Chereads / Paijo I Lope You ❤️ / Chapter 2 - Bab 02

Chapter 2 - Bab 02

Masih di dapur..

"Oh ya katamu ana sing arep kowe kenalkan nang batih ndara ibu sepuh lan kanca panjenengan"

(Oh ya katamu ada yang mau kamu kenalkan pada keluarga ndara ibu sepuh dan temanmu), kata Darmi yang sedang menyindir Paijo.

"Sapa ta mi ?"

(Siapa sih mi ?), tanya Abdul Latif.

"Takon Paijo wae dul"

(Tanya Paijo saja dul), jawab Darmi.

"Sapa lik, wedoan mu kae ?"

(Siapa lik, perempuan mu itu ?), tanya Abdul Latif lagi.

"Sik ta dul, apa enten sing gelem karo de'e ?"

(Sebentar dul, apa ada yang mau dengan dia ?), tanya Darmi mengejek Paijo.

"Sembarangan wae panjenengan mi"

(Sembarangan saja kamu mi), kata Paijo dengan kesal karena Darmi mengejeknya.

"Tahu mbak, nih kalau kata pak kyai", Abdul Latif mencoba untuk menjelaskan namun terpotong oleh Darmi.

"Pak kyai sapa dul ?"

(Pak kyai siapa dul ?), tanya Darmi.

"Pak kyai Abdullah, mi", jawab Abdul Latif.

"Oh pakliknya cah ayu dong ?", tanya Darmi lagi.

"Nggih.."

(Ya..), jawab Abdul Latif lagi.

"Ya wis ndang ngomong meneh, tak runggoke"

(Ya sudah cepat ngomong lagi, ku dengarkan), kata Darmi.

"Saben makhluk urip ciptaan allah neng donya iki kan neng ciptakan berpasang-pasangan, ada sing cendhak lan ada sing dhuwur, ada sing lemu lan ada sing gering, ada sing ayu lan ada sing ganteng, siji iseh"

(Setiap makhluk hidup ciptaan allah di dunia ini kan di ciptakan berpasang-pasangan, ada pendek dan ada yang tinggi, ada gemuk dan ada yang kurus, ada yang jelek, ada yang cantik dan ganteng, satu lagi), sambung Abdul Latif menjelaskan pada Darmi dan Paijo.

"Emm apa itu dul ?", tanya Darmi.

"Ana awan lan ana wengi"

(Ada siang dan ada malam), jawab Abdul Latif.

"Sik, yen sing elek sapa, sing ayu sapa ?"

(Sebentar, kalau yang jelek siapa, yang cantik siapa ?), tanya Paijo.

"Sing ayu ya bu Hakim dong, sing elek kuwi.."

(Yang cantik ya bu Hakim dong, yang jelek itu..), jawab Abdul Latif yang terpotong lagi.

"Darmi..", kata opa Tri yang aslinya opa Tri memanggil Darmi.

"Tuh.., dudu aku sing ngomong nggih mi, ndara romo sepuh loh sing ngomong"

(Tuh.., bukan aku yang ngomong ya mi, ndara romo sepuh loh yang ngomong), kata Abdul Latif.

"Emm", keluh Darmi.

"Haha..", Paijo mentertawakan Darmi.

"Lah saiki sing elek sapa, sing ganteng sapa dul ?"

(Lah sekarang yang jelek siapa, yang ganteng siapa dul ?), tanya Darmi.

"Sing ganteng ya pak Hakim"

(Yang ganteng ya pak Hakim), jawab Abdul Latif lagi.

"Sing elek ?"

(Yang jelek ?), tanya Darmi lagi.

Di meja makan..

"Kok Darmi belum datang juga ya, airnya juga sudah habis lagi", kata opa Tri.

"Air minum Titah juga habis lagi", sambung Titah.

"Ya sudah kita panggil Paijo saja", sambung oma Dyah juga.

"Iya, kita panggi Paijo saja", kata opa Tri lagi.

