*****
"Nih kunci mobilnya.."
Keanu secara refleks langsung menangkap kunci mobil yang dilemparkan oleh Keenan. Dia kembali memberenggut kesal karena harus menyetir sejak pulang sekolah tadi. Selain dipaksa Keenan untuk pulang bersamanya, Keanu juga harus rela menggantikan Keenan untuk menyetir. Tidak ada alasan apapun, mengapa Keenan menyuruhnya gantian yang menyetir. Padahal setiap kali dia yang menyetir, Keenan akan selalu mendumel sepanjang perjalanan karena cara menyetirnya yang menurut kembarannya itu dia kurang safety.
"Kal-El sama Aya udah siap??"
Tapi pada nyatanya Keanu juga masih setia mengikuti Keenan dari belakang.
"Mereka berangkat duluan barusan sama Mama dan Papa.."
"Sorry.."
Ucap Keanu sedikit malu, karena dirinya yang paling lelet. Siapa suruh dirinya diwajibkan untuk mengikuti acara seperti itu. Sudah tahu jika dirinya tidak menyukai acara seperti itu. Tapi bukan dirinya saja, sebenarnya semua member dari keluarganya, kecuali Mama dan Aya yang menyukainya. Hanya para The Boys saja yang tidak menyukai acara yang menurut mereka, mendingan tidur dirumah atau bermain game.
Disepanjang perjalanan, Keenan memilih untuk tidur dan Keanu berusaha membangun mood-nya dengan mendengarkan lagu milik Boys Like Girls – Two is Better than One.
"Maybe it's two.. I can't live without you..."
"Maybe two... is better than one..."
"There's so much time..."
"Kalau mau nyanyi, ngga usah dibatin.. Suara lo ngga jelek-jelek amat kog.."
Ucap Keenan yang akhirnya membuka matanya juga. Sedari tadi dia memang sengaja menutup matanya, agar Keanu tetap fokus dengan kegiatan menyetirnya. Tapi kasian juga melihatnya menirukan lagu yang terputar dengan suara yang tertahan. Terlebih dirinya dengan tega meninggalkannya tidur.
Keanu memang tidak pernah protes, jika seandainya Keenan tidur seperti itu. Sekalipun sifatnya sedikit menyebalkan, tapi setidaknya dia pengertian dengan aktivitas Keenan yang super sibuk jika dibandingkan dengan dirinya yang cuma sekolah lalu pulang. Paling pol acara tambahannya adalah bermain futsal.
"Nanti lo ngamuk-ngamuk lagi kalau gue nyanyi, trus diturunin ditengah jalan.."
Keenan tertawa terpingkal-pingkal mendengar apa yang dikatakan Keanu. Segitunya ya Keanu berpikir seberapa jahat dirinya itu.
"Tapi ini untuk pertama dan terakhir lo gangguin gue sama Sena.. Besok-besok, gue pastiin buat nolak setiap perintah buat pulang atau berangkat bareng lo.. Ngerti??"
"Okay.. Okay.. Dasar bawel.. lo udah ngomong kaya gitu ke gue berapa kali?? Hahh??"
"Bodo.."
"Pig.."
"Eitsss.. Kita mau ke acaranya, Mama.. Jadi no bad words.."
Keanu sekarang dapat tersenyum telak dihadapan Keenan yang mati kutu dengan ucapannya tadi. Tidak ada yang bisa mengelak sikap bossy dari Deandra, termasuk Rafa yang sebenarnya juga sama saja dengan Deandra. Tapi bagi Keenan, Keanu, Kal-El dan Aya.. Sifat bossy Mamanya itulah yang paling berbahaya daripada Papanya.
