Chereads / DISANTET MANTAN / Chapter 6 - CARI KESEMPATAN

Chapter 6 - CARI KESEMPATAN

Sementara itu di tempat pesta, safitri membantu mengecek makanan di bagian teratak tamu perempuan, di Aceh tempatnya di pisah untuk tamu perempuan dan laki-laki, dibuat terpisah supaya sama-sama merasa nyaman, terutama perempuan tidak khawatir akan bersenggolan dengan laki-laki saat akan mengambil makanan.

Nafi memperhatikan safitri yang lagi sibuk menata makanan di teratak perempuan, makanan yang sudah tinggal sedikit diisi ulang sampai penuh lagi. Safitri sama sekali tidak sadar kalau ada seseorang lagi memperhatikannya, sesekali dia mengobrol dengan temannya yang di samping dan kadang mereka tersenyum sangat bahagia, entah apa yang lagi diobrolin safitri sama kawannya itu, nafi tidak bisa mendengarnya karena terlalu jauh.

"aku harus mendapatkan nomor ponselnya, tapi bagaimana caranya ya?" nafi sedang memikirkan cara untuk mendapatkan nomor ponsel safitri. Tidak sengaja safitri melihat ke arah nafi yang lagi memperhatikannya, dia penasaran dengan nafi, "itu siapa ya, seperti pernah lihat" safitri lupa kalau nafi tadi berada di ruang tamu. Karena sudah ketahuan dia lagi memperhatikan safitri, nafi beranjak pergi dengan membawa satu gelas air timun ditangannya. Ternyata nafi bukan kembali ke rombongannya yang lagi berada di rumah safitri, tetapi dia mencari kak umi, tuan rumah yang lagi mengadakan pesta ini.

"kak, kak umi, lagi sibuk kali tidak? Boleh kemari sebentar kak?". nafi membawa kak umi untuk melihat ke arah teratak perempuan. " itu yang pake jelbab coklat itu siapa namanya?" nafi tidak berani menunjuk takut ketahuan. "itu dua-duanya coklat, coklat yang mana yang kamu maksud?" sebenarnya kak umi sudah bisa menebak siapa yang dimaksud sama nafi, Cuma usil saja ingin mengganggu nafi. "itu coklat polos kak, coklat yang tanpa motif bunga-bunga", akhirnya nafi menunjuk ke arah safitri. "oh itu safitri, kenapa kepincut kamu sama dia?" goda kak umi. "dia masih sendiri kan kak, belum ada calon kan? Minta nomor ponselnya lah kak?". Nafi langsung to the point. "minta saja langsung sama orangnya, anaknya baik kok, Cuma kadang-kadang jutek kalau sama lawan jenis" kak umi tidak tau kalau nafi dan kawan-kawannya berteduh di rumah safitri.

" kakak aja lah yang kasih, pasti kakak punya kan no handphonenya? dia sepertinya sangat sibuk jadi bagian konsumsi itu" nafi sebenarnya tidak berani, bukan takut terganggu. "saya belum punya nomor ponselnya, tidak pernah teringat untuk tukeran nomor ponsel kami, begini saja besok saya minta dulu nomor ponselnya safitri terus saya kirimin ke kamu ya, kan saya punya nomor kamu". Nafi sebenarnya sedikit kecewa, tapi kak umi sudah memberinya harapan. "benar ya kak jangan sampai lupa itu, besok saya telepon kak umi untuk nagih". "iya.. saya janji, tidak akan lupa". Ada –ada saja ya anak muda zaman sekarang kak umi tersenyum ke arah nafi. Setelah mereka saling deal, kak umi kembali menyapa para tamunya dan nafi kembali ke rombongannya di rumah safitri.

Setelah dua hari pesta berlalu, kak umi belum juga mengirimi nafi nomor ponsel safitri, entah dia lupa atau safitri yang tidak mau kasih nomornya. Selama dua hari ini pula nafi tidak pernah jauh dari ponselnya, "fi pinjam ponsel mu bentar mau nelepon aku", faisal mengulurkan tangannya ke nafi. "enggak ada pulsa, tidak ada paket telpon". Nafi jawab sekenanya. "hah? Tumben ponsel mu tidak ada pulsa". Faisal mengangkat kedua alisnya merasa keheranan.

"halo, assalamualaikum, kak umi mana nomor ponselnya safitri?", nafi ngomong dengan suara memelas. "oh lupa, belum lagi saya minta, sebentar lagi saya ke rumahnya ya.. sabar sabar". Kak umi menjawab tanpa rasa bersalah sedikit pun, padahal dia sangat bersalah, sudah membuat orang yang lagi jatuh cinta menunggu lama.

