Chereads / Laskar Dewa Series Episode II Sitija (Sang Yadawa Terakhir) / Chapter 16 - Legenda Kisah Cinta Bhomabomantara Bagian III

Chapter 16 - Legenda Kisah Cinta Bhomabomantara Bagian III

Bahkan Ketika Raden Guritno Sudah Dalam Terdesak Hebat. Bantuan Dari Keenam Mahasenapati yang juga Pamannya. Seolah Tidak Berdampak Fatal Pada Prabu Bhomabomantara. Pertempuran Kedua Ksatria Raksasa Berbeda Jenis Yang Terlihat Menakjubkan Sekaligus Mengerikan Di Medan Laga. Tak Berselang lama Raden Samba Menyusul Kearah Pertempuran. Menyusul Keberadaan Sang Ibu yang Menghantamkan Anak Panah Naracha Kearah Pasukan Raksasa Prajathista.

"KANJENG IBUNDA…!"Teriak Raden Samba Sambil Mendekatkan Jarak Terbang Paksi Mahambira dan Paksi Wildata.

"AKHIRNYA KAU DATANG JUGA,PUTRAKU…!"Balas Sang Ibunda kearah Putranya.

"KANJENG IBUNDA, KANJENG IBUNDA SEBAIKNYA MENOLONG ADI GURITNO BESERTA KEENAM PAMAN .MEREKA SEDANG KEWALAHAN MENGHADAPI AMUKAN PRABU BHOMABOMANTARA.BIARKAN HAMBA YANG MEMBANTU PARA PASUKAN UNTUK MENGHABISI SISA-SISA PRAJURIT RAKSASA PRAJATHISTA…!"

jelas Raden Samba Kepada Sang Ibu.

"BAIKLAH,NGGER…!"Teriak Dewi Satyabhama Sang Ibunda kearah Putranya.

Dewi Satyabhama Segera Membelokkan Terbang Paksi Wildata Kearah Pertempuran Raden Guritno dan Prabu Bhomabomantara. Raden Samba Meneruskan Tugas Ibunda Menggunakan Busur Melepaskan Anak Panah Narayanastra dan Khsurapa kearah Sisa Sisa Prajurit Raksasa Prajathista dari Arah Angkasa. Paksi Mahambira Memekik Keras Sambil Melayang Bermanuver. Setiap Raden Samba Akan Melepaskan Anak Panah dari Busurnya. Sementara Jutaan Pasukan Penunggang Ular Naga dan Biawak Raksasa Jangkarbhumi mulai Melakukan Serangan Mengerikan Dengan Melontarkan Racun Upas Anta Yang Bisa Membuat Tubuh Para Prajurit Raksasa Prajathista seketika Melepuh. Jutaan Teriakan Para Raksasa Prajathista yang Mendekati Ajal. Seperti Tidak Dihiraukan oleh Pasukan Kerajaan Kaum Yadawa Juga Menggunakan Keberaniannya Kembali Membantu Pasukan Ditya Pringgodhani dan Naga Jangkarbhumi. Dari Berbagai Penjuru Arah Tiba -tiba Jutaan Pasukan Raksasa Ditya Trajutrisna Yang Dipimpin oleh Raden Wilugangga dan Raden Prabakusuma. Juga Mengepung Sisa sisa Pasukan Raksasa Prajathista tanpa Ampun. Para Pasukan Trajutrisna Mengamuk Membabi Buta Kearah Pasukan Prajathista Yang Mulai Kehabisan Tenaga.