Di dapur lagi..

"Paijo..", kata opa Tri, oma Dyah, dan Titah yang aslinya opa Tri, oma Dyah, dan Titah memanggil Paijo.

"Haha.., padha yen ngono dul"

(Haha.., sama kalau gitu dul), kata Darmi yang tertawa.

"Padha apa ne mi ?"

(Sama apanya mi ?), tanya Paijo.

"Padha elek e"

(Sama jeleknya), jawab Darmi.

"Waduh, berarti kula lan panjenengan padha elek e dong"

(Waduh, berarti saya dan kamu sama jeleknya dong), kata Paijo yang kaget mendengar jawaban dari Darmi.

"Inggih jo"

(Iya jo), kata Darmi.

"Haha..", Darmi dan Abdul Latif tertawa.

"Eh berarti aku jelek dong", kata Darmi yang sadar setelah tertawa bersama Abdul Latif.

"Menurut mu piye mi ?"

(Menurut mu bagaimana mi ?), tanya Paijo.

Di meja makan lagi..

"Kok gak ada satu pun sih yang menjawab", kata Titah yang kesal di buat oleh Paijo dan Darmi.

"Kayanya harus saya yang ke sana", kata oma Dyah yang akan ke dapur.

"Emm biar saya saja oma", sambung Titah.

"Nggih sampun, gelis nggih nduk, ambil banyu ne sisan neng pawon"

(Ya sudah, cepat ya nak, ambil airnya sekalian di dapur), sambung opa Tri juga.

"Inggih opa"

(Iya opa), kata Titah.

Di dapur lagi..

"Nggih sampun kerja meneh"

(Ya sudah kerja lagi), kata Abdul Latif.

"Darmi..", kata Titah yang kesal memanggil Darmi.

"Inggih, eh bu Hakim"

(Iya, eh bu Hakim), sambung Darmi yang melihat Titah.

"Kok bu Hakim, mi?", tanya Paijo.

"Eh iya saya lupa, kan Paijo tidak tahu kalau cah ayu sudah menikah dengan pak Hakim", kata Darmi dalam hati yang lupa kalau Paijo tidak mengetahui Titah sudah menikah.

"Mi..", Paijo memanggil Darmi.

"Emm maksudku iya cah ayu", Darmi mencari alasan.

"Oh ngono"

(Oh gitu), seru Paijo.

"Inggih jo"

(Iya jo), sambung Darmi.

"Darmi hmm..", Titah kesal.

"Inggih cah ayu, enten menapa nggih ?"

(Iya anak cantik, ada apa ya ?), tanya Darmi.

"Vous avez oui, je n'ai pas entendu, vous ne savez pas, vous ne l'appelez pas avant ?"

(Kamu itu ya dari tadi di panggilin gak dengar juga, kamu tahu tidak kalau kamu itu di panggilin dari tadi ?), tanya Titah menggunakan bahasa Prancis.

"Alah..", keluh Darmi yang tidak mengerti bahasa yang Titah gunakan saat bertanya padanya.

"Réponse, je ne t'ai pas appelé ?"

(Jawab, dengar tidak tadi saya panggil kamu ?), tanya Titah lagi yang masih menggunakan bahasa Prancis.

"Apura cah ayu kulo ora ngerti opo sing di maksud oleh cah ayu"

(Maaf cah ayu, saya tidak mengerti apa yang di maksud oleh cah ayu), jawab Darmi yang masih tidak mengerti dengan bahasa yang Titah gunakan saat bertanya pada Darmi.

"Kamu dipanggil oma", kata Titah yang masih kesal di buat oleh Darmi.

"Apunten cah ayu ingkang ing timbali dening ndara ibu sepuh sinten nggih, kula utawa Paijo ?"

(Maaf cah ayu yang di panggil oleh ndara ibu sepuh siapa ya, saya atau Paijo ?), tanya Darmi.

"Vous deux"

(Kalian berdua), jawab Titah yang menggunakan bahasa Prancis lagi.