"lah, itu kamu telepon barusan kok ada pulsa?", faisal merasa dikibulin sama nafi. "itu sisa kemarin", faisal merasa kesal berhasil di kibulin.

Dalam dua jam kedepan kak umi belum juga mengirim nomor ponsel safitri, nafi telepon kembali kak umi untuk membentak bukan memelas, jangan pernah main-main dengan perasaan orang yang lagi mengejar cinta.

Ternyata tidak sampai satu jam, kak umi sudah mengirimi pesan ke nafi yang isinya nomor ponsel safitri. Reaksi nafi seperti mendapat sebongkah berlian dalam tempurung di belakang rumahnya. "terimakasih, semoga kita akan jadi tetangga di kampung yang sama", kak umi tidak bisa menahan tawa saat membaca pesan dari nafi.

Nafi belum dapat ide, kaliamat apa yang cocok untuk mengirimi safitri pesan, "assalamualaikum masih ingat dengan saya?, halo apa kabar saya nafi yang hari itu singgah di rumah kamu, benar ini dengan safitri", nafi masih merangkai beberapa kalimat yang cocok, sepertinya dia belum menemukan kalimat yang pas, atau telepon basa basi salah sambung kali ya, tapi kalau ngaku salah sambung safitri pasti akan lang mematikan pangilannya. Tapi, bagaimana kalau nanti dia mengabaikan saya ya, harga diri sebagai seorang lelaki akan sirna, tidak mugkin saya minta saran sama faisal atau sebi, pasti merekan akan menertawakan.

"halo, assalamualaikum.. benar ini dengan safitri?", tidak ada cara lain, nafi harus berani untuk menghubungi safitri sebelum dia hilang kesempatan. "walaikumsalam, iya ini saya safitri, maaf ini dengan siapa ya? Ada yang bisa saya bantu?", nafi nerves mendengar jawaban safitri.

" ini saya nafi, waktu itu singgah di rumah kamu saat menghadiri pesta tetangga mu yang di belakang rumah, hari itu kami langsung pulang belum sempat mengucapkan terimasih, jadi saya mewakili teman-teman mengucapkan terimakasih banyak sudah diijinin untuk istirahat di ruang tamu rumahnya", akhirnya nafi menemukan topik yang pas. "iya, sama-sama, tapi lebih pas terimakasihnya kan ke orang tua saya bukan ke saya, ini kan rumah orang tua saya", ternyata safitri bukan perempuan yang bisa dibasa-basiin", nafi harus lebih cerdas mencari topik yang lebih tepat. Kali ini nafi tidak banyak ngobrol, besok dia akan mencari waktu yang tepat untuk menghubungi safitri kembali.

"assalamualaikum, lagi sibuk? Mengganggu tidak? Saya ingin ngobrol sama kamu", setelah dipikir matang sama nafi, safitri tidak suka basa-basi jadi dia coba beranikan diri langsung ngomong to the point saja. "kalau mengganggu, mungkin lagi sibuk, saya akan matikan teleponnya", nafi harus punya cara untuk memikat hati safitri.

"tidak apa-apa, sedang santai enggak sibuk kok, ada apa ya?", nyali nafi benar-benar diuji oleh safitri. "terus terang saja saya ingin mengenal kamu lebih dekat, dari awal melihat kamu di rumah mu, saya suka sama kamu", nafi memejamkan matanya saat mengatakan kalimat ini, dia memegang kepalanya menunggu respon safitri. "ya.. terus?", Cuma kata 'terus' kalimat responnya? Tidak adakah kalimat lain yang indah untuk di dengar?, nafi benar-benar mati kutu sama safitri, untung ngobrolnya lewat ponsel jadi tidak keliatan wajah nafi yang begitu tegang.

"saya ingin mengenal kamu lebih dekat, kalau kita cocok saya akan segera melamar kamu". Nafi coba beranikan diri menguntai kata pamungkas yang diharap oleh kebanyakan perempuan. " kamu yakin saya belum punya pasangan", safitri bertanya sambil tertawa kecil. " oh iya.. kenapa saya tidak teringat tanyain itu tadi, main cerocos saja",, nafi mengumpat dirinya sendiri dalam hati. "maaf saya dipanggil sama mamak, sepertinya ada hal penting, saya tutup dulu". Nafi belum berhasil kali ini, bahkan dia belum tahu sebenarnya safitri itu sudah ada pasangan atau belum.