Regu Faishal menelusuri ruangan bawah tanah, saat ini sudah tidak lagi tepat untuk menyebut tempat itu sebagai ruangan bawah tanah, karena tempat itu sangat luas dan memiliki banyak belokan, tempat ini lebih cocok disebut sebagai labirin bawah tanah. Jika dilihat sekilas tempat ini benar-benar rapuh, seseorang mungkin akan mengira bahwa tempat ini akan hancur bahkan jika mereka hanya menyentuhnya, tapi anehnya tempat ini sangatlah kokoh bahkan sangat kokoh untuk menahan daya ledak dari empat granat secara bersamaan.
"Komandan, kita sudah kembali ketempat awal."
"Umu, hanya tersisa satu jalur lagi untuk kita lalui."
Faishal dan kelompoknya telah menghabiskan 40menit hanya untuk menelurusi berbagai belokan yang ada dilabirin bawah tanah, dan selalu menemui jalan buntu, mereka juga menandai setiap belokan yang pernah mereka lalui.
Alasan mereka menghabiskan banyak waktu menelusuri labirin ini adalah, karena mereka bergerak sebagai satu kelompok, itu disebabkan karena mereka menyadari perbedaan kekuatan mereka dengan musuh, mereka khawatir apabila mereka berpisah menjadi beberapa kelompok kecil, mereka hanya akan menemui kematian yang sia-sia.
'Setidaknya aku harus mengeluarkan mereka dari sini.'
Faishal melihat kearah bawahannya dan dia memikirkan anggota keluarga dari para bawahannya.
'Iya, aku harus mengeluarkan mereka dari sini, setidaknya mereka masih memiliki seseorang yang menunggu mereka untuk kembali.'
"Kalian per…."
"Komandan, aku harap anda tidak berpikir seperti mengeluarkan kami dari sini."
Ketika Faishal ingin berbicara, salah satu bawahannya menyelak perkataannya.
"Bagaimana?"
"Komandan, kamu selalu seperti ini, dalam berbagai misi yang selalu kita jalani kamu selalu berkata seperti itu, tentu saja jika kamu terus mengakatan hal seperti itu disetiap waktu, kami akan dapat menebak apa yang akan kamu ucapkan."
Menggoyangkan kepalanya, Faishal sekali lagi melirik kearah bawahannya dan berkata.
"Tapi misi kita kali ini jauh lebih berbahaya dari semua misi yang pernah kita lakukan, kalian harus kembali, setidaknya kalian masih memiliki kelu.."
"KOMANDAN, apakah kamu ingat slogan regu kita?"
Faishal kebingungan dengan perkataan bawahannya yang tiba-tiba menanyakan slogan dari regunya sendiri, tetapi masih tetap menjawab.
"Kami unknown, lebih baik pulang nama dari pada gagal dalam tugas."
Meskipun itu bukanlah slogan original dari regunnya melain slogan dari cabang utama korpsnya, tetapi Faishal tetap menggunakan slogan tersebut karena itu terdengar keren, dan juga karena unit mereka adalah salah satu cabang dari korps tersebut, jadi Faishal merasa tidak masalah jika mereka menggunakan slogan tersebut untuk unit mereka sendiri.
"Kami Unknown telah diberikan pendidikan yang sangat tinggi, gaji dan tunjangan yang sangat besar bahkan jika kita gugur dalam tugas kita, selain itu meskipun kami gugur dalam tugas, aku yakin negara akan mengurus keluarga kita, akan tetapi, Yakinlah Komandan bahwa kami tidak memiliki niat untuk Mati hari ini atau bahkan dalam waktu dekat."
'Bohong'
Saat melihat mata dari para bawahannya, Faishal tau bahwa mereka berbohong, dia ingin sekali berkata seperti itu, tetapi dia tidak bisa mengatakannya tidak peduli seberapa banyak dia mencoba.
Dan ya benar, mereka memang bersiap untuk mati hari ini, itu karena mereka tau perbedaan kekuatan mereka dengan musuh sangatlah besar, akan tetapi mereka masih memilih untuk melanjutkan misi berdasarkan jiwa Patriot mereka.
"Huhhh, kalian orang-orang bodoh, baiklah, maka kita akan tunjukan kepada musuh kita, kekuatan dari Unknown."
Faishal memandang kearah bawahannya, meskipun dia tidak dapat melihat expresi dari wajah mereka karena tertutup, tetapi Faishal yakin bahwa bawahannya saat ini sedang tersenyum.
