Di bandara Halim Perdanakusuma..
"Jo cepat sedikit jalannya", kata Titah.
"Inggih cah ayu"
(Iya cah ayu), sambung Paijo.
"Pi..", seru Kamil.
"Ya, ada apa Kamil ?", tanya Hakim.
"Mami mana ya, sudah sampai atau belum ya ?", tanya Kamil juga.
"Papi tidak tahu, coba kamu video call atau kamu whatsapp saja", jawab Hakim.
Percakapan Titah dan Kamil lewat video call.
"Assalamu'alaikum mami", Kamil memberikan salam pada Titah.
"Wa'alaikumussalam sayang", Titah menjawab salam dari Kamil.
"Mami sudah sampai mana ?", tanya Kamil.
"Mami sudah sampai di bandara, mami sudah lihat kalian kok, mami ke sana ya, tutup video call nya ya", jawab Titah.
"Iya mi..", seru Kamil.
"Assalamu'alaikum", Titah dan Paijo memberikan salam pada Hakim, Kamil, dan Citra.
"Wa'alaikumussalam", Hakim, Kamil,dan Citra menjawab salam dari Titah dan Paijo.
"Mami..", seru Kamil dan Citra berlari ke arah Titah dan memeluk Titah.
"Hati-hati anak-anak", kata Hakim.
"Haa.., mami..", kata Paijo yang kaget mendengar anak-anak Titah dan Hakim memanggil Titah dengan sebutan mami.
"Bang..", Titah mencium tangan Hakim.
"Iya sayang..", Hakim mencium kening Titah.
"Haa.., bang dan sayang juga..", kata Paijo yang kaget mendengar kata mas dan sayang dari Titah dan Hakim.
"Oh iya lupa, jo sini..", kata Titah.
"Siapa mi ?", tanya Citra.
"Ini lik jo, dia asisten rumah tangga di rumah kita yang baru nanti Citra", jawab Titah.
"Oh ya jo, perkenalkan ini anak-anak saya dan suami saya", kata Titah yang memperkenalkan anak-anaknya dan suaminya.
"Suami dan anak-anaknya", kata Paijo dalam hati dengan bersedih.
"Kamu kenapa jo ?", tanya Titah.
"Saya mau ke toilet mbak, toilet dimana ya ?", tanya Paijo juga.
"Toilet, saya juga mau ke sana bareng saja yuk..", jawab Citra.
"Oh ya den..", seru Paijo.
"Mami, papi, dan mas Kamil tunggu di sini ya", kata Hakim.
"Iya pi..", sambung Citra.
Di depan kamar mandi perempuan..
"Itu kamar mandi laki-lakinya, saya duluan ke kamar mandi ya lik..", kata Citra.
"Inggih den.."
(Iya den..), sambung Paijo.
Di kamar mandi laki-laki..
"Hemm, emm.. emm.., emm..", Paijo menangis.
Di depan kamar mandi perempuan..
"Duh lik jo sudah belum ya..", kata Citra.
Di depan kamar mandi laki-laki..
"Lik jo..", seru Citra.
Di kamar mandi laki-laki lagi..
"Inggih den.."
(Iya den..), jawab Paijo yang masih menangis.
Di depan kamar mandi laki-laki lagi..
"Sampun durung ?
(Sudah belum ?), tanya Citra.
Di kamar mandi laki-laki lagi..
"Durung den"
(Belum den), jawab Paijo lagi yang masih menangis.
"Kenapa sih saya harus merasakan kasmaran atau jatuh cinta, kalau tahu ujung-ujungnya pasti nyakitin, hemm.., emm, emm.., sedih, sakit, hemm.., emm, emm..", kata Paijo yang masih menangis.
Di depan kamar mandi laki-laki lagi..
"Dik Citra..", seru Kamil.
"Ya mas Kamil", jawab Citra.
"Already ?"
(Sudah ?), tanya Kamil.
"Not yet"
(Belum), jawab Citra.
"Alright, let me just excuse me, my sister, lik jo, have you been waiting for mom and dad in the airport lobby ?"
(Baiklah, biar aku saja, permisi adikku, lik jo, sudah atau belum sudah di tunggu ayah dan ibu di lobby bandara ?), tanya Kamil.
Di kamar mandi laki-laki lagi..
"Ngomong apa sih gak ngerti..", kata Paijo.
Di depan kamar mandi laki-laki lagi..
"My most handsome brother, listen, this is Jakarta, not English, so just use Indonesian, sorry, Uncle Jo doesn't understand"
(Kakakku yang paling tampan, dengar ya ini kan Jakarta bukan Inggris, jadi gunakan bahasa Indonesia saja ya, kasihan lik jo tidak mengerti), sambung Citra.
"Oh yeah, I forgot, thank you my beautiful sister, you told me"
(Oh iya, saya lupa, terimakasih adikku yang cantik, kamu sudah memberitahu ku), kata Kamil lagi.
"Haduh..", keluh Citra.
"Maksudnya sudah atau belum lik, mami dan papi sudah menunggu di lobby bandara", kaya Kamil lagi.
