Chapter 10 - Part 10

*****

Keanu menatap dengah jengah siapa yang menyuruhnya repot-repot berada dibelakang sekolah dan harus merelakan waktu pulangnya tertunda. Atau lebih tepatnya, waktu pulang bersama dengan Sena harus direlakannya kembali.

"Akhirnya pangeran kita datang juga.."

Keanu benar-benar risih dengan kata-kata yang keluar dari Reza. Rasanya dia ingin pergi dari tempat berdirinya sekarang daripada harus berlama-lama dengan orang yang hanya dianggapnya sebagai kakak kelas. Tidak lebih atau kurang dari itu. Berbeda dengan anak lainnya yang mungkin akan menganggapnya sebagai orang yang harus ditakuti atau semua siswa SMA Pelita Nusa yang masih waras untuk berjauhan dan tidak mencari masalah dengan kakak kelasnya tersebut.

"You really don't give a damn about me??"

Keanu menghela nafasnya dan sekarang dia menatap Reza dengan tatapan santai.

"Gue harus peduli apa dengan lo, Bang?? lo siapa gue sampai nuntut gue buat peduli sama lo?? Hahh??"

Reza malah tersenyum mendengar nada angkuh dari Keanu. Tidak salah lagi, jika pamornya begitu terkenal sebagai 'Pangeran Troublemaker' mengalahkan dirinya.

"Permintaan gue ngga akan berubah.."

"Dan jawaban gue juga ngga akan berubah.."

Jawab Keanu dengan tegas. Jika seperti ini, rasanya jiwa dari Keenan berpindah begitu saja ketubuhnya.

"WOW.. Bahkan setelah lo berhasil patahin kaki seorang Sakti??"

Sakti...

Pentolan musuh dari SMA Pelita Nusa yang beberapa waktu lalu berhasil dibuat tidak bisa berjalan selama satu bulan karena kelakuan Keanu.

Jangan salahkan Keanu saat itu. Siapa juga yang mencari gara-gara. Waktu itu dia hanyalah korban begal yang nyatanya begalnya yang malah terluka parah.

Keanu hanya ingin pulang yang kebetulan dia diantar oleh Rizky. Rizky yang sialnya telah memacari mantan pacarnya Sakti dihadang olehnya dan peperangan pun tidak bisa dihindari. Termasuk Keanu yang saat itu tidak tahu apa-apa inti permasalahan yang sebenarnya. Toh dia juga sudah meminta maaf secara langsung terhadap Sakti, sekalipun itu paksaan dari Papanya yang tidak mau membiarkan Keanu liar diluar kendali.

"Gue udah damai sama dia.. Jadi urusannya apalagi??"

Ucap Keanu yang sudah memilih berbalik untuk pulang.

"Kalau emang ngga ada hal penting yang mau dibahas, gue pulang.. Bye..."

Keanu melambaikan tangannya membelakangi Reza yang tentu saja menggeram marah menahan emosinya. Sedangkan Robbi, Rizky dan Diki yang sedari tadi terdiam mengikuti Keanu. Karena bagaimanapun juga tidak ada yang bisa mereka lakukan jika Keanu saja memilih untuk pergi.

"Apa lo bersikap kaya gini karena lo takut sama Keenan??"

Keanu menghentikan langkahnya saat itu. Dia tersenyum saja mendengar nama Keenan dibawa-bawa dalam urusan ini. Dia memang menghormati Keenan dan bahkan mungkin saja dia takut dengan Keenan sebagaimana sikapnya terhadap orangtuanya. Tapi bukan berarti Keenan benar-benar mempengaruhi hidupnya.

"Atau karena lo jadi pengecut seperti sekarang, karena gebetan ketua OSIS lo itu??"

"Jangan bawa-bawa dia dalam urusan ini.."

Ucap Keanu yang mampu mengubah suasana dibelakang sekolah yang terasa sejuk karena semilir angin sepoi-sepoi malah terkesan horor dan akan bertambah dramatis dengan adanya kilatan petir yang menyala.

"Ahh.. lo kan emang udah pengecut dari dulu kan?? dan sekarang lo lembek karena alasen cewek?? So cheesy..."

Keanu sekarang benar-benar mengambil langkah seribu menuju Reza.