Raden Prabakusuma dan Raden Wilugangga Melepaskan Anak Panah Pasopati dan Ardhadedali Bergantian. Menembus Pertahanan Pasukan Raksasa Prajathista. Dengan Mengendarai Kuda Pilihan. Sementara Raden Sisupala dan Raden Kertawarma Semakin Mengamuk ketika Mengetahui Kedua Ayahandanya Tewas Terbunuh Di Pertempuran Sengit Melawan Dua Mahasenapati Prajathista. Setelah Membawa Kedua Jasad Kaku Sang Ayahanda kesebuah tempat sepi. Raden Sisupala dan Raden Kertawarma Kembali Ke Medan Pertempuran. Dengan Menggunakan Ajian Tapak Wisa yang Dilambarkan Di Kedua Tangannya yang Memegang Dua Bilah Pedang. Raden Sisupala Membabat Semua Pasukan Raksasa Prajathista Yang Berada Didepannya. Darah Bertebaran Dimana -mana Ketika permainan Pedang disertai Ilmu meringankan Tubuh Raden Sisupala. Yang Seolah Membuat Tubuh Raden Sisupala dan Raden Kertawarma Seperti Terbang Dan Menebas Kepala Musuh -Musuh Bertubuh Raksasa Yang Berada Di hadapannya. Tak Jauh Dari Pertempuran Disana Raden Guritno dan Keenam Mahasenapati Pringgodhani Yang masih Kewalahan Melawan Amukan Prabu Bhomabomantara.Berusaha Bertahan Melawan Hantaman Tombak Trisula Sang Prabu. Keenam Mahasenapati Pringgodhani pun Setiap kali Dibuat Jatuh Berguling guling Ke Tanah Oleh Prabu Bhomabomantara. Walaupun Keenam Mahasenapati Pringgodhani Tidak Terluka Tapi Cukup Membuat Mereka Kelelahan Melawan Kekuatan Prabu Bhomabomantara. Sampai Akhirnya Dewi Satyabhama Datang Menolong Mereka Tapi Serangan Panah Naracha Bisa Ditangkis Dengan Putaran Tombak Trisula Sang Prabu Bhomabomantara. Raden Guritno Segera Berusaha Menyingkirkan Uwak Putrinya Agak Menjauh Dari Medan Pertempuran.

"BAGAIMANA INI NAKMAS GURITNO,ANAK PANAH NARACHA SEPERTINYA JUGA TIDAK BISA MENEMBUS PERTAHANANYA…?!" Teriak Uwak Putrinya kepada Raden Guritno yang masih menunggangi Paksi Wildata.

"UWAK PUTRI,KALAUPUN DIA BISA MEMBENTENGI DIRINYA.DENGAN TOMBAK TRISULA MILIKNYA,BERARTI SENJATA UWAK PUTRI MEMANG SANGAT BERBAHAYA UNTUK BHOMABOMANTARA.SEBAB BHOMABOMANTARA TIDAK MAU MENEPIS SENJATA APAPUN DAN PUKULAN SEHEBAT APAPUN YANG MENGHANTAM TUBUHNYA.MASALAHNYA KITA BELUM MENEMUKAN TITIK KELEMAHANNYA UWAK…PUTRI.BIARKAN HAMBA BERKONSENTRASI UNTUK MEMBERITAHU SA'AT YANG TEPAT UNTUK UWAK PUTRI MELEPASKAN ANAK PANAH NARACHA KEARAHNYA…!"Jelas Raden Guritno kearah Uwak Putrinya. Sang Uwak Putri akhirnya Menundukkan kepalanya sambil berpegang pada tali kekang Paksi Wildata.

"Biarkan Aku yang melakukannya,Adi Guritno..."

Terdengar remang remang Raden Guritno mendengar suara perempuan Berbisik kearah telinganya. Raden Guritno Segera Terbang Melesat Tinggi kearah Angkasa. Raden Guritno Menghentikan Terbang Dengan Posisi Berdiri Dan mengambang Di Atas Angkasa. Raden Guritno Menyatukan Kedua telapak Tangannya dan Memejamkan Kedua Matanya. Dia Melihat Sosok Perempuan Cantik Mendekatinya. Sosok Yang Raden Guritno Mengenalnya Ketika Sang Kakang Raden Sitija Membawanya Kearah Kerajaan Mandhura.

"Kanjeng Putri Hyangyanawati!"Jawab Raden Guritno Seraya Tersenyum Ramah kearah Sang Putri.

"Iya…Adi Guritno,Biarkan Aku yang menyusul kekasihku Dan Suamiku Raden KalaManthara Atau Prabu Bhomabomantara.Sudah sa'atnya Dia Kudampingi,Ma'afkan Atas Semua kesalahan Yang Kami Berdua Lakukan.Karena Sejatinya Kanda Bhomabomantara melakukan ini Semua Hanya Untukku ,Adi Guritno."Jelas Sang Dewi Hyangyanawati seraya menghaturkan Hormatnya kearah Raden Guritno sambil menitikkan Air matanya.

"Tidak ada yang perlu dima'afkan Kakang Mbok.Semua sudah terjadi,Silahkan Kakang Mbok.Sa'atnya Raden KalaManthara bersatu bersama Kakang Embok Hyangyanawati.Aku Akan Membimbing Kakang Mbok kearah Kakang KalaManthara…"jelas Raden Guritno Kearah Arwah Dewi Hyangyanawati.