Di kamar mandi laki-laki lagi..
"Oh, iya sudah..", sambung Paijo.
Di Lobby bandara..
"Ngapain bang ?", tanya Titah.
"Wa Kamil, lama sekali", jawab Hakim.
"Biarkan saja abang, mungkin mereka tahu kalau mami dan papi nya butuh waktu untuk berduaan yang lama", kata Titah.
"Oh iya ya sayang, kenapa tidak kepikiran dari tadi, hehe.." sambung Hakim.
"Loh kok tidak jadi wa anak-anak mas ?", tanya Titah lagi.
"Biar lama dan biar tidak ada yang menggangu kita yang sedang berduaan seperti ini sayang", jawab Hakim lagi.
"Oh..", seru Titah.
Sementara itu di rumah oma Dyah dan opa Tri menunggu ke datangan kami, dan makan siang juga sudah siap untuk makan siang bersama.
Di rumah opa Tri,
Di ruang tengah..
"Kang mas", seru oma Dyah.
"Ya diajeng", sambung opa Tri.
"Titah, Hakim, dan cicit kita kok belum datang juga ya", kata oma Dyah.
"Iya diajeng, eh itu suara klakson mobil tuh, Titah pulang", sambung opa Tri.
Di garasi mobil rumah opa Tri..
"Jo, ini koper kamu bawa ke kamar anak-anak ya, dul, Abdul Latif", kata Hakim.
"Iya pak Hakim", sambung Paijo.
"Inggih pak Hakim, ana apa ?"
(Iya pak Hakim ada apa ?), tanya Abdul Latif.
"Tolong kamu bawakan koper saya dan langsung taruh di kamar ya, oh ya ini juga jangan lupa bawa ya dan taruh di ruang keluarga", jawab Hakim.
"Laksanakan pak Hakim", Abdul Latif melaksanakan perintah dari Hakim.
"Ya sudah, anak-anak yuk masuk..", kata Hakim.
"Iya papi..", seru Kamil dan Citra.
Di ruang tengah..
"Assalamu'alaikum", Titah dan keluarga memberikan salam pada oma Dyah dan opa Tri.
"Wa'alaikumussalam", oma Dyah dan opa Tri menjawab salam dari Titah dan keluarga.
"Nah ini dia yang di tunggu-tunggu dari tadi, akhirnya sampai juga di rumah", kata oma Dyah.
"Karena sudah waktunya jam makan siang kita langsung saja makan siang yuk", sambung opa Tri.
"Yuk..", seru Citra.
"Eh tapi kalian sudah solat Dzuhur kan ?", tanya opa Tri.
"Sudah dong opa, tadi mampir ke masjid dulu", jawab Kamil.
"Makannya baru sampai rumah", jawab Citra juga.
"Oh gitu, ya sudah yuk kita ke meja makan", kata oma Dyah lagi.
Di dapur..
"Darmi..", seru Paijo.
"Inggih jo, ana apa ta ?"
(Iya jo, ada apa ?), tanya Darmi.
"Kamu ini sengaja membuat saya sakit hati ya, kenapa kamu tidak ngomong kalau mbak Titah sudah berkeluarga ?", tanya Paijo juga dengan kesal pada Darmi.
"Oh itu, maaf jo, oh ya jo bukannya saya sudah ngomong dari awal kalau kamu harus hati-hati pak Hakim, ingat tidak kamu ?", tanya Darmi lagi.
"Iya ingat saya, lalu ?", tanya Paijo juga.
"Nah itu maksudnya saya itu, kalau mbak Titah sudah punya pak Hakim alias sudah berkeluarga", jawab Darmi.
"Oh tapi tetap saja kamu telah membuat saya sakit hati Darmi, atau jangan-jangan", kata Paijo.
"Aja-aja apa jo ?"
(Jangan-jangan apa jo ?), tanya Darmi lagi.
"Aja-aja kowe cemburu nggih, yen aku nduwe pasangan"
(Jangan-jangan kamu cemburu ya, kalau saya punya pasangan), jawab Paijo.
"Tunggu sedhela, aku cemburu karo sapa, kowe, jo ?"
(Tunggu sebentar, saya cemburu dengan siapa, kamu, jo ?), tanya Darmi lagi.
"Inggih.."
(Iya..), jawab Paijo lagi.
"Apura nggih, ora, aku ra cemburu karo kowe, kowe karo Abdul Latif wae isih gantengan Abdul Latif, walaupun gantengnya sethithik"
(Maaf ya, tidak, saya tidak cemburu dengan mu, kamu dengan Abdul Latif saja masih gantengan Abdul Latif, walaupun gantengnya sedikit), kata Darmi.
"Tenan.., mengko nyesel loh dar.. ?"
(Benar.., nanti nyesel loh Dar.. ?), tanya Paijo lagi.
"Aku nyesel, ih ra bakal"
(Aku nyesel, ih tidak akan), jawab Darmi.
"Ya wis banjur kerja iseh wae deh"
(Ya sudah lanjut kerja lagi saja deh), kata Paijo.