" safitri, ini aku rusman, jangan kamu tanya rusman yang mana ya, aku datangi rumah mu lempar pakek bom, baru setahun kita berpisah". Safitri tertawa mendengar ocehan kawannya lewat ponsel. "menelepon orang itu kasih salam dulu lah, atau tanyain kabarnya dulu apakah sehat, bukan langsung main teror man", safitri ceramahi kawan kuliahnya. Mereka empat tahun stress dan ketawa bersama saat kuliah. Rusman salah satu mahasiswa yang suka orasi, tetapi dia duluan yang lari kalau kedatangan polisi.
"kerja dimana sekarang? Atau diam-diam sudah nikah? Mungkin nikah karena ketahuan mesum, dinikahkan sama warga, jadi tidak ada waktu buat sebarin undangan". Ha..ha..ha.. suara ketawa rusman menggema ditelinga safitri. 'Ini anak tidak ada perubahan sedikit pun, kapan pintu hidayah terbuka untuknya', tapi safitri tidak bisa marah sama temannya yang satu ini, di balik sikapnya yang usil dan suaranya yang membahana, dia sangat penyayang, rusman sangat menyayangi ibu dan adik perempuannya. Saking penyanyang dia, hampir semua cewek cantik di kampus dia mengungkapkan kata 'sayang', safitri salah satunya. Safitri menjadikan kata sayang dari rusman sebagai bahan candaan saat mereka kumpul, rusman tau kalau safitri bukan cewek yang mudah digombalin.
"saya sudah punya anak tiga, ketiga-tiganya dikasih nama rusman. Rusman1, rusman2, dan rusman3". Setelah membalas candaan rusman, mereka saling ketawa diobrolan ponsel. Sebenarnya rusman waktu itu benaran punya perasaan terhadap safitri, siapa sih yang tidak suka safitri, dia sangat manis, hidungnya yang mancung dan matanya yang bulat menarik perhatian siapa saja yang melihatnya. Rusman membuang perasaannya jauh-jauh saat safitri mengatakan dia tidak akan jatuh cinta sama teman kuliahnya yang satu ruang, apalagi sama temannya yang satu geng.
"kamu sibuk apa sekarang man? Sudah jadi bapak kechik, camat, atau bupati ini? Perasaan baru kemarin kita lulus ya, sudah berasa tua saja ini di rumah". Rusman kembali terkekeh mendengar pertanyaan safitri. " aku sekarang jadi curagan, curagan bebek". Entah benar perkataan rusman, biarpun benar safitri tidak menanggapinya serius, karena 99.9 persen omongan rusman itu candaan. "bagus lah asal bukan curagan perempuan', rusman sama sekali tidak bisa menahan ketawanya mendengar perkataan safitri.
"fitri, aku serius ini ingin tau, kenapa kamu tidak suka satu pun sama teman- teman kita, memangnya kami tidak ada yang ganteng apa di mata kamu? Tidak ada yang baik satu pun?". Rusman penasaran dengan prinsip safitri tidak pernah pacaran saat mengenyam bangku kuliah. " karena.. saya sudah tau semua isi perut kalian", goda safitri. "hah? Maksudnya?". " maksudnya.. kalian itu punya banyak usus, bukan Cuma usus keci dan usus besar, selain usus buntu, kalain punya usus yang tidak pernah buntu". Rusman tidak paham dengan maksud safitri, sebenarnya safitri juga tidak mengerti dengan perkataannya sendiri.
'jadi kenapa ini telepon saya, mau kasih undangan? Atau mau pinjam uang rokok?" lagi-lagi pertanyaan safitri membuat rusman harus memegang perutnya karena kesakitan saat tertawa. Masak safitri dengan gamblang nya ngungkit kebiasaan rusman saat kuliah, geng mereka anak laki-lakinya suka minjem duit buat beli srokok sama anak-anak perempuan. Sebenarnya rusman menelepon safitri untuk memperkenalkan seseorang kepadanya, tapi dia tidak berani langsung menceritakan yang sebenarnya takut safitri mengatakan tidak mau, atau menolak sebelum melihat orangnya dulu. Rusman harus cari cara agar safitri mau keluar untuk bertemu dengan nya.
" aku ingin makan martabak telur dekat kampus kita, tapi aku malas sendiri, tidak kuat melihat mahasiswi baru yang cantik-cantik, temanin aku ya? Anggap saja kita reuni, aku yang traktir, kalau kamu menolak aku janji tidak akan mengirimi kamu undangan pernikahan ku nanti", rusman kali ini sebenarnya memaksa tapi dengan gaya melucu.
" hm.. aku pikir-pikir dulu ya, soalnya aku takut uang yang kamu pakai buat traktir aku dipertanyakan kehalalannya, siapa tau itu uang belanja mamak mu kamu tilep", ya beginilah kalau percakapan dengan kawan satu geng masa kuliah, tidak ada yang mau kalah, saling bercanda dengan gaya masing-masing.
Safitri menerima ajakan rusman, sebenarnya dia masih curiga apa maksud rusman mengajaknya untuk bertemu, apakah ada yang ingin dia sampaikan.