Di mobil Hakim..
"Loh kok pulang sih Hakim katanya mau lihat rumah barumu ?", tanya oma Dyah.
"Maaf oma, ini jauh lebih penting daripada kita melihat rumah baruku, ini menyangkut nyawa seseorang, habis ini saja ya oma melihat rumah baruku", jawab Hakim.
"Emm iya deh", kata oma Dyah.
Di rumah opa Tri,
Di depan kamar Paijo lagi..
"Assalamu'alaikum", Hakim memberikan salam pada Abdul Latief dan Darmi.
"Wa'alaikumussalam", Abdul Latief dan Darmi menjawab salam dari Hakim.
"Paijo masih di kamar ?", tanya Hakim.
"Inggih pak Hakim"
(Iya pak Hakim), jawab Abdul Latief.
Di mobil Hakim lagi..
"Mami", kata Citra.
"Iya sayang, kenapa ?", tanya Titah.
"My father is a doctor, is it true that a doctor should be like that, mother, more concerned with the safety and health of others than himself and his own personal affairs, mother ?"
(Ayah kan seorang dokter, memangnya dokter harus seperti itu ya bu, lebih mementingkan keselamatan dan kesehatan orang lain daripada dirinya sendiri dan urusan pribadinya sendiri ya bu ?), tanya Citra.
"Yes dear, that's why doctors are called heroes too"
(Iya sayang, itulah kenapa dokter disebut sebagai pahlawan juga), jawab Titah.
"Oma, opa, Titah susul abang Hakim saja ya, takutnya abang Hakim perlu apa-apa didalam, kan Titah bisa membantu abang Hakim didalam", kata Titah.
"Oh ya sudah", sambung opa Tri.
"Eeh nduk, nduk", sambung oma Dyah lagi.
"Inggih oma, enten menapa ?"
(Iya oma, ada apa ?), tanya Titah.
"Bilangin suamimu jangan lama-lama ya, tolong juga kasih tau Darmi dan Abdul Latief siap-siap juga, karena ingin melihat rumah barumu, gitu ya", jawab oma Dyah.
"Inggih oma"
(Iya oma), kata Titah.
"Emm", sambung oma Dyah.
Di rumah opa Tri,
Di kamar Paijo lagi..
"Hemm emm emm, kenapa sih Darmi jahat sama saya, kenapa tidak jujur atau berterus terang pada saya kalau mbak Titah itu sudah punya suami dan anak, kenapa juga sih saya harus mengalami yang namanya patah hati, hemm emm emmm", kata Paijo sambil menangis.
"Ya Allah Joya, kamu kenapa ?", tanya Hakim.
"He.. Emm emm emm", Paijo menangis.
"Di tanya kok malah nangis", kata Hakim.
"Ini semua salah kamu, Darmi", sambung Paijo.
"Haaaa, benar itu mi, kamu punya salah apa pada Paijo emangnya ?", tanya Hakim lagi.
"Emm..", kata Darmi.
"Amm emm, amm emm, jawab", sambung Hakim.
"Jadi gini loh tuan papi, Darmi berbohong pada saya, saya kan naksir cewek, terus tahunya cewek yang saya taksir ternyata sudah punya suami dan dua orang anak, tuan papi", jawab Paijo.
"Oh gitu, siapa sih nama cewek yang kamu taksir itu ?", tanya Hakim lagi.
"Nama cewek yang saya taksir itu", jawab Paijo lagi yang terpotong oleh Titah, yang datang ke kamar Paijo.
"Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada Paijo, Abdul Latief, Darmi, dan Hakim.
"Wa'alaikumussalam", Paijo, Abdul Latief, Darmi, dan Hakim menjawab salam dari Titah.
"Pi bagaimana, kamu kenapa jo, oh ya Darmi, Abdul Latief siap-siap gih, karena kalian disuruh oma ikut ke rumah baru saya dan abang Hakim", kata Titah.
"Oh iya bu Hakim", sambung Abdul Latief.
"Laksanakan bu Hakim, permisi", sambung Darmi juga.
"Papi hayuk, kamu juga siap-siap ya jo", kata Titah lagi.
"Ya sudah di bahas nanti saja deh, kamu siap-siap ya jo, saya dan istri menunggu di depan, hayuk mi", sambung Hakim.
"Yuk pi, cepat loh ya jo", kata Titah lagi.
"Lagi sedih juga malah disuruh siap-siap, ya sudah deh siap-siap dulu", sambung Paijo yang masih menangis.
Di kamar Darmi..
"Untung Paijo belum bilang kalau perempuan yang dia maksud itu adalah bu Hakim, huh selamat, selamat", kata Darmi menghela nafas.