'Setidaknya aku akan mati bersama mereka, tidak, setidaknya salah satu dari kami harus hidup agar dapat menyampaikan komposisi kekuatan musuh.'
*****
Regu Faishal akhirnya menelusuri jalan terakhir, jalan tersebut lurus seperti lorong, tidak ada belokan ataupun jebakan, lorong tersebut cukup luas untuk dua orang masuk secara bersamaan.
'Setelah dipikir kembali, bukankah ini mirip dengan dungeon?'
Faishal tiba-tiba memikirkan sebuah game yang pernah dia mainkan dahulu, dan kenangan saat dia masih duduk di bangku SMA mengalir kedalam pikirannya.
'Ahh, itu adalah game RPG sampah, meskipun pada akhirnya sever mereka tutup, dan kembali membawa game yang sama sekali baru.'
Faishal yang sedang memikirkan kenangannya dulu, lalu mendengar sebuah suara.
"Uka kadit akgnaynem nailak tapad nakhansumem nissassa."
(Aku tidak menyangka kalian dapat memusnahkan assassin)
'Ohhh apakah itu adalah Bos terakhir, ini benar-benar mirip dengan dungeon.'
Setelah keluar dari lorong sempit, mereka tiba disebuah ruangan dengan seseorang yang mengenakan jubah hitam kemerahan berdiri diatas sebuah symbol berbentuk lingkaran sambil memegang sebuah tongkat.
Dipt, Dipt, Dipt, Dipt
Empat peluru dengan cepat ditembakan kearah orang dengan jubah hitam kemerahan itu, tetapi peluru itu berhenti tepat sebelum mengenai orang itu, seperti ada sesuatu yang menghalangi lajur dari peluru itu.
"Amucrep, iasirep ini taubid nagned rihis takgnit tapme."
(Percuma, perisai ini dibuat dengan sihir tingkat empat.)
Orang yang memakai jubah hitam kemerahan itu tersenyum lebar saat dia melihat bahwa perisainya tidak dapat ditembus.
"Tamales awhab nailak tapad iapmas inisid, Ipat nanalajrep nailak naka rihkareb inisid."
(Selamat bahwa kalian dapat sampai disini, Tapi perjalanan kalian akan berakhir disini)
Lalu dua orang yang mengenakan jubah hitam muncul dari belakang orang yang mengenakan jubah hitam kemerahan tersebut.
"Kalian semua, siapkan Granat."
Faishal merasakan sesuatu yang sangat buruk saat melihat kedua orang yang baru muncul itu. Perasaan yang sering dia rasakan saat setiap dia berada dalam keputusasaan.
KEMATIAN.
Lalu dia melihat orang yang mengenakan jubah hitam kemerahan itu sedang mengguamkan sesuatu dan dalam waktu singkat sesuatu seperti api keluar dari sekitar orang itu, lalu api itu mengarah pada kelompok Faishal.
"MENGHINDAR"
BOOM
Sebuah Api berbentuk sebuah bola besar menghancurkan dinding dibelakang mereka, untungnya semua anggota Faishal selamat.
'Flamethrower, sial, menggunakan flamethrower ditempat sempit seperti ini memanglah pilihan terbaik, kita terjebak.'
Orang yang memakai jubah hitam kemerahan itu terus menerus melemparkan api yang terlihat seperti bola kearah mereka.
"Berpencar, buat tim kecil dengan dua orang."
Mendengar perintah dari komandan mereka, mereka dengan cepat berpencar menjadi regu kecil berisikan dua orang.
"Tsk, nailak audred hunub akerem."
(Kalian berdua bunuh mereka)
Dua orang yang dari tadi sedang menonton tiba-tiba melepaskan jubah mereka. Memperlihatkan badan besar dan tinggi, sambil membawa sebuah pedang di pinggul mereka.
Faishal yang melihat ini terkejut.
'Pendekar pedang.'
Dua orang itu langsung menyerbu ke arah Faishal.
"Sial"
Dipt, Dipt, Dipt, Dipt
Faishal menembak ke arah musuh yang menyerangnya, tetapi itu semua dengan cepat ditangkis oleh pedang musuh.
'Ba-bagaimana mereka menangkis peluru dengan jarak kurang dari 15 meter.'
Tanpa memberikan waktu untuk berpikir, musuh kembali menyerang.
Salah satu dari pendekar pedang mendekati Faishal dari depan, dia mengangkat senjatanya ke atas lalu mengayunkan pedangnya ke arah Faishal, sementara yang lain berlari ke belakang Faishal dan mengayunkan pedangnya dari kanan ke kiri.
