Chereads / DISANTET MANTAN / Chapter 2 - LAKI-LAKI MISTERIUS

Chapter 2 - LAKI-LAKI MISTERIUS

"hallo, assalamualaikum.. benar ini dengan safitri?", seseorang meneleponnya di jam 9 malam, saat mendengar suaranya adalah suara laki-laki safitri sangat malas untuk merespon, tetapi dia sudah terlanjur mengangkatnya.

"iya ini saya safitri, maaf ini dengan siapa ya? Ada keperluan apa? Ada yang bisa saya bantu?", safitri mencoba bersikap ramah. Sebenarnya dia paling malas berbasa basi dengan orang yang tidak di kenal.

"saya ini bang saiful dari jakarta, tadi sore kak suryani mengirimkan nomor handphone kamu ke saya, maaf saya menelpon malam-malam karena tadi sore saya sibuk kerja. Apa kamu terganggu saya telepon sekarang? Saya sangat berharap kamu tidak terganggu". Pertanyaan macam apa ini, bertanya sendiri terus dia menjawab sendiri pertanyaannya, safitri mulai menggerutu dalam hatinya.

" iya tidak apa-apa tapi jangan lama-lama ya, karena masih ada kerjaan yang harus saya selesaikan". Safitri mencoba ramah tapi juga tegas.

Saiful menepati janjinya tidak ngobrol terlalu lama, dia Cuma bilang dia serius mencari istri minggu depan dia akan pulang ke Aceh untuk melihat safitri kalau safitri mau dengannya. Dia bilang dia berdagang di jakarta, sudah punya toko ke lontong dan berencana untuk membuka cabang tokonya. Safitri tidak menjawab mau atau tidak, dia bilang setelah ketemu nanti akan dilihat apakah mereka punya kecocokan atau tidak, jadi atau tidak keputusannya nanti setelah mereka ketemu minggu depan.

Pagi ini sambil membantu ibunya memasak di dapur, safitri menceritakan didatangi sama kak suryani dan soal saiful menelfon semalam. Ternyata benar kata kak suryani, ibunya sangat senang mendengar cerita safitri, ibunya sangat bahagia kalau benaran sebentar lagi safitri mau menikah. Safitri sebenarnya belum mau menikah, dia ingin sekali bekerja dulu dan membantu keluarganya, tapi kelihatannya ibunya kan sangat senang kalau dia segera menikah.

Tuhan.. jika pernikahan adalah yang terbaik untuk ku, maka aku ikhlas menjalaninya, semoga orang yang aku temui nanti adalah dia yang terbaik untuk ku, agama ku dan keluarga ku.

Kalimat itu yang terus terusan diulangi oleh safitri setiap waktu setelah selesai shalat. Dia sangat deg degan menunggu minggu depan, benar kata kak suryani, dia tidak pernah pacaran selama ini, tidak ingin mengecewakan orang tuanya, maka dia fokus dulu untuk kuliah sampai lulus.

Sedang sibuk menyapu halaman rumah, kak suryani datang lagi memastikan apakah si saiful sudah menelfon safitri, "safitri, sudah di telp kan sama saiful? Jadi kan dia pulang minggu depan? " kak suryani sepertinya ingin mengganggu safitri saja, sebenarnya dia sudah menelfon saiful menanyakan apakah dia sudah menelfon safitri.

"iya kak, katanya pulang minggu depan, saya tidak bisa berkomentar apa-apa sebelum kami ketemu dulu". Safitri sepertinya sudah menebak kalau kak suryani akan menanyakan apakah dia mau atau tidak. "iya, semua kalian cocok ya", kak suryani menggoda safitri sambil tersenyum.