****
Keanu memilih duduk ditempat yang sebisa mungkin dia tidak mendengarkan obrolan tentang bisnis. Dia memang sudah menentukan masa depannya untuk mengurus perusahaan milik kakeknya yang sementara ini dipimpin oleh Deandra. Tapi bukan berarti dia akan bersuka cita ikut nimbrung berbicara ini itu segala macam tentang bisnis dengan para kolega. Sebagai gantinya, Keenan lah yang harus dengan rela ikut menyambut para tamu yang hadir. Sedangkan Kal-El dan Aya, mereka berdua juga sama dengan dirinya yang memilih duduk sambil menikmati makanan yang ada untuk mereka, karena mungkin belum saatnya mereka tahu dengan obrolan para orangtua.
Keanu Aliendra : wyd??
Tidak perlu menunggu lama, orang yang dia kirimi chat sudah membalas.
Sedangkan orang yang diseberang sana mengerutkan keningnya sambil membalas chat. Katanya dia ada acara keluarga, tapi masih sempat untuk mengirimkan chat kepadanya.
Sena Bellatrix : mw ngerjain PR Fisika.. Why??
Keanu Aliendra : So bored..
Sena Bellatrix : do you?? WOWW..
Sena Bellatrix :
Keanu Aliendra : WOWW??
Keanu Aliendra :
Sena yang berusaha untuk konsentrasi dengan 5 soal fisika yang ada dihadapannya, akhirnya memilih untuk meladeni chat dari Keanu. Siapa tahu dengan cara seperti ini, dia bisa mendapatkan pencerahan akan pemecahan soal yang menjadi PR-nya sekarang.
Keanu yang pada dasarnya ingin mencari kegiatan lain yang dapat mengalihkan perhatiannya pada acara yang diikutinya saat ini, merasa Sena terus membalas chat darinya. Meskipun chat itu berisi nada ejekkan atau sindiran yang dilayangkannya untuk cewek yang akhir-akhir ini muncul menjadi orang yang sering di chatnya.
****
"Eh.. Mau kemana lo??"
Keanu langsung mencekal tangan Sena yang seperti sedang terburu-buru. Tapi bukankah ini masih pagi, tidak mungkinkan kalau mereka telat. Bahkan tempat parkirnya masih longgar. Jika hari ini libur, mengapa Keenan tidak memberitahunya. Sena sebagai Ketua OSIS pun juga berangkat sekolah.
"Sorry, Key.. Ada PR Fisika.. dan itu jam pertama??"
"So??"
"I have to work it, now.."
Dan itulah alasan Sena mengajak Keanu berangkat lebih pagi dari biasanya. Bahkan lebih pagi ketimbang hari Senin yang untungnya Keanu tidak protes seperti biasanya.
"Ngga bisa.. Kerjain tugas sejarah gue.. Ada tugas me-resume dan itu harus dikumpulin juga hari ini.."
"Trus hubungannya lo ngomong ke gue apaan?? Kita sama-sama punya tugas, jadi.. Bye.. Selamat mengerjakan.."
"Kerjain tugas gue dulu.. Baru gue lepas.."
Ucap Keanu sambil memperlihatkan genggaman tangannya kepada Sena.
Sena hanya melongo saja, karena sekarang Keanu memaksa dirinya untuk mengikuti langkah lebarnya. Mungkin dia harus siap-siap terkena hukuman lagi setelah waktu lalu dia terkena hukuman saat lupa mengerjakan PR. Dan itu karena insiden dirinya yang telat bersama Keanu. Sekarang karena Keanu, dia harus rela dihukum kembali.
Nope..
Udah cukup gue jadi tukang ojeknya..
"Nih.. Kerjain tugasnya.. Ngga usah banyak-banyak, yang penting ada rangkumannya.."
"Tapi, Key.. Gue ada PR Fisika.. Gue ngga mau kena hukuman lagi..."
Keanu malah tertawa saat dia diingatkan kembali dengan hukuman yang pernah diterima oleh Sena.
"Please ya, Key.. Sekali ini aja.."
Keanu menggelengkan kepalanya dan semakin mendekatkan buku sejarahnya kehadapan Sena.
"Tugas sejarah gue lebih penting dari nyawa lo.."
"Key..."
"Se.ka.rang."