BUGHH..

Satu tinjuan dengan sekeras mungkin dilayangkannya kewajah kakak kelasnya itu. Bahkan Keanu pun merasa tidak bergetar sedikitpun saat meraih kerah Reza untuk dicengkramnya.

"Untuk sekarang... Gue masih ampuni lo beserta koloni setan lo itu..."

Ucap Keanu masih dengan tatapan intimidasinya. Reza makin melebarkan senyumnya melihat perangai Keanu sekarang. Itu membuatnya semakin merasa yakin jika Keanu akan menjadi seorang pemimpin dari geng yang sudah lama secara turun temurun ada untuk mengatasi musuh sekolah mereka.

"Tapi sekali aja lo usik kehidupan gue.. Gue pastiin seenggaknya butuh operasi plastik buat ngembaliin wajah lo yang sebenernya udah ancur.."

Lanjut Keanu melempar Reza hingga tersungkur ke tanah.

Keanu dengan sengaja menginjak kaki sebelah kanan milik Reza saat dirinya berbalik untuk pergi. Kali ini benar-benar pergi. Tidak peduli lagi dengan ocehan Reza yang nyatanya tak didengarnya kembali. Untuk saat ini, dia berhasil membungkam kakak kelasnya itu. Tapi hanya sementara waktu sampai saat Reza kembali berani berurusan dengannya dan saat itu juga dia akan benar-benar mewujudkan apa yang diucapkannya hari ini.

****

"Ken..."

Keanu tidak menyangka jika Keenan masih disekolah yang sekarang ini berdiri di samping mobilnya.

Keenan segera menghampiri kembarannya itu dengan senyumnya. Keanu malah curiga dengan senyum yang tidak biasa diumbar oleh kakaknya itu.

"Kali ini gue ampuni lo nyebut gue cuma sekedar nama kaya tadi.."

Ucap Keenan setelah berada di hadapan Keanu. Dilihatnya orang yang memiliki wajah yang sangat mirip itu dengan seksama dan satu helaan nafas lega dilepaskannya saat itu juga.

"Cepetan masuk.. Gue udah lumutan nungguin lo.."

"Siapa juga yang nyuruh.."

"Gue masih denger..."

Keanu mulai kembali ke dirinya semula. Menjadi sangat bawel dengan gerutuannya sekarang terhadap Keenan.

"lo mau gue suruh nyetir??"

"Thanks to you.."

Keanu segera mengenakan seatbelt-nya sebagai tanda penolakannya untuk dijadikan supir oleh Keenan.

Keenan tersenyum smirk melihat kelakuan Keanu.

"Ngga pulang bareng sama cewek plastik lo itu??"

Seperti biasa, Keanu lah yang akan memulai pembicaraan. Menunggu Keenan untuk membuka sesi tanya jawab dimobil itu adalah suatu hal yang langka, kecuali jika ada maunya.

"Broke up.."

"Paling nanti diajak balikan lagi.."

Keenan hanya mengangguk saja. Mungkin membenarkan apa yang diucapkan Keanu. Dia memang sering putus-nyambung dengan Stella. Bukan dirinya yang menginginkan hal tersebut, namun pacarnya atau sekarang mantan pacar sesaatnya itu yang membuat keputusan seperti itu.

Mantan pacar sesaat.

Karena seperti yang Keanu katakan, paling Stella akan mengajaknya balikan lagi dan dengan bodohnya Keenan setujui. Entah alasan apa yang membuat otaknya menerima hal itu begitu saja.

"Bicarain apa aja sama Bang Reza??"

Tanya Keenan tanpa tedeng aling-aling seperti biasa. Dia tidak memiliki gen untuk sekedar berbasa-basi.

"lo tau darimana kalau gue ketemuan sama dia??"

"Sena pulang sendirian.. Ngga mungkin kalau kemarin lo marah-marah ngga jelas karena ngga bisa pulang bareng sama dia trus hari ini lo milih pulang sendiri?? Ngga sinkron.."

"Ngga usah mengalihkan jawaban aslinya, Ken.."

"Kak Ken.."

Keenan berusaha meralat panggilan Keanu untuknya.

"Iya... Iya.. Kak Ken.."

