Semenjak Majelis Perwakilan Siswa kehilangan sebagian besar jumlah anggotanya, seseorang harus mengambil alih pekerjaannya anggota yang hilang. Kebanyakan pekerjaan tersebut ditanggung oleh Silvia Anggraini dan aku.
Silvia Anggraini tidak ingin semakin memberatkan pekerjaan anggota yang masih setia. Dia tidak ingin membuat mereka pergi.
Sedangkan untuk diriku... aku tidak tahu dia ingin melihatku menderita, atau karena dia tidak punya rasa sungkan di hadapanku, atau karena dia sangat memercayaiku sampai setengah dari tugas murid yang hilang diberikannya kepadaku. Separah inilah situasi Majelis Perwakilan Siswa.
Salah satu anggota yang sedang mengerjakan tugas, tiba-tiba sadar akan sesuatu. Dia membutuhkan hasil tugas orang lain untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Dia berdiri dari tempatnya dan menghampiri Silvia Anggraini. Dia meminta salah satu hasil tugas Silvia Anggraini.
"...Belum selesai." Silvia Anggraini menjawab dengan lemas.
Mendengar jawaban Silvia Anggraini, anggota tersebut kembali ke tempatnya dan membuka handphonenya karena dia sudah tidak punya pekerjaan apa-apa sampai Silvia Anggraini sudah selesai menyelesaikan bagiannya sendiri.
Silvia Anggraini sudah mencapai batasnya. Aku sudah tidak tahu berapa kali dia bergadang untuk mengejar ketertinggalan dan mengerjakan semua tugasnya.
Aku bisa mengerti kenapa Silvia Anggraini tidak ingin memberatkan anggota lain yang masih setia. Tapi karena kekerasan kepalanya, kesehatannya bisa terancam.
Cara yang tepat menangani ini bisa dibilang mudah.
Anggota yang masih di sini, sudah jelas tahu sendiri situasinya Majelis Perwakilan Siswa. Meskipun begitu, mereka tetap di sini bersedia melakukan tugas mereka.
Mereka tidak akan sampai keluar misalnya tugas mereka bertambah banyak. Justru mereka tetap di sini karena sudah menduga penambahan tugas. Mungkin mereka mengeluh dalam hati, tapi mereka tetap tidak berhenti bekerja.
Ini sudah terlihat jelas bahwa ada beberapa anggota yang masih ingin bekerja. Kalau mereka masih ingin, kenapa anggota lainnya tidak ingin? Apa bedanya? Apa karena anggota yang tersisa memanglah orang yang rajin?
Yang Silvia Anggraini hanya perlu lakukan adalah meminta tolong. Hanya itu saja.
Tidak ada orang yang suka dengan manusia sempurna. Dengan bersikap kuat dan menunjukkan kesempurnaanmu, mereka hanya akan menganggapmu tidak membutuhkan mereka.
Tunjukkan kelemahanmu. Semua anggota yang ada di sini tahu betapa Silvia Anggraini telah bekerja keras, dan ketika seseorang yang sudah banting tulang meminta tolong kepada orang lain dan mengakui kelemahannya, itu bisa menyentuh hati mereka.
Silvia Anggraini memiliki potensi menjadi ketua yang luar biasa. Hanya saja, Silvia Anggraini perlu melihatnya sendiri dan meningkatkan kemampuan komunikasi sosialnya.
Kemungkinan, perpecahan OSIS menjadi penghalang mental bagi Silvia Anggraini. Kemungkinan kekerasannya yang mengakibatkan kebencian dan perpecahan OSIS membuatnya menahan dirinya sendiri tanpa dia sadari di Majelis Perwakilan Siswa.
Dia telah menyaksikan kekerasannya merusak OSIS, dan kali ini, dia telah melakukannya lagi. Dia telah menghancurkan Majelis Perwakilan Siswa.
Itu telah mengeraskan bukti bahwa "keras itu tidak baik".
Aku tidak bisa membayangkan, betapa menderitanya Silvia Anggraini sekarang. Bukan karena faktor luar, tapi faktor dalam dirinya.
Pasti dia mengingat perbuatan-perbuatannya di masa lalu dan mengutuk kebodohannya. Bukan orang lain yang mengolok dan menganiayanya, tetapi dirinya sendiri yang melakukannya.