Di rumah opa Tri,
Di meja makan..
"Wah sayur asem, kesukaan Citra, oma", kata Citra.
"Iya dong, ini ada juga loh kesukaan kamu, Kamil, ayam kecap", sambung oma Dyah.
"Kayanya ada yang kurang deh oma", sambung Titah juga.
"Apanya yang kurang tah ?", tanya opa Tri.
"Coba oma dan opa cek deh..", jawab Titah.
"Tunggu oma cek dulu ya, ayam kecap ada, sayur asem ada, tempe dan tahu goreng ada, sambal ada, kerupuk juga ada, air minum, eh iya air minum ya yang tidak ada, si Darmi, hemm..", kata oma Dyah.
"Darmi..", seru oma Dyah yang memanggil Darmi.
Di dapur..
"Inggih ndara ibu sepuh"
(Iya ndara ibu sepuh), jawab Darmi.
Di meja makan lagi..
"Mriki panjenengan, Darmi.."
(Sini kamu, Darmi..), pinta oma Dyah.
Di dapur lagi..
"Inggih tengga sekedhap"
(Iya tunggu sebentar), jawab Darmi lagi.
Di meja makan lagi..
"Apunten nggih telat ngantar banyu ne"
(Maaf ya telat ngantar airnya), kata Darmi.
"Tengga sekedhap mi, mi, mi.."
(Tunggu sebentar mi, mi, mi..), sambung oma Dyah.
"Inggih ndara ibu sepuh, enten menapa ?"
(Iya ndara ibu sepuh, ada apa ?), tanya Darmi.
"Paijo kemana nggih, kok mboten membantu panjenengan ?"
(Paijo kemana ya, kok tidak membantu kamu ?), tanya oma Dyah juga.
"Piyambakipun membantu kula kok ndara ibu sepuh ing pawon wau"
(Dia membantu saya kok ndara ibu sepuh di dapur tadi), jawab Darmi.
"Terus sakmenika dhateng pundi ?"
(Terus sekarang kemana ?), tanya Titah.
"Inggih leres tuh menapa tembung Titah, dhateng pundi piyambakipun ?"
(Iya benar tuh apa kata Titah, kemana dia ?), tanya oma Dyah lagi.
"Piyambakipun ing kamar ndara ibu sepuh, bu Hakim, nangis"
(Dia di kamar ndara ibu sepuh, bu Hakim, nangis), jawab Darmi lagi.
"Nangis punapa bi, bibi apain paklik Paijo ngantos nangis gitu ?"
(Nangis kenapa bi, bibi apain paklik Paijo sampai nangis gitu ?), tanya Kamil.
"Sanes amargi kula, den mas Kamil, nanging nangis amargi cintanya ing tolak"
(Bukan karena saya, den mas Kamil, tapi nangis karena cintanya di tolak), jawab Darmi lagi.
"Oh..", seru semua orang yang ada di meja makan.
"Nggih ndara"
(Ya ndara), sambung Darmi.
"Nggih sampun ngrika, panjenengan lajeng nyambut, eh tapi ampun mangsak nggih konjuk tedha dalu, amargi tedha dalu kula uga batih karep tedha dalu ing njawi kamawon, uga pulangnya lajeng mampir dhateng griya Titah ingkang enggal"
(Ya sudah sana, kamu lanjut kerja, eh tapi jangan masak ya untuk makan malam, karena makan malam saya dan keluarga ingin makan malam di luar saja, dan pulangnya langsung mampir ke rumah Titah yang baru), pinta oma Dyah.
"Oh nggih, jagi ujub ndara ibu sepuh
(Oh ya, siap laksanakan ndara ibu sepuh), Darmi melaksanakan perintah dari oma Dyah.
"Kita kesah jam sepinten Hakim ?"
(Kita pergi jam berapa Hakim ?), tanya oma Dyah lagi.
"Kita radin saking griya dhateng mal telas ashar kamawon oma"
(Kita jalan dari rumah ke mal habis ashar saja oma), jawab Hakim.
"Oh oke, berarti habis makan siang kalian istirahat ya", kata oma Dyah.
"Iya oma", seru Titah dan Hakim.
"Siap oma", Kamil dan Citra melaksanakan perintah dari oma Dyah.
Semua keluarga telah selesai makan dan pergi ke kamar masing-masing untuk istirahat di kamar masing-masing.
Sore pun tiba, oma Dyah dan keluarga pergi keluar rumah untuk jalan-jalan dan makan malam diluar, sementara aku yang masih di dalam kamar dengan menangis membuat Darmi dan Abdul Latif khawatir, Abdul Latif pun memberikan nasehat untuk ku.
