memberikan sebuah laporan, menawi ndara romo sepuh uga ndara ibu sepuh karep dhateng griya bu Hakim mobile sampun jagi uga kula ugi jagi mengantar ndara romo sepuh uga ndara ibu sepuh dhateng ngrika saksampune sarapan enjang, maturnuwun kula pamit dhateng wingking kembali, amit"
(Permisi ndara romo sepuh dan ndara ibu sepuh, saya ke sini ingin memberikan sebuah laporan, kalau ndara romo sepuh dan ndara ibu sepuh ingin ke rumah bu Hakim mobilnya sudah siap dan saya juga siap mengantar ndara romo sepuh dan ndara ibu sepuh ke sana setelah sarapan pagi, terimakasih saya pamit kebelakang kembali, permisi), kata Abdul Latief.
"Inggih dul, maturnuwun sampun diberitahu, menawi mekaten sakmenika kamawon kita budhal uga sarapan bersama putu uga cicit kita ing griya putu kita, diajeng, gimana ?"
(Iya dul, terimakasih sudah diberitahu, kalau begitu sekarang saja kita berangkat dan sarapan bersama cucu dan cicit kita di rumah cucu kita, diajeng, bagaimana ?), tanya opa Tri.
"Setuju kang mas, oh nggih terlewat Darmi gimana kang mas ?"
(Setuju kang mas, oh ya lalu Darmi bagaimana kang mas ?), tanya oma Dyah.
"Abdul Latief terna kita riyen dhateng rumahnya Titah, terlewat kengken mantuk iseh konjuk pendhet Darmi, gitu kamawon kok repot diajeng, diajeng"
(Abdul Latief antar kita dulu ke rumahnya Titah, lalu suruh pulang lagi untuk ambil Darmi, gitu saja kok repot diajeng, diajeng), jawab opa Tri.
"Kok pendhet Darmi sih kang mas, jemput Darmi, kang mas"
(Kok ambil Darmi sih kang mas, jemput Darmi, kang mas), kata oma Dyah.
"nah inggih punika pangangkah kula, diajeng"
(Nah iya itu maksud saya, diajeng), sambung opa Tri.
"Dados kados niki nggih dul.."
(Jadi seperti ini ya dul..), kata oma Dyah yang akan menjelaskannya pada Abdul Latief dan terpotong oleh Abdul Latief.
"Apunten ndara ibu sepuh, kula sampun mangertos menapa ingkang karep ing sampaikan dening ndara ibu sepuh"
(Maaf ndara ibu sepuh, saya sudah tahu apa yang ingin di sampaikan oleh ndara ibu sepuh), kata Abdul Latief yang memotong perkataan dari oma Dyah.
"Emange menapa dul ?"
(Memangnya apa dul ?), tanya oma Dyah lagi.
"Ingkang wau ing katakan dening ndara romo sepuh ta, yaiku mengantar ndara romo sepuh uga ndara ibu sepuh terlebih riyen konjuk dhateng griya bu Hakim, terlewat enggal kula wangsul iseh dhateng griya konjuk menjemput darmi ingkang taksih tilem ing griya, leres ta ndara ibu sepuh ?"
(Yang tadi di katakan oleh ndara romo sepuh kan, yaitu mengantar ndara romo sepuh dan ndara ibu sepuh terlebih dahulu untuk ke rumah bu Hakim, lalu baru saya kembali lagi ke rumah untuk menjemput Darmi yang masih tidur di rumah, benar kan ndara ibu sepuh ?), tanya Abdul Latief.
"Inggih leres dul.., nggih sampun ngrika panjenengan entas koper terlewat panjenengan taruh ing bagasi mobil, amargi kula karep pendhet tas uga hp ing kamar kula"
(Iya benar dul.., ya sudah sana kamu angkat koper lalu kamu taruh di bagasi mobil, karena saya ingin ambil tas dan hp di kamar saya), jawab oma Dyah.
"Hp uga dompet kula sisan nggih diajeng"
(Hp dan dompet saya sekalian ya diajeng), kata opa Tri.
"Inggih kang mas"
(Iya kang mas), sambung oma Dyah.