"KOMANDAN"
Melihat bahwa Komandan mereka terdesak, mereka semua bersiap untuk menyerang. Tetapi….
"JANGAN MENDEKAT"
Dalam situasi terjepit oleh dua musuh, pikiran Faishal langsung dipenuhi oleh berbagai macam strategi, dia memikirkan strategi yang paling memungkinkan dan paling efektif, tetapi bagaimanapun dia memikirkannya hanya ada satu jalan yaitu KEMATIAN.
'Sial, bagaimanapun aku memikirkannya aku hanya dapat melihat gambaran diriku mati, kalau begitu aku hanya bisa bertaruh.'
Lalu Faishalpun tersenyum. Dia mengambil benda di saku depannya, menarik pinnya, lalu melemparkan benda itu kebawah.
BANG
Suara ledakan diiringi dengan sinar cahaya yang menyilaukan mata menerangi seluruh ruangan itu.
Ketika mereka semua mendapatkan kembali penglihatan mereka, mereka hanya melihat salah satu musuh dengan satu tangan terpotong, sementara musuh yang lain tergeletak ditanah dengan tubuh tanpa kepala.
Baik sekutu ataupun pria berjubah hitam kemerahan terdiam dengan situasi saat ini.
'Ba-bagaimana ini bisa terjadi, dua bawahan ku mati dan terluka oleh satu manusia yang bahkan tidak memiliki sihir, Qi atau bahkan aura.'
Pria yang mengenakan jubah hitam kemerahan itu terkejut saat dia melihat dua bawahannya mati dan terluka.
'Tidak, ini tidak mungkin terjadi, meskipun mereka masih belum mencapai tingkat master pedang, mereka masihlah kesatria tingkat tinggi, tetapi bahkan mereka kalah oleh satu orang. SIALAN, aku masih belum menyelesaikan hal itu, INI TIDAK BOLEH TERJADI, aku masih belum boleh KALAH, tidak, aku TIDAK MUNGKIN KALAH.'
Lalu Pria berjubah hitam kemerahan itu mengguamkan sesuatu.
*****
'Aku mengerti, meskipun mereka dapat menangkis peluru, tetapi mereka tidak dapat menghindar, entah itu karena mereka dapat memprediksi arah tembakan, atau dapat mengetahui sesuatu dengan jarak tertentu.'
Faishal memiliki senyuman di wajahnya saat memikirkan itu semua.
Lalu pada saat itu beberapa orang muncul dari pintu masuk ruangan.
'Akhirnya mereka sampai.'
~~~30menit sebelumnya
"Komandan, bukankah lebih baik kita menghubungi markas untuk meminta bantuan, misi ini sudah diluar batas kemampuan manusia, aku pikir mungkin lebih baik jika kita harus menghancurkan tempat ini jika memungkinkan."
"Itu benar komandan, mahkluk macam apa yang dapat kembali bertarung bahkan saat dia sudah kehilangan setengah dari tubuhnya akibat ledakan granat."
Bawahan yang lain menunjukan persetujuan.
"Hahh baiklah."
Faishal menghela napas, apa yang dikatakan oleh bawahannya benar, dari pertarungan sebelumnya mereka sudah menyadari bahwa misi ini sudah diluar batas kemampuan manusia, dan misi ini sudah membawa ke tingkatan yang sama sekali berbeda.
'Mmm, satu-satunya cara yang cepat untuk membunuh mahkluk itu mungkin dengan membombandir tempat ini, entah itu dengan membawa tank, helicopter tempur, atau bahkan jet, tapi dengan membawa peralatan tempur seperti itu akan menarik perhatian media.'
Pasukan unknown sesuai dengan namanya, mereka adalah pasukan rahasia bahkan hanya beberapa Jendral yang mengetahui kehadiran dari pasukan ini, jadi tentu saja media tidak boleh mengetahui kehadiran mereka. Karena hal ini juga yang menyebabkan Faishal ragu dalam memikirkan langkah selanjutnya.
'Sial, kehadiran media membuat kami sulit untuk mendapatkan bantuan, jika hal ini bocor ke publik nama Militer akan tercoreng, tetapi jika kami tidak meminta bantuan misi ini akan sangat sulit.'
Memikirkan segala kemungkinan yang terjadi, akhirnya Faishal mengambil keputusan.
'Jika kami tidak bisa mengalahkan mereka dengan kualitas, maka kalah mereka dengan kuantitas.'