Sena hanya berdecak sebal. Berharap bahwa dia bisa menyelesaikan tugas Keanu dengan cepat dan dia bisa menyalin jawaban milik Fita. Dia juga mengacuhkan cacing diperutnya yang mulai membuat koloni untuk melakukan demo, memprotes agar segera diberi makan.
Keanu yang melihat bagaimana Sena begitu serius sekarang dan tumben-tumbennya tidak protes, lama-lama juga kasian. Apakah sebegitu pentingkah PR Fisika-nya sampai dirinya tidak mau membuang waktunya sekedar untuk berdebat.
"PR Fisika lo susah??"
Sena hanya mengangguk saja dan masih memilih untuk berkonsentrasi dengan menulisnya sambil bergumam membacakan apa yang akan ditulisnya.
"Bisa gue liat?? Siapa tau gue bisa ngerjain??"
Sena segera mendelik sebal dengan Keanu. Jujur, sekarang dia sebal dengan cowok yang ada dihadapannya sekarang. Apakah dia tidak menyadari jika dirinyalah yang menyebabkan Sena tidak mengerjakan PR Fisika-nya dengan terus mengiriminya chat.
"Ngga usah.. Gue masih waras buat dapet nilai telor dadar.."
"lo remehin gue??"
Sena langsung mengeluarkan buku paket beserta buku Fisikanya. Dibukanya halaman berapa PR-nya berada.
"Lima nomor ini.. Asal lo tau, gue ngga ngerjain itu tugas, karena harus bales chat lo itu.."
"lo nyalahin gue??"
"Kalau lo ngrasanya gitu.."
Ucap Sena sambil mencebikkan bibirnya. Dia tidak peduli, apakah Keanu benar-benar akan mengerjakan PR-nya atau tidak. Karena konsentrasinya saat ini, dia harus segera menyelesaikan tugas makhluk tengil disampingnya ini dan giliran dirinya memikirkan tugasnya sendiri.
Keanu pun segara mengambil alih buku paket yang tebalnya bisa dibuatnya sebagai bantal saat tidur dikelas. Dia memang sesekali, membuka halaman sebelumnya mencari rumus yang dapat dipakainya untuk menyelesaikan soal yang diberikan oleh Sena.
Sena membiarkannya saja. Sampai sejauh mana cowok yang menurutnya mungkin mengidap bipolar ini dapat bersikap sombong dihadapannya seperti sekarang dengan mengerjakan PR Fisika-nya yang dengan jelas dan pasti tidak pernah dia terima selama di SMA karena dia memilih jurusan IPS.
"Finally.."
Sena sambil meregangkan otot-otot jemarinya, mencoba untuk menyemangati dirinya sendiri. Karena setelah ini, dia harus mengerjakan PR-nya yang saat ini tengah dikerjakan Keanu.
"Ngga usah maksa, kalau ngga bisa.. Gue bisa cari contekkan dari temen sekelas gue.."
Keanu tidak memperhatikan apa yang diucapkan Sena. Dia masih berusaha untuk menyelesaikan soal yang ingin dipecahkannya sekarang. Sebenarnya Sena sudah ingin mengambil paksa bukunya, tapi melihat Keanu tampak serius seperti itu membuat dirinya sedikit menunda keinginannya.
Kalau dilihat-lihat kembali, Keanu tampak jauh berkali-kali lipat terlihat tampan saat serius seperti sekarang.
"Nih.. Udah selesai.. Gue ngga tau jawabanya bener atau ngga.. Seenggaknya rumus yang gue gunain ngga akan salah.."
Kata Keanu sambil meraih buku sejarahnya.
"Thanks udah mau ngerjain.. Lain kali belajar yang rajin.."
Sena ingin sekali memprotes kata-kata terakhir yang diucapkan Keanu terhadapnya. Tapi kelihatannya dia tidak ada waktu untuk melakukannya sekarang. Tapi tolong ingatkan Sena untuk memprotes Keanu jika cowok tersebut mengucapkan hal itu lagi kepadanya.