"Ya jawabannya kaya tadi.. lo mau penjelasan macem apalagi dari gue??"

"Don't be liar in front of me... You failed.."

"lo ngga di apa-apain kan?? lo ngga buat perjanjian apapun kan sama dia??"

Pada nyatanya Keenan itu jauh lebih keras kepala dari Keanu yang membuat Keanu menghela nafas. Mencoba mengolah kata dengan baik-baik agar tidak memancing emosi dari Keenan. Memancing emosinya Keenan itu sama saja dirinya adu jotos dengan singa ngamuk yang baru bangun dari tidurnya.

"lo bisa liat tampang gue sekarang kan?? Gue masih cakep kaya biasanya??"

"Jangan coba-coba buat berdekatan dengan gengnya mereka.."

"Hm.."

"Tadi mereka ngajak gue ketemuan.."

Keanu sekarang menoleh menatap Keenan tidak percaya.

"Fine.. Intinya gue masih baik-baik aja kan??"

Balas Keenan sesekali menatap Keanu, karena dirinya yang masih dalam keadaan menyetir.

"Apa yang mereka katakan ke lo?? Nawarin lo jadi ketua geng mereka selanjutnya?? dan lo terima, karena liat lo sekarang yang baik-baik aja dan keluar dengan selamat dari gerombolan mereka??"

"Lebay banget sih lo.."

Keenan mengusap tengkuknya. Mencoba merilekskan dirinya sendiri. Dia tidak tahu apakah Keanu akan marah atau tidak jika dirinya tahu akan hal ini.

"Dia cuma bilang, kalau gue harusnya relain lo kalau seandainya lo terima tawaran mereka.."

"So, then?? Whats your answer about fucking question??"

"Ya.. I just was answered.. Its your decision.. Not about me.."

"Berarti lo ngga peduli sama gue??"

Keenan kali ini menahan tawanya mendengar pertanyaan tersebut. Ternyata dia benar-benar begitu berarti untuk kehidupan Keanu. Sungguh terharu. Andai dia tidak menyetir sekarang, sudah pasti dia akan memeluk Keanu dengan erat. Bahkan dia tidak sungkan kalau dia dituntut untuk mencium pipi Keanu, dengan catatan si pemilik pipi tidak marah akan tindakannya.

"Bukannya gue ngga peduli. Selama ini, lo selalu menjunjung tinggi nilai kebebasan untuk kehidupan lo.. dan gue menghargainya, termasuk saat lo mau bergabung sama mereka.."

Keanu akhirnya tersadar dengan maksud sebenarnya dari Keenan.

"Tapi.. Kalau gue boleh minta.. Jauhin mereka sebisa mungkin. Gue dukung segala kebebasan mutlak yang lo cari, tapi bukan dengan gabung dengan mereka.."

"Emang kalau gue gabung dengan mereka, lo mau ngapain gue?? Jotos-jotosin gue gitu??"

Keanu sengaja menggoda Keenan, ingin mendengar reaksi Keenan selanjutnya.

"Gue akan berhenti peduli sama lo.."

Keanu langsung menelan salivanya dengan susah payah. Jika Keenan sudah berbicara seperti itu, maka dia akan benar-benar melakukannya. Dan Keanu tidak siap jika Keenan melakukannya terhadap dirinya. Pasti ada ruang kosong didalam hatinya saat itu juga.

Keenan mencoba setenang mungkin mendapati perubahan mimik wajah dari Keanu. Dia memang sengaja melakukannya. Dia ingin melihat apakah Keanu masih seperti adik kecilnya yang selalu merasa ketakutan jika dia meninggalkannya sendirian. Tidak sinkron dengan kelakuan dari Keanu.

Keanu langsung memeluk Keenan dari samping yang sayangnya langsung ditepis oleh Keenan. Keenan sekarang melotot kepadanya dan dirinya hanya bisa nyengir saja melihat ekspresi dari kembarannya itu.

Dan tanpa terasa, mereka sudah sampai didepan rumah yang ternyata para penghuni rumah lainnya sudah ada. Tinggal Keenan dan Keanu yang baru saja pulang dari sekolah dengan wajah tampan ditambah dengan senyuman cerah yang mereka berdua perlihatkan.

****