Memikirkan hal itu Faishal menaikan sudut mulutnya, dan akhirnya berkata pada bawahannya.
"Jonas, pergi kepermukaan panggil tim beta untuk membantu kami dan katakan pada mereka untuk siapkan RPG, lalu panggil bala bantuan infantri katakan pada markas bahwa setiap regunya harus membawa satu RPG, dan sisanya akan tetap melanjutkan misi."
~~~Waktu saat ini.
Pada saat ini beberapa orang keluar dari lorong dan dengan sigap langsung menghadapkan senjata mereka ke arah musuh.
"Tim beta akhirnya sampai."
Tim lainnya yang melihat tim beta datang akhirnya mendapatkan kembali semangat mereka.
"RPG siap."
Salah satu anggota tim beta berteriak.
Mendengar itu seluruh anggota tim yang lain langsung menunduk.
"TEMBAK."
Faishal berteriak sekuat yang dia bisa.
Shooosshhhh
Roket terbang ke arah pria berjubah hitam kemerehan itu.
Dan BOOM!!
Ledakan keras terdengar diikuti dengan guncangan hebat seluruh ruangan bawah tanah, langit-langit bergetar seakan ingin runtuh, debu-debu berterbangan memenuhi seluruh ruangan dan menghalangi pandangan semua orang, efek dari ledekan tersebut menghempaskan semua orang.
"Coogh, Coogh, Coogh"
"Apakah kalian semua baik-baik saja?"
"Kami baik-baik saja komandan."
Setelah menanyakan keadaan para bawahannya, Faishal tiba-tiba merasakan hawa dingin di sekujur tubuhnya.
"Semua hati-ha….."
WHOSSSHHHH
Sebelum Faishal menyelesaikan perkataannya sebuah es berbentuk tombak terbang menuju semua orang dari balik dedebuan.
Es tombak itu menerjang dengan sangat cepat, bahkan Faishal hampir tidak dapat menghindari Es tombak tersebut, tetapi sayangnya tidak semua orang memiliki kemampuan reflek dan indra untuk mengetahui bahaya yang sebagus Faishal.
Satu demi satu pasukan Faishal tertusuk oleh Es Tombak, mereka yang tewas bahkan tidak sempat untuk berteriak dan mati ditempat.
Melihat bawahannya tewas satu persatu, Faishal menerjang maju seraya menembaki pria berjubah hitam kemerahan dari balik dedebuan.
Kecepatan Lari Faishal sebagai pemimpin dari pasukan Unknown tidaklah lambat, tetapi meskipun Faishal berlari sekencang mungkin dia merasakan bahwa dia tidak akan sampai ke tempat pria berjubah hitam kemerahan itu tepat waktu.
'Sial, apa yang terjadi kenapa aku memiliki firasat bahwa aku tidak akan pernah mencapainya.'
Ruangan bawah tanah itu memang cukup besar, tetapi tidak cukup besar sampai-sampai perlu banyak waktu untuk mencapai dari ujung ke ujungnya, apalagi dengan berlari.
'Brengsek, sebenarnya apa yang sedang terjadi? apakah aku menghirup racun?, tidak, tidak mungkin aku bahkan tidak melepaskan maskerku dari saat memulai misi, lalu bagaimana…?'
Pada saat ini Faishal tiba-tiba menyadari sesuatu yang sangat mirip dengan apa yang pernah dilihatnya.
'Magic'
Seketika waktu seperti berputar sangat sambat dan menjadi lebih lambat saat Faishal menyadari kemungkinan tidak terduga ini.
'Tidak, mustahil itu tidak mungkin, bagaimana mungkin di dunia ini ada sihir, bahkan jika itu ada bukankah itu akan langsung menjadi viral di social media, atau apakah mungkin selama ini sihir itu ada dan hanya disembunyikan oleh negara?'
Hati Faishal bergetar memikirkan segala kemungkinan tentang adanya sihir di dunia ini, meskipun Faishal ragu tentang keberadaan sihir dalam pikirannya, tetapi jauh dalam lubuk hatinya Faishal tahu bahwa kekuatan yang dia lawan saat ini adalah sihir bahkan Faishal menyadari itu pada saat pertama kali dia melihat bola api raksasa yang seketika muncul entah dari mana hanya saja logikanya menolak untuk mengakui hal itu.
Disaat Faishal sibuk dengan pikirannya, sebuah suara muncul dalam pikirannya.
[DING! Selamat anda adalah manusia pertama yang dapat mengalami kebangkitan.]