Chereads / Sherlock Holmes Next : God of Olympus / Chapter 59 - Prof. Einstein

Chapter 59 - Prof. Einstein

"Tunggu...Pak Sherlock!?"

"Apa kamu yakin mau masuk ke dalam...?!", tanya Leo yang cemas

"Kelihatan lingkungannya....agak horor disini!"

Leo menatap pohon-pohon tinggal tulang batang yang menua.

Banyak tikus keluar masuk bayangan gelap.

Banyak burung gagak bersuara nyaring memanggil kawanannya.

...

...

Burung Gagak diketahui mempunyai kecerdasan tertinggi di antara para burung. Khususnya dalam ahli dalam mencuri berbagai alat bantu manusia yang kecil.

Termasuk jenis burung pengicau.

Di beberapa kebudayaan.

Burung gagak selalu dikaitkan yang buruk.

Di Eropa, burung gagak dipercaya sebagai burung peliharaan penyihir.

Di Indonesia, burung gagak dianggap menjadi pertanda marabahaya.

....

...

Tak ada seorang yang hadir disini.

Dalam kota pusat ini ternyata ada sudut lingkungan yang sepi sunyi banget.

"Tenang....saja!?"

"Kamu...kan....seorang polisi....apalagi....kamu kepala polisi...!?", senyum Sherlock

Sherlock Holmes mengetok pintu berkaca-kaca.

Menatap gantungan kata 'OPEN' di balik pintu tersebut.

"Sebentar....aku akan buka pintunya....!!", teriak seorang wanita.

"Krekkk"

"Oh....Pelanggan ya...."

"Maaf....ya.....jarang ada pelanggan ke sini....jadi....pintunya ditutup"

"Silakan masuk....Pak....", jelas wanita bertampang secretariat professor.

Sherlock dan Leo masuk ke dalam Laboratory yang dapat periksa sample batu.

"Silakan ditunggu ya...."

"Professor.....sedang diluar...."

"Mandraguna Wine....Seorang Asisten Professor", sapa kenalnya

"Aku akan menghubunginya....", pinta wanita sembari menyajikan secangkir kopi hangat di pagi hari.

......

Mandraguna mengambil telepon dari dalam tas wanitanya.

Tetapi bukan telepon kabel yang sudah banyak digunakan oleh semua orang.

Melainkan.

Telepon genggam seukuran botol yang dipegang oleh Mandraguna Wine.

"Apa...yang kamu...pegang.?!"

"Apa itu benaran telepon versi terbaru....!?", penasaran Leo Napoleon yang juga ingin punya seperti itu di markas kepolisiannya.

Mandraguna Wine merasa ceroboh di pagi hari.

Telepon genggam yang masih uji coba ini belum boleh diketahui oleh orang lain.

"Waduuhh...."

"Maaf....Pak Polisi.....Ini masih uji coba....hanya sebatas komunikasi 10 mil dari sini.", jelas Wine

"Belum dipasarkan....", keringat Wine yang agak panik.

Karena sudah diketahui oleh Sherlock dan Leo.

Wine tetap lanjut menghubungi Professornya dengan telepon genggam.

'Wow.....dunia makin maju lebih cepat....dengan kehadiran orang cerdas', pikir Sherlock

.......

Sherlock dan Leo memandang setiap sudut ruangan Laboratory yang kelihatan simple dengan banyak pintu-pintu berlabel.

Sembari menunggu kedatangan Professor.

Beberapa puluhan menit kemudian.

Secangkir kopi pun habis diminum.

Teko yang menyajikan kopi pun juga habis diminum oleh Sherlock dan Leo.

"BRAKKKK"

Suara pintu dibuka sangat cepat.

"Halo....Aku Professor Einstein"

"Pemilik Laboratory ini....."

"Apa kamu pelangganku....yang periksa sesuatu...?!", ucapan cepat Einstein yang berpakaian ala penambang sejati.

Sherlock dan Leo kaget.

Mendadak muncul dan langsung disapa olehnya.

"Oh...Maaf...Kalau membuat kalian kaget..."

"Hmmm....Aku ganti pakaian dulu...Mohon tunggu ya", mohon Einstein yang terkejut melihat rupa dirinya.

Baru masuk pintu ruang pribadinya sedetik langsung cepat ganti berpakaian baru.

"Jrennngggg"

Langsung sudah berpakaian ala ilmuwan dengan baju putih panjang.

'Eh....bagaimana cara tuh....cepat amat ganti pakaiannya', pikir Sherlock yang terkejut.

Duduk bersama di dalam Laboratory seperti tersedia meja dan sofa serta kursi di ruang tamu.

Sherlock menunjuki 6 sample batu yang diambilnya dan serta sebotol cairan kental dari perusahaan pertambangan tersebut.

Wine seorang Asisten Professor ini mengambil buku nota tanda terima untuk sebagai bukti terima sample-sample batu.

"Wow....Batu apa ini.....Aku belum pernah lihat seperti ini...."

"Dimana....kamu dapatkan....?!"

"Kasih tahu kepadaku....Pak....", tanya serius Einstein

Sherlock membalasnya.

"Aku Sherlock Holmes.....dan ini Leo Napoleon....Seorang Kepala Polisi...!?", sapa Sherlock

Einstein kaget dan baru sadar setelah melihat pakaian dinas Leo.

"Apakah ada masalah disini, Pak Polisi?!", cemas Einstein yang takut terkena kasus.

Leo hanya tersenyum tawa.

"Tidaaakkk....Tidaakk...Tidak ada masalah...."

"Aku hanya menemani pemuda ini...jalan-jalan...", jelas Leo untuk meredakan ketegangan Einstein

..........

"Baiklah...."

"Aku mengambil dulu....sample-sample batu...."

"Besok pagi...sudah dapat diterima hasil labnya....karena aku akan langsung kerjain..."

"Mumpun lagi tak ada pelanggan....yang datang", senyum Einstein sembari memeriksa memakai lensa tangan.

Sherlock yang merasa yakin pasti akan pada keahlian professor Einstein dan keadaan ruangan laboratory tersebut.

Berani mengeluarkan sebuah kantong yang berisi batu misterius.

Batu hitam berbuih keemasan.

Kepada Professor Einstein.

"Ini yang terakhir"

"Mohon juga diperiksa, Professor Einstein", tunjuk Sherlock.

Einstein menerimanya dan memeriksanya.

Terpukau dan kagum akan keindahan batu misteri ini.

Bangun berdiri.

Mendekati kaca jendela yang diterangin oleh cahaya matahari.

Memegang batu misteri dengan tangan kanannya.

Mengarahkan kepada wajah matahari.

Batu misteri berubah warna menjadi hitam berbintik keputihan.

"Wow...Ini pasti batu ajaib, Pak Sherlock", senyum Einstein.

.......

"Baiklah....Aku periksa semuanya...."

"Jangan lupa bayar jasa periksanya ya!?", rayu Einstein yang sedang butuh uang untuk bertahan labnya.

Setelah Sherlock dan Leo mengurus biaya administrasi kepada Mandraguna Wine Seorang Asisten Professor Einstein.

Yang lumayan fantasi banget.

Beruntung, masih tersisa sekantong koin-koin emas di dalam gua peti emas.

..........