"Haa..", keluh Darmi dan Paijo yang tidak mengerti dengan bahasa yang digunakan Titah.

"Ah sudah sana cepat", kata Titah yang masih kesal dengan Darmi dan Paijo.

Di meja makan lagi..

"Ini oma, opa airnya", Titah memberikan air minum untuk oma Dyah dan opa Tri.

"Matur nuwun nduk"

(Terimakasih nak), oma Dyah mengucapkan terimakasih pada Titah karena sudah di bawakan air minum.

"Inggih oma sami-sami"

(Iya oma sama-sama), sambung Titah.

"Assalamu'alaikum nuwun suwun apunten ndara ibu sepuh ugi ndara romo sepuh"

(Assalamu'alaikum permisi, minta maaf ndara ibu sepuh dan ndara romo sepuh), Paijo memberikan salam pada semua yang ada di meja makan.

"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di meja makan menjawab salam dari Paijo.

"Dhateng mriki jo, mi"

(Kemari jo, mi), pinta oma Dyah.

"Inggih enten menapa ndara ibu sepuh ?"

(Iya ada apa ndara ibu sepuh ?), tanya Darmi.

"Panjenengan mireng mboten, saking wau kula timbali panjenengan, punapa mboten menjawab hah.. ?"

(Kamu dengar tidak, dari tadi saya panggil kamu, kenapa tidak menjawab hah.. ?), tanya oma Dyah.

"Mireng ndara ibu sepuh"

(Dengar ndara ibu sepuh), jawab Darmi.

"Panjenengan ugi jo midhanget mboten ?"

(Kamu juga jo dengar tidak ?), tanya opa Tri juga.

"Midhanget ndara romo sepuh"

(Dengar ndara romo sepuh), jawab Paijo.

"Oke sebagai hukumannya adalah nih..", oma Dyah memberikan catatan barang yang ingin dibeli untuk menyambut kedatangan Hakim dan juga cicitnya.

"Punapa menika ndara ibu sepuh ?"

(Apa ini ndara ibu sepuh ?), tanya Darmi.

"Yatra ugi seratan belanjaan kagem menyambut kedatangan cicitku ugi garwa saking cucuku"

(Uang dan catatan belanjaan untuk menyambut kedatangan cicitku dan suami dari cucuku), jawab oma Dyah.

"Benjing wungu pagi-pagi buta konjuk tumbas dhateng peken bersama kula uga garwa"

(Besok bangun pagi-pagi buta untuk belanja ke pasar bersama saya dan istri), sambung opa Tri.

"Inggih sae ndara romo sepuh"

(Iya baik ndara ibu sepuh), kata Darmi.

"Ugi kagem panjenengan jo"

(Dan untuk kamu jo), sambung Titah.

"Inggih kula cah ayu"

(Iya saya cah ayu), kata Paijo.

"Panjenengan temani kawula kagem menjemput seseorang ingkang spesial, ngertos ?"

(Kamu temani saya untuk menjemput seseorang yang spesial, paham ?), tanya Titah.

"Ngertos cah ayu"

(Paham cah ayu), jawab Paijo.

"Bagus..", seru oma Dyah, opa Tri, dan Titah.

Keesokan harinya..

Di rumah opa Tri,

Di kamar opa Tri dan oma Dyah..

"Si Darmi sudah bangun belum ya, sudah jam setengah empat, opa sudah siap belum ?", tanya oma Dyah.

"Sampun oma, mangga"

(Sudah oma, yuk), jawab opa Tri.

"Sumangga.."

(Hayuk..), sambung oma Dyah.

Di depan rumah..

"Loh dul panjenengan sampun tangi ta, loh Darmi endi ?"

(Loh dul kamu sudah bagun, loh Darmi mana ?), tanya oma Dyah.

"Durung tangi bokmenawa ndara ibu sepuh"

(Belum bangun mungkin ndara ibu sepuh), jawab Abdul Latif.

