Aku kira, selalu aku yang bangun paling pagi. Tapi, semenjak aku tinggal di rumahnya, aku selalu kalah bangun pagi.
Ketika aku baru menuju ruang makan, aku melihat wujudnya sedang memakai sepatu di pintu rumah. Jadi, waktu aku baru bangun, dia sudah mulai berangkat ke sekolah. Sampai sekarang, aku masih belum tahu kenapa dia selalu berangkat ke sekolah sangat pagi sekali.
Aku bukan lagi anak-anak, makanya aku tidak merasa tersaingi, tapi rasanya tetap pahit ketika melihatnya sudah siap berangkat sekolah lebih cepat dari aku.
Ah... Lagi pula, belakangan ini, aku tidak terlalu ingin melihatnya di mata.
Satu atau dua jam kemudian, aku baru berangkat ke sekolah naik sepeda. Dan meskipun satu atau dua jam jam telah lewat setelah dia berangkat, ini pun masih terhitung sangat pagi; jalanan masih sepi.
Sesampainya di sekolah, aku melihat handphoneku sambil berjalan ke kelasku.
Di sekolah, aku masih belum melihat begitu banyak murid. Aku tetap datang pagi untuk mengerjakan sisa-sisa pekerjaanku.
"...?" Kakiku berhenti di tengah jalan untuk memproses apa yang sedang terjadi.
Bisa dibilang, isi handphoneku sedang terjadi kebakaran. Dari grup chat Majelis sampai aplikasi media sosial yang jarang kugunakan, semuanya kacau balau. Isinya membahas satu hal saja.
Aku melihat ada link website di semua penjuru media sosial. Aku kira ini hanya hoax atau semacam virus, tapi ketika aku melihat semua orang membahas tentang isi link website ini, aku tidak lagi yakin apa yang benar apa yang salah.
Hal yang aneh di sini, dari murid yang kukenal dan murid yang tidak kusukai, mereka semua membahas satu hal saja dan semakin banyak orang menyebarkan link website ini. Tapi entah kenapa, semakin lama aku membaca, semakin lama aku tidak bisa paham.
Aku memutuskan untuk menekan link yang diposting salah satu akun.
"...!!!" Awalnya aku tidak terlalu paham apa yang sedang kulihat, tapi detik selanjutnya nafasku tersendat.
Siapa yang...?
Aku berlari ke ruang guru; berharap ada guru yang bisa menangani ini.
Jika ini hanyalah skandal biasa yang terjadi di satu kelas saja, maka aku tidak akan sekhawatir ini. Dan aku yakin, murid-murid di kelas lain juga tidak akan terlalu peduli. Tapi masalahnya, semua murid di semua kelas menjadi korban.
Entah siapa pelakunya, ia melibatkan semua kelas di sekolah ini; tidak ada yang terkecuali. Tidak heran media sosial jadi kacau balau.
Masalahnya, pelakunya juga menyebarkan rumor-rumor buruk tentang Majelis dan OSIS. Masalah-masalah yang terjadi di Majelis yang tidak ingin kubicarakan, semuanya ada di sini. Orang-orang akan kehilangan kepercayaan terhadap acara HUT mendatang.
Lebih parah lagi, bisa saja wartawan berbondong-bondong datang ke sini.
Aku sampai di ruang guru dan melihat dia, dan di sampingnya ada seorang perempuan yang sedang berbicara dengan Pak Kiyo.
Aku agak terkejut dia ada di sini. Kukira, akulah yang paling awal sadar akan hal ini, tapi aku teringat bahwa memang dia dulu yang tiba di sekolah lebih awal daripada aku.
Kemudian mereka berpaling dari Pak Kiyo. Sepertinya mereka sudah selesai memberitahukannya ke Pak Kiyo.
Aku dan dia saling bertemu tatapan. Namun, dia hanya menggeleng kepalanya ketika bertemu mataku.
Ah...
Aku tahu maksud dari gelengan tersebut.
Tidak bisa. Tidak ada yang bisa kita lakukan.
Aku hanya bisa berharap bahwa acara HUT mendatang, bisa secara ajaib berjalan tanpa ada masalah.