****
Sena mencoba secepat mungkin untuk sampai ke kelasnya yang ternyata sudah ribut-ribut seperti biasa jika ada PR, terutama mata pelajaran Fisika.
Sambil berusaha menetralkan nafasnya, dia berusaha membuka buku paket dan buku tulisnya yang tidak sempat dimasukkannya kedalam tas.
"lo udah ngerjain PR-nya??"
Fita langsung merebut buku tulis yang ada dihadapan Sena dan mencari tulisan terakhir yang ada dibuku tersebut yang sudah pasti adalah jawaban dari PR Fisika, jika Sena dengan rajinnya mau mengerjakan PR.
"Wow??"
Fita segera menatap Sena dan buku tulis milik Sena secara bergantian.
"Sejak kapan lo jadi rajin ngerjain PR sampe segininya??"
Sena mendengus sebal terhadap Fita yang seperti meremehkannya. Memang harus diakuinya, jika akhir-akhir ini dia sering malas mengerjakan PR atau tugas sekolahnya.
"Dan tulisannya.. Super rapi.."
Kali ini, Fita sudah menyalin jawaban yang ada di buku Sena ke buku tulisnya. Setidaknya dia kurang 2 nomor saja dan itu tidak akan terlalu banyak memakan waktu.
"Emang itu bener jawabannya??"
"Kita liat aja nanti.."
Sena melihat dengan seksama bagaimana Fita menyalin jawabannya tanpa ada rasa ragu sedikitpun. Apakah dia serius tidak menyadari jika tulisan dibukunya itu bukan tulisannya. Tulisannya tidak akan serapi itu.
"Pagi, anak-anak.."
Sapa Bu Rara dengan suara lembutnya dan itulah penyebab Fisika menjadi sulit dimengerti oleh anak-anak kelas IPA-2.
"Pagi, Bu.."
Terlihat beberapa teman-teman dari Sena masih sibuk dengan acara menyalinnya.
Sena memang belum terlalu yakin dengan hasil kerjaan dari Keanu, tapi setidaknya dia merasa lega, karena Fita menyonteknya tanpa ada rasa ragu sedikitpun.
Seperti biasa, Bu Rara akan menanyakan siapa yang tidak mengerjakan PR-nya dan kali ini semuanya sudah mengerjakannya. Beberapa anak pun ditunjuk untuk mengerjakan soal yang menjadi PR.
Sena sedikit ketar-ketir, tidak bisa membayangkan apa jadinya jika salah satu nilai tugasnya adalah nol. Tapi mungkin pikirannya tidak terwujud dalam dunia nyata. Karena sekarang, setelah satu per satu sudah maju kedepan memberikan jawabannya, jawaban yang ada dibukunya hanya salah satu dan itu hanya bagian jawaban akhirnya saja, sedangkan untuk rumus-rumusnya, semuanya tepat. Bahkan lebih detail daripada yang ditulis oleh teman-temannya.
"lo beneran ngerjain sendiri??"
Fita menyenggolkan sikutnya ke tangan Sena.
"Kalau iya, lo kesambet apa semalem sampe lo dapet ilham sebaik jawaban fisika lo??"
Sena semakin tidak percaya, jika Keanu sepintar itu.
Dia tahu Keenan memang pintar dan itu sudah dibuktikannya dengan memenangi berbagai macam lomba yang diikutinya untuk mewakili sekolah. Dan tentu saja Keanu juga akan sepintar kembarannya. Tapi apakah mungkin jika kepintaran Keanu sampai dirinya bisa mengerjakan soal Fisika yang tidak familiar bagi anak IPS.
Apakah sebaiknya dirinya harus mengucapkan terimakasihnya kepada Keanu, karena kali ini dia telah menjadi dewa penolongnya yang berbaik hati mau mengerjakan PR yang seharusnya dia selesaikan sendiri dan itu dirumah, bukan oleh orang lain dan tentu saja bukan di sekolah jika itu adalah PR. Pekerjaan Rumah. Bukan Pekerjaan Sekolah.
****