"Kebiasaan, dul timbali Darmi ngrika"

(Kebiasaan, dul panggil Darmi sana), pinta opa Tri.

"Inggih jagi laksanakan ndara romo sepuh"

(Iya siap laksanakan ndara romo sepuh), Abdul Latif melaksanakan perintah dari opa Tri.

Di kamar Darmi..

"Assalamu'alaikum mi, mi, Darmi..", Abdul Latif memberikan salam pada Darmi di kamarnya dan Abdul Latif mencoba membangunkan Darmi.

Di depan rumah lagi..

"Duh opa, Abdul Latif kok dangu sekali nggih timbali Darmi nya"

(Duh opa, Abdul Latif kok lama sekali ya panggil Darmi nya), kata oma Dyah yang mengeluh karena lama menunggu Abdul Latif dan Darmi.

"Gimana menawi kita dhateng kamarnya kamawon oma"

(Bagaimana kalau kita ke kamarnya saja oma), opa Tri memberikan saran kepada oma Dyah untuk datang langsung dan membangunkan Darmi ke kamarnya.

"Oma setuju opa", kata oma Dyah yang setuju dengan saran dari opa Tri.

Di kamar Darmi lagi..

"Dul..", kata oma Dyah dan opa Tri.

"Inggih ndara romo sepuh lan ndara ibu sepuh, enten menapa ?"

(Iya ndara romo sepuh dan ndara ibu sepuh, ada apa ?), tanya Abdul Latif.

"Darmi pundi ?"

(Darmi mana ?), tanya oma Dyah juga.

"Isih neng jero ndara ibu sepuh"

(Masih di dalam ndara ibu sepuh), jawab Abdul Latif.

"Emm pantas, mi.. Darmi..", keluh oma Dyah yang membangunkan Darmi.

"Inggih ndara ibu sepuh, enten menapa ?"

(Iya ndara ibu sepuh, ada apa ?), tanya Darmi.

"Niki sampun jam sepinten mi ?"

(Ini sudah jam berapa mi ?), tanya oma Dyah juga.

"Sampun kersa jam gangsal ndara ibu sepuh, astaghfirullahalazim dhateng peken tumbas"

(Sudah mau jam lima ndara ibu sepuh, astaghfirullahalazim ke pasar belanja), jawab Darmi.

"Emm, gelis nggih adus kula tengga ing ngajeng griya, menawi ngantos telat iseh kados wau sampeyan kula hukum"

(Emm, cepat ya mandi saya tunggu di depan rumah, kalau sampai telat lagi seperti tadi kamu saya hukum), oma Dyah mengancam Darmi.

"Inggih ndara ibu sepuh, mboten badhe dangu kok kados wau"

(Iya ndara ibu sepuh, tidak akan lama kok seperti tadi), kata Darmi yang takut karena ancaman dari oma Dyah.

"Nggih sampun mangga kita dhateng ngajeng griya iseh, dul panasin mobil nggih"

(Ya sudah yuk kita ke depan rumah lagi, dul panasin mobil ya), pinta oma Dyah.

"Inggih ndara ibu sepuh"

(Iya ndara ibu sepuh), Abdul Latif melaksanakan perintah dari oma Dyah.

Di kamar Titah..

"Untung bangun jam dua pagi, jadi bisa beres-beres kamar, kalau bangun jam setengah tiga pagi gak bisa beres-beres kamar, sekarang kamar sudah rapih tinggal sholat subuh, di lanjutkan beres-beres rumah deh..", kata Titah.

Di depan rumah lagi..

"Duh benar-benar deh Darmi ini, lama sekali", keluh oma Dyah dengan kesal.

"Assalamu'alaikum", Darmi memberikan salam pada semua yang ada di depan rumah.

"Wa'alaikumussalam mi", semua yang ada di depan rumah menjawab salam dari Darmi.

"Karena Darmi sudah ada di sini, yuk kita berangkat", kata opa Tri.