Setelah aku di nasehati oleh Abdul Latif, hatiku sudah adem seperti kemarin (seperti tidak terjadi apa-apa).
Dan keesokan harinya aku sudah mulai bekerja full di rumah barunya bu Hakim dan pak Hakim.
Ketika aku ingin mengepel di luar rumah aku melihat perempuan cantik sekali namanya adalah Puji, aku mulai membuka hati dan jatuh cinta setelah sakit hati yang pernah ku alami kemarin, aku yang takut sakit hati lagi meminta bantuan Darmi untuk membantuku menyatakan cinta pada Puji, sang pujaan hatiku.
Masih di rumah opa Tri,
Di teras depan rumah..
"Oma dan opa mana sih kok lama sekali, emm mi, sayang", keluh Hakim.
"Iya pi, kenapa ?", tanya Titah.
"Anak-anak mana ?", tanya Hakim juga.
"Tuh anak-anak pi..", jawab Titah yang menunjuk ke arah anak-anaknya.
"Kamil sudah siap", seru Kamil.
"Citra juga sudah siap, yuk berangkat mi, pi", sambung Citra.
"Eeh tunggu..", seru Hakim.
"Apa lagi sih pi ?", tanya Kamil.
"Tahu, kenapa sih pi, bukannya kita mau pergi ke mal ya, aku dan mas Kamil sudah siap nih.. ?", tanya Citra juga.
"It's not like that my dear children, but.."
(Bukan seperti itu anak-anakku sayang, tapi..), jawab Titah yang terpotong oleh Kamil yang menggunakan bahasa Inggris.
"But what mom ?"
(Tapi apa ibu ?), tanya Kamil lagi yang menggunakan bahasa Inggris.
"But your grandma and grandpa are both still in the house"
(Tapi nenek dan kakek kalian berdua masih di dalam rumah), jawab Hakim menggunakan bahasa Inggris juga.
"Now you two go inside the house to see if your grandma and grandpa are ready or not, there"
(Sekarang kalian berdua masuk ke dalam rumah untuk melihat nenek dan kakek kalian berdua sudah siap atau belum, sana), pinta Titah.
"Ready, do it mom"
(Siap, laksanakan ibu), Kamil dan Citra melaksanakan perintah dari Titah.
"Nuwun, suwun apunten bu Hakim ugi pak Hakim, mobilnya sampun jagi"
(Permisi, minta maaf bu Hakim dan pak Hakim, mobilnya sudah siap), kata Abdul Latif yang memberitahu Titah dan Hakim kalau mobilnya sudah siap.
"Oh iya dul, nanti saja saya dan istriku masih menunggu oma dan opa yang sedang disusul oleh anak-anak didalam", sambung Hakim.
"Oh nggih sampun, menawi mekaten kawula tengga teng pos kemawon, amit pak, bu"
(Oh ya sudah, kalau begitu saya tunggu di pos saja , permisi pak, bu), kata Abdul Latif lagi.
"Nggih.."
(Ya..), seru Hakim dan Titah.
"Oh ya pi, blangkon papi mana, nanti oma keluar dan lihat papi tidak pakai blangkon bahaya loh pi, nanti papi bisa di adukan ke ibu", kata Titah yang melihat Hakim tidak menggunakan blangkon.
"Oh iya mami benar, eh tapi tenang mi", sambung Hakim lagi.
"Loh kok tenang sih pi ?", tanya Titah lagi.
"Iya mi tenang, karena ini.., papi sudah siap siaga membawa blangkon mi, jadi tidak akan tuh oma marah-marah pada papi, karena papi sudah siap siaga membawa blangkon", jawab Hakim.
"Alhamdulillah, huh..", kata Titah yang menghela nafas.
Di oma Dyah dan opa Tri..
"Assalamu'alaikum", Kamil dan Citra memberikan salam pada oma Dyah dan opa Tri.
"Wa'alaikumussalam", oma Dyah dan opa menjawab salam dari Kamil dan Citra.
"Masuk..", seru opa Tri yang menandakan oma Dyah dan opa Tri mengizinkan Kamil dan Citra untuk masuk kedalam kamarnya.
"Oma, opa..", seru Citra.
"Iya Citra, kenapa ?", tanya opa Tri.
"Yuk, mami dan papi sudah nungguin lama tuh, kasihan", jawab Kamil.
"Tunggu sebentar satu lagi, sudah yuk..", kata oma Dyah.