Safitri sudah menunggu selama tiga puluh di café dekat kampusnya dulu, tapi yang ditunggu belum kelihatan batang hidungnya.
"hallo, dimana kamu rusman? Tidak lupa kan dengan martabaknya hari ini?
"aku lagi di jalan safitri, uda mau nyampek ini, lima menit lagi sampai", rusman sepertinya ngebut dalam perjalanannya, angin kencang karena lagi berada di atas motor terdengar di telpon saat dia menjawab panggilan safitri.
"anak ini masih saja kayak dulu, entah kapan berubahnya", safitri menggerutu sambal menyeruput jus jeruk di depannya.
Tidak sengaja safitri melihat kea rah kirinya, di sudut café terlihat seorang laki-laki yang gagah sedang sibuk dengan handphone nya, pakaiannya terlihat sangat santai, dia menggunakan baju kaos putih dan jean biru, sepatu dan jaketnya berwarna senada, warna hitam, dia menyangkut jaketnya dikursi tempat dia duduk.
"aku tidak asing dengan abang itu, tapi siapa dia ya? Pernah ketemu dimana ya?", safitri coba mengingat-ngingat sosok yang dilihat di sudut itu.
Sebentar- bentar safitri melirik jam di handphone nya, sudah sepuluh menit berlalu tapi rusman belum juga tiba. "ah seharusnya aku sadar kalua ini anak selalu ngaret". Safitri menggerutu dengan muka manyun.
"hai, maaf jalanan macet".
"sejak kapan aceh macet? Di lampu aja gak pernah macet". Rusman ketawa mendengar jawaban safitri.
"oke, maaf-maaf aku ketiduran, telat bangun"
"nah itu kan lebih masuk akal, biarpun itu belum tentu benar". Rusman melotot k arah safitri.
"aku gak bohong..". rusman pura-pura kesal sama safitri karena tidak dipercaya.
"halo bang, dimana? Ya, ya saya sudah ditempat ini, coba abang lihat kea rah sebelah kanan dekat pintu masuk". Rusman memberikan arahan di obrolan teleponnya.
"Siapa yang ingin kemari rusman? Kamu ngajak teman kita yang lain juga", safitri penasaran siapa yang barusan telponan sama rusman, bukankah rusman bilang mereka hanya reuni berdua saja?.
Hm..
"hai assalamualaikum" rusman belum sempat menjawab, temannya sudah sampai dimeja mereka.
Safitri terdiam saat melihat sosok yang berdiri di dekat meja mereka saat ini, dia laki-laki yang tadi dilihat oleh safitri di sudut.
"silahkan duduk bang, safitri kenalkan ini abang sepupu jauh aku dari sebelah ayah, bang halim"
"assalamualaikum" safitri mengucapkan salam sambal menelungkupkan tangan di dada.
"kayaknya kita pernah ketemu, tapi dimana ya?", safitri bertanya ke halim sambal mengingat-ngingat.
"mungkin kamu salah orang, atau ada yang mirip dengan aku, kita belum pernah bertemu". Halim menjawab dengan santai.
Safitri sangat yakin pernah ketemu dengan halim, tapi dia tidak ingat dimana. Mereka pun ngobrol santai sambil menikmati martabak yang sudah dipesan oleh rusman.
"jadi safitri lagi sibuk kegiatan apa sekarang?". Halim mulai membuka pembicaraan dengan safitri.
"di rumah aja bang, bantuin ibu mengerjakan pekerjaan rumah, lagi belajar jadi istri yang baik". Safitri merepon dengan nada bercanda sambil tersenyum, rusman dan halim ikut tersenyum mendengar jawaban safitri.
"jadi, kalian memang sudah janjian mau ketemu di sini?" safitri melihat ke arah rusman. Rusman hanya mengangguk sambil tersenyum.
Safitri mulai menerka-nerka dengan maksud rusman hari ini, tapi dia mencoba dengan santai biar situasi tidak canggung.
"bang halim sebenarnya sedang mencari istri, jadi aku undang dia juga untuk dating kemari untuk bertemu kamu, siapa tahu kalian cocok kan".
"soalnya keuangan, kamu tidak usah khawatir safitri, dijamin kamu tidak akan lapar. Bang halim kontraktor yang sukses". Muka safitri kali memerah, dia sangat tersinggung dengan ucapan temannya, dia merasa terhina, secara tidak langsung dia merasa dikatain sebagai cewek matre oleh rusman.
Rusman senyam-senyum aja tanpa merasa sudah menyakiti perasaan safitri dengan ucapannya. "dasar cowok, duluan buka mulut daripada pikiran", safitri meluapkan kekesalannya hanya dalam hati.
"ho, aku ingat dimana pernah bertemu bang halim, bulan lalu hari minggu di pantai ujung blang, perempuan yang Bersama abang hari itu siapa bang? Pacarnya?". Safitri bertanya sambil mengulum senyum.
"oh.. itu yanti, rekan kerja saya". Jawab halim dengan santai.
"jadi kamu sudah punya calon suami safitri? Boleh saya mengenal kamu lebih lanjut?". Halim cukup berani untuk mengatakan maksudnya bertemu safitri ini.
"sudah bang, tunggu saja undangan pernikahannya, nanti saya titip sama rusman ya bang".
Rusman kaget mendengar jawaban safitri, dia tahu safitri tidak pernah pacaran dan belum punya pasangan. Tapi kenapa safitri tidak ingin mengenal halim terlebih dahulu? Rusman terpaku, dia kehilangan kata.
"aku akan menelpon safitri nanti malam. Kenapa dia berbohong hari ini, atau jangan-jangan dia memang sudah punya calon selama ini? Terus dia menyembunyikan dari teman-temannya?. Rusman masih menerka-nerka dengan pikirannya sendiri.
Halim sama terkejutnya dengan rusman, "kalau safitri sudah punya pasangan kenapa rusman mengenalkannya padaku?" halim sedikit kesal pada rusman.
"aku duluan ya, soalnya rumahku jauh. Terimakasih atas traktirannya rusman, sampai ketemu di lain waktu". Safitri beranjak meninggalkan café.