"Ya, dul buka pintunya", pinta oma Dyah.

"Inggih jagi laksanakan ndara ibu sepuh"

(Iya siap laksanakan ndara ibu sepuh), Abdul Latif melaksanakan perintah dari oma Dyah.

Di pasar..

"Jangan lupa masak kesukaan Hakim juga ya mi..", pinta oma Dyah yang mengingatkan Darmi.

"Inggih ndara ibu sepuh"

(Iya ndara ibu sepuh), Darmi melaksanakan perintah dari oma Dyah.

"Oh nggih oma, sampun dereng tedha kesukaan konjuk cicit kita ?"

(Oh ya oma, sudah belum makanan kesukaan untuk cicit kita ?), tanya opa Tri.

"Sampun opa"

(Sudah opa), jawab kanjeng oma.

"Oh nggih kesupen, opa kersa tumbas kerupuk riyen nggih oma"

(Oh ya lupa, opa mau beli kerupuk dulu ya oma), kata opa Tri yang teringat sesuatu.

"Nggih opa.."

(Ya opa..), seru oma Dyah.

Di rumah opa Tri,

Di kamar Titah lagi..

"Alhamdulillah sudah selesai semua, tinggal istirahat saja deh..", kata Titah.

Di bandara..

"Pi..", kata Kamil.

"Iya Kamil", jawab Hakim.

"Kita tidak telepon mami ?", tanya Kamil.

"Oh iya lupa, papi telepon deh sekarang", kata Hakim yang lupa menelepon Titah.

"Biar Citra saja pi yang telepon mami", kata Citra.

"Ya sudah..", sambung Hakim.

"Oke pi, hehe..", seru Citra.

Di rumah opa Tri,

Di ruang tengah..

"Siram tanaman sudah, sekarang tinggal ke dapur minum kopi dulu ah..", kata Paijo.

Di depan rumah lagi..

"Alhamdulillah sudah sampai rumah, mi bawa ke dalam dan langsung masak ya", kata oma Dyah.

"Iya ndara ibu sepuh", sambung Darmi.

"Ya sudah, yuk opa kita masuk kedalam nonton tv, ngopi dan nyemil gorengan", seru oma Dyah.

"Hayuk oma..", sambung opa Tri.

Di ruang tengah lagi..

"Duh telepon rumah bunyi, angkat dulu deh", kata Paijo lagi yang mendengar telepon rumah berbunyi.

Percakapan Paijo dan Citra lewat telepon.

"Assalamu'alaikum", Paijo memberikan salam pada Citra.

"Wa'alaikumussalam", Citra menjawab salam dari Paijo.

"Ingin berbicara dengan siapa ya ?", tanya Paijo.

"Saya ingin berbicara dengan mami, mami ada ?", tanya Citra juga.

"Mami.., emm seperti nya adik ini salah sambung deh", kata Paijo dengan heran.

"Haa salah sambung, benar kok ini nomernya, ini nomer rumahnya oma Dyah kan ?", tanya Citra lagi.

"Iya benar..", jawab Paijo.

"Nah saya mau berbicara dengan mami, mami saya itu namanya Ti..", kata Citra yang terpotong oleh oma Dyah.

Masih di ruang tengah..

"Siapa jo ?", tanya oma Dyah.

"Mboten mangertos ndara ibu sepuh, kadose tiyang klintu sambet deh, amargi saking wau pados mami, mami gitu, ndara ibu sepuh"

(Tidak mengerti ndara ibu sepuh, seperti nya orang salah sambung deh, karena dari tadi cari mami, mami gitu, ndara ibu sepuh), jawab Paijo.

"Mami, oh.., ya mana sini telepon nya", oma Dyah minta telepon rumahnya pada Paijo.

"Niki ndara ibu sepuh"

(Ini ndara ibu sepuh), Paijo memberikan telepon rumahnya pada oma Dyah.