Hari-hari belakangan ini, safitri melewatinya dengan rasa penasaran, bingung, tapi terkadang juga terlintas rasa bahagia. Dia geli saat terlintas dipikirannya sebentar lagi akan bersanding di pelaminan, dia sebenarnya masih sangat penasaran dengan dunia kerja, mungkin benar kata kak suryani nanti di jakarta dia bisa kerja. Tapi, wajah safitri langsung berubah saat membayangkan bagaimana kalau ternyata saiful laki-laki yang kasar dan tidak bertanggung jawab, pasti hidupnya akan sangat tersiksa, dia membayangkan rumah tangganya tanpa senyum dan tawa, seperti kuburan atau bahkan seperti nerakanya dunia. Bunyi hanphone membuyarkan lamunan safitri, "jangan lupa lusa kita ketemu, ini saya sudah di air port menuju Aceh", suara saiful terdengar sangat bahagia di seberang sana. "iya, saya tidak lupa", jawab safitri dengan simpulan senyum di wajahnya.

Tidak terasa seminggu pun berlalu, besok dia akan ketemu saiful, safitri tidak mengijinkan saiful datang ke rumahnya, dia tidak ingin ada omongan dari tetangga, apalagi kalau ternyata nanti mereka tidak cocok dan mereka tidak jadi menikah itu akan sangat merusak repotasinya sebagai gadis yang baik di kampungnya. Safitri meminta saiful untuk ketemu di warung bakso yang terletak di bawah jembatan layang dekat simpang kecamatan mereka, saiful menyetujui permintaan safitri, besok mereka akan ketemu pada pukul empat sore.

Malam ini safitri tidak bisa tidur, dia mondar- mandir aja di dalam rumahnya, kadang ke dapur megambil air minum, orang tuanya sudah tertidur lelap karena kecapean seharian di sawah. Safitri balik lagi ke kamarnya buka buku bacaan, tapi buku setelah dibuka ditutupin di mukanya bukan dibaca, dia memikirkan besok cocoknya pakai baju apa, jelbab apa, sandal apa, pake make up atau dengan muka polos saja. Safitri juga merasa sebaiknya dia tidak pergi sendirian, sebaiknya dia mengajak seorang teman biar tidak terlalu canggung saat dia tidak tau mengobrol tentang apa, tapi siapa yang cocok untuk dia ajak? "Apa ajak kak suryani aja ya?" terlintas di kepala safitri untuk mengajak kak suryani.

"hallo, assalamualaikum juraida, besok kamu ada ke mana? Temanin aku ke warung bakso di bawah jembatan gantung yuk!", akhirnya safitri menelfon juraida, temannya yang satu SMA, juraida tidak punya uang untuk melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah. juraida salah satu perempuan yang tidak banyak ngomong dan tidak suka ikut cmapur urusan orang lain, rumah juraida berseberangan jalan dengan safitri. Setelah menceritakan panjang lebar tentang pertemuan besok kepada juraida, akhirnya juraida mau pergi makan bakso bersama safitri.

Pagi ini safitri bangun lebih awal dari biasanya, dia ingin mengrobrol dulu dengan ibunya mengenai saiful sebelum ibunya berangkat ke sawah, "mak, nanti sore saya akan ketemu sama bang saiful, saya akan pergi sama juraida ke warung bakso di bawah jembatan gantung, saya buat janji untuk bertemu di sana, saya tidak mau dia langsung datang ke rumah kita mak, nanti tidak enak sama tetangga kan mak?", safitri meminta pendapat ibunya mengenai langkah yang dia ambil.

"ya safitri, yang penting kamu jaga sikap jangan sampai menjadi omongan tetangga, mamak senang jika kamu segera menemukan jodoh mu, tapi mamak tidak menyuruh kamu menikah buru-buru, kapan kamu siap menikah itu terserah sama keputusan kamu, mamak dan bapak tidak akan menyuruh apalagi memaksa kamu untuk segera menikah. Orang tua mana yang tidak senang melihat anaknya menikah, tapi itu kembali lagi ke diri kamu", ternyata orang tua safitri sangat bijak menanggapi urusan pernikahan, dia tidak seperti kebanyakan orang tua yang suka menyuruh anaknya untuk segera menikah.

Setelah mempersiapkan kebutuhan untuk di sawah, ibunya safitri berangkat ke sawah dengan ayahnya, orang tuanya tidak pernah berantam atau berselesih paham tentang masalah anak, mereka mendidik anak mereka sepaham dan sefrekuensi.

