Prolog
Tembok setinggi Tujuh meter mengililingi sebuah kota dan ada banyak orang yang berlarian seperti sebuah festival, tetapi sayangnya itu bukanlah sebuah festival melainkan kekacauan.
Semua orang yang berada di dalam sana sedang dilanda kepanikan karena suara lonceng yang berbunyi dari gerbang kota.
Mereka berlari, berlari seolah-olah malaikat pencabut nyawa akan mencabut nyawa mereka jika mereka berhenti.
Pasukan yang berada di atas tembok dapat melihat bahwa ada banyak sekali manusia yang sedang mengelilingi tembok, mereka memakai Armor berwarna putih, menggenggam perisai berbentuk lingkaran dengan lambang seperti Viper di dada armor dan di tengah-tengah perisai mereka.
Meskipun semua orang yang ada diatas tembok menggunakan armor dan perisai dengan warna serupa, tetapi armor mereka memiliki bentuk yang sedikit berbeda dengan orang-orang yang berada luar tembok, dan perbedaan lainnya adalah lambang yang ada di dada dan perisai mereka berbentuk seperti Pegasus.
*****
Keheningan menyelimuti seluruh area baik dari dalam kota atau pun diluar kota, masing-masing kubu tidak ada yang membuat gerakan sehingga terlihat seperti patung hidup yang berkilau. Seseorang akan dapat mengetahui dalam sekali lihat jika pasukan dari masing masing kubu adalah pasukan kelas satu dengan tingkat displin yang tinggi dan juga mental yang kuat.
Perbedaan dari masing-masing kubu hanyalah Jumlah mereka. Kubu penyerang memiliki Jumlah yang sangat banyak sehingga manusia terlihat seperti butiran debu yang berada dipadang pasir yang luas. Apabila warga sipil melihat banyaknya pasukan yang berkumpul, mereka akan merasakan intimidasi yang sangat kuat sehingga mereka mungkin akan langsung pingsan ditempat.
Situasi saat ini dapat dikatakan sebagai pengepungan kota.
*****
Keheningan yang menyelimuti seluruh area sirna ketika kubu penyerang memulai gerakan mereka, diiringi oleh suara dentuman drum, tiupan terompet dan suara hentakan kaki dari puluhan ribu pasukan membuat siapapun yang melihat adegan ini akan merasakan mati rasa di seluruh tubuh mereka.
"Pasukan pemanah! Bidik musuh yang terlihat seperti memiliki pangkat tinggi atau terlihat seperti kuat, dan jangan buang amunisi dengan musuh yang tidak bisa kalian bidik."
"Laksanakan Komandan!"
Pasukan penyerang mulai mendekati Gerbang kota dengan Battering Ram mereka, bahkan beberapa pasukan penyerang sudah menginjakan kaki mereka di tembok berkat siege Tower yang mereka bawa. Oleh karna itu Intensitas peperangan meningkat ketingkatan yang baru.
"Sialan! Kapan pasukan bantuan akan tiba, apakah ada kabar terbaru dari kota sekitar?"
"M-Maaf Komandan, kota terdekat dengan kita juga sedang berada dalam pengepungan, K-Kami sudah mengirimkan permintaan bantuan lainnya ke benteng terdekat, tetapi kami tidak bisa memastikan kapan mereka akan datang."
"Lalu bagaimana dengan pasukan pribadi bangsawan atau pasukan aliansi pedagang?"
"I-Itu, Mereka masih berdiskusi apakah harus meninggalkan kota atau bertahan sampai pasukan bantuan tiba"
'BAAMM!!!' "Brengsek!, para bangsawan dan pedagang sialan itu!!" Sang Komandan memukul meja dengan sekuat tenaga dikarenakan rasa kesalnya terhadap perilaku para Bangsawan dan Walikota.
Ditengah-tengah gerutuannya terhadap para Bangsawan, seseorang berlari mendekatinya.
"Lapor Komandan! Battering ram musuh sedang mencoba untuk membobol pintu gerbang utara."
"Sialan! Tuangkan minyak dan bakar mereka."
Battering ram yang sedang mencoba untuk menghancurkan gerbang disirami oleh minyak dan seketika terbakar berkat panah api dari kubu bertahan.
Jeritan demi Jeritan menyakitkan terdengar dari kubu penyerang baik yang disebabkan oleh terbakar api, tertusuk panah, atau tersayat oleh pedang.
Tetapi itu tidak mengurangi moral dari pasukan penyerang yang masih berusaha untuk masuk kedalam kota baik itu melalui tembok atau menghancurkan gerbang kota.
Waktu demi Waktu berlalu, baik pihak penyerang atau bertahan bertarung dengan segenap kekuatan mereka. Bunuh dan membunuh itulah isi pikiran mereka saat ini.
Ketika waktu berjalan terus menurus, sampai akhirnya gerbang kota pun hancur.
"Lapor Jenderal! Gerbang kota telah berhasil kita hancurkan."
"Akhirnya! Akhirnya! Kirimkan Heavy cavalry disusul dengan Heavy Infantry dan Ingat Prioritas pertama adalah membunuh Komandan Zaed, menguasai kota adalah prioritas kedua."
"Baik Jenderal."
'SWOSSHHHH, DOOMM'
Ketika sang Jenderal ingin kembali ke tendanya tiba-tiba sinar yang sangat menyilaukan masuk dalam pandangannya, diikuti dengan suara nyaring berdengung di telinganya.
Cahaya yang muncul itu memiliki sinar yang sangat jauh, sejauh mata menandang, seakan-akan Sinar dari cahaya itu menyelimuti seluruh dunia. Cahaya itu juga memancarkan aura nan Agung membuat seluruh makhluk terdiam dan melupakan seluruh pekerjaan mereka, bahkan ada yang bersujud dan menyembah Cahaya itu.
Tentu saja tidak terkecuali mereka yang sedang berperang, pasukan yang seharusnya saling membunuh satu sama lain seketika melupakan apa yang harus mereka lakukan, dikarenakan Cahaya yang indah nan Agung tersebut. Didalam hati mereka, mereka ingin langsung bersujud, tetapi ditahan oleh insting mereka. Jadi yang bisa mereka lakukan hanyalah melihat sambil meneteskan air mata dikedua sudut mata mereka.
Cahaya yang muncul dari langit membentangkan 10 pasang sayap putih yang megah dan perlahan-lahan mendekati tanah.
"Indah sekali….."
Dan seketika....
'DOOOMMMM'
Pada saat cahaya itu menyentuh tanah, seketika gelombang kejut cahaya yang sangat menyilaukan menerangi seluruh dunia, belahan dunia lain yang seharusnya malam seketika terang seakan-akan gelombang cahaya itu menerjang seluruh wilayah dunia.
--
Hallo para pembaca, ini adalah karya Novel pertama saya, karena itu mungkin masih banyak Typo dan kesalahan kata dalam cerita yang saya buat ini, untuk itu saya butuh saran, masukan dan juga kesan mengenai Cerita pertama yang saya buat ini, dan juga mohon dimaklumi karena saya masih pemula.
Terimakasih para Pembaca yang Budiman.
Salam Hangat dari saya.