"Nggih, panjenengan ing mriki wae, mangke menawi betah sampeyan kajengipun mboten teriak-teriak kula ne"

(Ya, kamu di sini saja, nanti kalau butuh kamu biar gak teriak-teriak saya nya), pinta oma Dyah.

"Jagi laksanakan ndara ibu sepuh"

(Siap laksanakan ndara ibu sepuh), Paijo melaksanakan perintah dari oma Dyah.

Percakapan oma Dyah dan Citra lewat telepon.

"Assalamu'alaikum", oma Dyah memberikan salam pada Citra.

"Wa'alaikumussalam", Citra menjawab salam dari oma Dyah.

"Eh cicit oma, bagaimana sudah sampai dimana ?", tanya oma Dyah.

"Masih transit di bandara terakhir oma, mami mana oma ?", tanya Silvy juga.

"Mami ada kok di kamar, sebentar ya", jawab oma Dyah.

Masih di ruang tengah..

"Jo..", oma Dyah memanggil Paijo.

"Inggih ndara ibu sepuh"

(Iya ndara ibu sepuh), jawab Paijo.

"Panggil Titah ya, bilang ada yang ingin berbicara dengannya", pinta oma Dyah.

"Laksanakan ndara ibu Sepuh", Paijo melaksanakan perintah oma Dyah.

Di kamar Titah..

"Assalamu'alaikum", Paijo memberikan salam pada Titah.

"Wa'alaikumussalam", Titah menjawab salam dari Paijo.

"Amit cah ayu, ing timbali ndara ibu sepuh"

(Permisi cah ayu, di panggil ndara ibu sepuh), kata Paijo memberitahu Titah.

"Oh nggih jo.."

(Oh ya jo..), sambung Titah.

"Inggih cah ayu, yen ngono kula amit nggih, assalamu'alaikum"

(Iya anak cantik kalau gitu saya pemisi ya, assalamu'alaikum), Paijo memberikan salam pada Titah.

"Wa'alaikumussalam jo..", Titah menjawab salam dari Paijo.

"Ada apa ya oma memanggil saya, ke sana saja lah..",kata Titah.

Di ruang tengah lagi..

Percakapan oma Dyah dan Citra lewat telepon.

"Tunggu sebentar ya nak..", kata oma Dyah yang meminta Citra untuk menunggu sebentar.

"Inggih oma"

(Iya oma), sambung Citra.

Masih di ruang tengah..

"oma..", Titah memanggil oma Dyah.

"Iya, sebentar ya tah..", kata oma Dyah.

Percakapan oma Dyah dan Citra lewat telepon.

"Nah itu nduk mami mu disini, tunggu sebentar ya, oma ingin berbicara sebentar pada mami mu dulu", kata oma Dyah.

"Iya oma", sambung Citra.

Di bandara lagi..

"Bagaimana dik Citra sudah ?", tanya Kamil yang terpotong oleh Citra.

"Belum mas, dari tadi Citra di suruh tunggu mulu sama oma", jawab Citra yang memotong pembicaraan Kamil.

"Oh..", seru Kamil.

"Ya..", sambung Citra.

"Kamil, Citra..", Hakim memanggil anak-anaknya.

"Iya pi", jawab anak-anak Hakim.

"Makan siang dulu yuk", kata Hakim yang mengajak anak-anaknya untuk makan siang sebelum melanjutkan perjalanan kembali.

"Yuk kita makan siang dulu dik, mumpung sempat", ajak Kamil juga.

"Iya mas", sambung Citra.

Di rumah opa Tri,

Di ruang tengah lagi..

"Niki nduk"

(Ini nak), oma Dyah memberikan telepon rumah pada Titah.

"Haa.., saka sinten oma ?"

(Haa.., dari siapa oma ?), tanya Titah.

"Saka putra panjenengan nduk, Citra"

(Dari anakmu nak, Citra), jawab oma Dyah.

"Oh ya Citra, oma?", tanya Titah lagi.

"Inggih nduk.."

(Iya nak..), jawab oma Dyah lagi.