Safitri menelpon juraida menyeruh segera membereskan kerjaan rumah, terus siap-siap untuk ke tempat yang sudah mereka janjikan untuk ketemu, safitri akan menjemput juraida pada pukul tiga sore, jarak yang harus mereka tempuh ke tempat tujuan adalah tiga puluh menit, safitri tidak mau terlambat, dia tidak enak jika membuat orang yang lain harus menunggu dirinya.

Waktu begitu cepat berlalu, jam dinding menunjukan pukul tiga, safitri mengeluarkan sepeda motornya menuju rumah juraida yang berseberangan jalan dengan rumahnya, safitri mengunakan rok kulot warna merah hati, baju kemeja hitam berlengan panjang dan jelbab hitam, dia memolesi sedikit bedak dan lipstik yang berwarna soft menghiasi bibirnya, sedangkan untuk alas kakinya, dia memilih sandal bertali belakang berwarna coklat.

"saya sangat nerves, kamu saja yang nyetir ya juraida" safitri menyerahkan sepeda motor pada juraida. "biasa saja tidak usah tegang kali, kan ada saya nanti yang akan mencairkan suasana", juraida menggoda safitri dengan menyipitkan matanya sebelah kiri.

Pas tiga puluh menit mereka tiba di tujuan, pelanggan sore ini lumayan rame, safitri melihat ke arah kanan dan kiri mencari meja yang kosong, akhirnya dia memilih meja dengan empat kursi dengan posisi duduk mengarah ke jalan. "kamu mau makan apa?" safitri mempersilahkan juraida untuk memesan, juarida memesan mie bakso tanpa ayam dengan teh manis dingin, safitri sendiri memesan bakso ayam tidak pakai bihun dan jus jeruk.

"halo, safitri kamu sudah di jalan? Saya lagi di jalan menuju ke tempat itu", ternyata saiful menelpon menanyakan posisi safitri. "saya sudah di tempat ini dengan seorang teman, saya lupa bilang kalau saya mengajak seorang teman", baru teringat kalau safitri belum memberitahukan saiful kalau dia membawa teman, untungnya saiful tidak keberatan dengan hal itu.

Dua puluh menit kemudian, saiful juga tiba di depan warung bakso itu, setelah memarkirkan motornya, dia menelpon safitri memastikan yang mana orangnya. Saiful mengenakan baju kaos berwarna putih lengan pendek dan jean berwarna hitam, dia memakai sepatu sport berwarna hitam juga, sedangkan jam tangan dia pakai di sebelah kanan. "itu orangnya yang lagi menuju kemari? Ganteng bangeeet", ujar juraida sambil memegang kedua pipinya, safitri hanya tersenyum melihat tingkahnya juraida. Sebenernya safitri juga kagum pada ketampanan saiful, tapi dia berusaha bersikap biasa saja, mungkin ada rasa sedikit gengsi.

"mau makan apa?", safitri langsung menawarkan pilihan menu ke saiful saat dia sudah duduk. "hm.. ada apa aja ya? Boleh minta liat daftar menunya?" saiful menoleh ke arah pelayan yang lagi mondar – mandir mengantar pesanan kemeja para pelanggan.

"kenalkan teman saya, juraida". Setelah memperkenalkan juraida mereka mulai ngobrol untuk mencairkan suasana, juraida lebih kelihatan bersemnagat ngobrol daripada saitri, safitri lebih banyak mengamati gerak-gerik dan sikapnya saiful, entah kenapa safitri tidak yakin dengan saiful, padahal sepanjang obrolan mereka saiful bersikap sangat sopan, tapi entah kenapa safitri tidak menemukan chemistri, mungkin karena baru pertama kali ngobrol. Besok safitri berencana menemui saiful sendiri saja untuk saling mengenal lebih dekat, saat ini safitri tidak merasakan getaran apa-apa di hatinya, sebenarnya safitri merasa kalau saiful ini bukan tipenya, saiful memiliki kulit yang putih, sedangkan safitri sebenarnya menginginkan laki-laki yang berkulit sawo matang.