"Mi, mi, Darmi", kata Abdul Latief.
"Nggih dul"
(Ya dul), kata Darmi lagi.
"Mangga, sing lia ne wis ngenteni neng ngarep"
(Yuk, yang lainnya sudah menunggu di depan), kata Abdul Latief.
"Nggih dul"
(Ya dul), sambung Darmi.
"Oh ya lali aku, mi"
(Oh ya lupa aku, mi), kata Abdul Latief lagi.
"Ngapa dul ?"
(Kenapa dul ?), tanya Darmi.
"Kuwi loh mi, aku lali celuk Paijo"
(Itu loh mi, aku lupa panggil Paijo), jawab Abdul Latief.
"Oh ngono, ya wis aku duluan marang ngarep ya dul"
(Oh begitu, ya sudah saya duluan ke depan ya dul), kata Darmi.
"Iya mi, kowe duluan wae marang ngarep, mengko aku menyusul karo Paijo marang ngarep ya"
(Iya mi, kamu duluan saja ke depan, nanti saya menyusul dengan Paijo ke depan ya), sambung Abdul Latief.
"He'e dul", kata Darmi lagi.
Di mobil Hakim lagi..
"Oh jadi begitu pi, Paijo mengurung dirinya sendiri di kamar karena patah hati, perempuan yang dia taksir ternyata sudah punya suami dan dua orang anak pi", kata Titah.
"Iya mi", sambung Hakim.
"Haduh Paijo, Paijo, lebay dan cengeng banget sih, kaya perempuan cuma hanya satu saja di dunia ini", kata opa Tri.
"Hemm, kang mas dulu juga sama kaya Paijo, saya tolak kang mas nangis juga, lupa dengan masa mudanya kang mas ?", tanya oma Dyah.
"Ya tapi kan saya tidak seperti Paijo, diajeng, saya maju terus pantang mundur, untuk mendapatkan diajeng", jawab opa Tri.
"Iya juga sih ya kang mas, hehe..", kata oma Dyah.
"Eh iya para abdi dalem mana ya kok belum datang juga", sambung Titah.
"Iya mi, mami benar, papi panggil mereka dulu deh ke dalam", sambung Hakim juga.
"Tidak usah pi, Kamil saja yang ke dalam, sekalian mau ke kamar mandi", kata Kamil.
"Oh ya sudah cepat ya leh", kata oma Dyah.
"Inggih oma"
(Iya oma), sambung Kamil.
Di depan rumah opa Tri..
"Loh, loh den mas, mau kemana ?", tanya Darmi.
"Arep marang jeding, buang air kecil, bi Darmi.."
(Mau ke kamar mandi, buang air kecil, bi Darmi..), jawab Kamil.
"Oh nggih sampun, kula duluan nggih den mas dhateng mobil"
(Oh ya sudah, saya duluan ya den mas ke mobil), kata Darmi.
"Oh nggih bi Darmi"
(Oh ya bi Darmi), sambung Kamil.
Di mobil Hakim lagi..
"Itu Darmi, Hakim, kamu turun gih, kasih tau Darmi, kalau dia satu mobil dengan Paijo dan Abdul Latief saja", kata opa Tri.
"Tidak usah opa, biar Citra saja ya yang turun dan kasih tahu ke bi Darmi", sambung Citra.
"Iya nduk", kata opa Tri lagi.
Di depan rumah opa Tri lagi..
"Bi Darmi", kata Citra.
"Inggih mbak Citra, ana apa ?"
(Iya mbak Citra, ada apa ?), tanya Darmi.
"Ana wekas saka opa, tembung opa, bi Darmi siji mobil wae karo lik Paijo lan mas Abdul Latief, ngono"
(Ada pesan dari opa, kata opa, bi Darmi satu mobil saja dengan lik Paijo dan mas Abdul Latief, begitu), jawab Citra.
"Oh nggih mbak Citra, maturnuwun info ne"
(Oh ya mbak Citra, terimakasih infonya), kata Darmi.
"Nggih sami-sami bi Darmi"
(Ya sama-sama bi Darmi), sambung Citra.
"Citra", kata Kamil.
"Inggih mas"
(Iya mas), sambung Citra.
"Ngapain ?", tanya Kamil.
"Habis menyampaikan pesan dari opa ke bi Darmi, mas sudah kasih tahu ke lik jo dan mas Abdul Latief belum ?", tanya Citra juga.
"Sudah dong, tadi sesudah dari kamar mandi", jawab Kamil.
"Oh gitu, ya sudah yuk ke mobil", kata Citra.
"Yuk..", sambung Kamil.