"iya, warung bakso yang dibawah jembatan layang, kamu di mana? Oke saya akan segera keluar", saiful minta ijin keluar sebentar, kawannya sudah menunggu di depan.

Safitri terus memperhatikan gerak-gerik saiful bertemu dengan kawannya, saiful menuju ke motornya membuka jok motor kemudian dia mengambil amplop yang isinya sangat tebal, saiful mengeluarkan uang dalam amplop itu untuk dia perlihatkan ke temannya sejenak, terus uang itu dimasukan kembali ke dalam amplop dan menyerahkan amplop itu ke temannya. Entah kenapa hati safitri tidak tenang melihat kejadian itu. "bagaiaman kalau uang itu ternyata hasil penjualan sabu atau ganja? Untuk apa dia menyerahkan duit sebanyak itu ke temannya, sekarang sangat banyak pemuda yang tampan, berpakaian rapi, tapi pekerjaan mereka pengedar sabu atau pencuri lembu menggunakan mobil mewah, bagaiaman kalau ternyata di ibu kota kerjaan saiful sebenarnya menjual ganja?" hati safitri terus bergejolak dengan kecurigaan dan kekhawatiran. Setelah menerima amplop itu, kawannya saiful berlalu dari situ.

"sudah sampai mana obrolan kita tadi? Ada yang mau nambah baksonya?", saiful melihat ke arah safitri dan juraida. "sudah kenyang", selera makan safitri hilang seketika. Rasanya safitri ingin segera beranjak pergi dari situ, juraida belum ngeh dengan perubahan sikap safitri, dia masih mengobrol santai dengan saiful.

"jadi bagaimana? Apakah besok kita masih bisa bertemu lagi? Mau bertemu jam berapa safitri?" saiful masih mengharapkan pertemuan selanjutnya. 'emm.. saya lihat dulu besok ya, apakah besok saya bisa keluar, soalnya lagi musim sawah, mungkin saya harus bantu ibu ke sawah" juraida kaget dengan jawaban safitri, sejak kapan safitri ke sawah? Selama ini bunya hanya menyuruhnya mengerjakan pekerjaan rumah saja."baik lah, nanti kita masih bisa berkabar lagi lewat telepon", jawab saiful dengan santai. "ini sudah mau magrib, kami sudah harus pulang" ujar safitri. "baik, ayok kita pulang". Setelah saiful membayar makanan ke kasir, mereka pun saling pamitan untuk pulang.

Sepanjang jalan pulang safitri hanya duduk diam di belakang juraida yang lagi nyetir motor."jadi besok rencana mau ketemu dimana safitri? Jam berapa? Saya di ajak tidak?" juraida masih berharap diajak lagi besok."emm sepertinya saya tidak mau ketemu lagi deh, saya tidak dapat chemistri dengan dia", juraida kaget mendengar ucapan safitri. " tapi kan baru sekali ketemu, coba dulu ngobrol lebih dalam untuk lebih saling mengenal". Juraida memberi saran. "pertemuan pertama menentukan langkah selanjutnya" safitri hanya menjawab singkat.

Setelah shalat magrib, safitri menceritakan pertemuannya dengan saiful tadi sore, dia bilang kalau saiful itu sedikat misterius menurutnya dan dia tidak ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih serius. "kalau kamu merasa ragu, tidak yakin, ya sudah sebaliknya jangan dilanjut, ikuti kata hatimu nak, mungking firasatmu benar". Ibunya selalu memberikan petuah yang menyejukan hati.

Setelah kembali ke kamar, safitri mengambil ponselnya menulis pesan untu saiful "saya minta maaf, tidak bisa melanjutkan hubungan kita ke jenjang yang serius, kamu bisa mendapatkan perempuan yang lebih baik dan lebih cantik dari saya". Safitri tidak menemukan kata-kata yang lebih bijaksana untuk menolak, menurut dia kalimat itu sudah sangat baik. Safitri juga mengirim pesan ke kak suryani minta maaf kalau dia tidak cocok dengan saiful.