Dewi Hyangyanawati tersenyum Seraya Kembali Menghaturkan Hormat Kearah Raden Guritno. Raden Guritno Segera Melapangkan Telapak tangannya kearah Sang Dewi. Sang Dewi menyambut Dengan Memegang tangan Raden Guritno.

Akhirnya Mereka Berdua Kembali terbang Melesat kearah Pertempuran Mahasenapati Pringgodhani dan Prabu Bhomabomantara.

"HENTIKAN…!,KANDA BHOMABOMANTARA…!,AKU MINTA HENTIKAN…!"Teriak Arwah Sang Dewi Hyangyanawati kearah Prabu Bhomabomantara yang Mengamuk Kearah Pasukan Gabungan Kaum Yadawa,Raksasa Kerajaan Pringgodhani dan Kaum Naga Jangkarbhumi.

Seketika Prabu Bhomabomantara Seperti Mengenali Suara Yang Berseru Kearah nya.

"Dinda,Dewi Kamakhya…!"Kata Sang Prabu Lirih.

Sang Prabu Bhomabomantara Akhirnya Menghentikan Pertempurannya. Dia Melihat Sosok Perempuan Cantik Terbang Kearah nya. Sang Perempuan Cantik yang Menitikkan Air matanya Hanya Untuk Sang Prabu. Tiba -tiba Ketika Sang Dewi Hyangyanawati Mendekati Prabu Bhomabomantara. Tubuh Prabu Bhomabomantara Kembali Mengecil Membentuk Tubuh Manusia kembali. Sang Prabu Malih Rupa kembali dengan tubuh dan Fisik Mirip Raden Sitija.Sang Dewi Mengusap Pipi Prabu Bhomabomantara dengan Telapak tangannya yang Lembut.

"Hentikan,Kanda...Tenangkan Diri Kanda.Dinda Sudah berada Disisi Kanda Sekarang…"jawab Sang Dewi Terus Mendekap Tubuh Sang Prabu Bhomabomantara.

Raden Guritno Memberikan Isyarat Kearah Keenam Mahasenapati Pringgodhani Untuk Menghentikan Pertarungannya Dengan Prabu Bhomabomantara. Sementara Dewi Satyabhama Mendaratkan Paksi Wildata. Raden Guritno Segera Mengajak Uwak Putrinya Untuk Membidikkan Panah Naracha Kearah Dada Kiri Sang Prabu Bhomabomantara.

"Uwak Putri,Ketika Dewi Hyangyanawati meraih Tangan kanannya,Bidik Dada kirinya.Arahkan Anak Panah Naracha kearah Jantungnya…!" Pinta Raden Guritno Kepada Uwak Putrinya.

"Tapi,Ngger...Wajah itu!Wajah Kakangmu,Nakmas Guritno.Bagaimana Bisa Dia mirip Putra kesayanganku,Sitijaku…!"kata Dewi Satyabhama Seketika Tertunduk lemas Melihat Kenyataan yang harus Dihadapi.

Tak Terasa Tubuh Dewi Satyabhama seperti Lemas Sang Dewi Menangis Terisak -isak Mengingat Putra kesayangannya. Tiba -tiba Ada Tangan meraih Pundaknya. Sang Dewi Segera Menoleh Ternyata Sang Suami Prabu Narayana Sudah Tersadar dari Pingsannya. Sang Suami Tersenyum kearah Sang Istri.

"Dinda, Meski Mirip Bukan berarti Dia Putra Seorang Satyabhama,Dinda.Dahulu Ketika Engkau Menjadi Dewi Pratiwi,Engkau Kehilangan Dua Orang Putra kembarmu.Kau Merawatnya,Kau Juga Yang berjanji Jika Suatu Hari Nanti Kalamanthara Diberi Umur Panjang dan Bisa menguasai Dunia. Asalkan Kalamanthara Masih mempunyai Hati yang bersih Untuk Menjaga Hatimu.Walaupun Alasannya hanya Sebuah Pencarian Cintanya,Tapi Apa yang dilakukannya tetaplah Salah.Bhomabomantara telah Melecehkan Martabat Wanita.Dia Tidak Pernah Mau Memikirkan Nasib Enam Belas Ribu Putri yang telah Dia Bunuh Orang tuanya,Dia Ambil Seluruh Kerajaannya.Bahkan Bhomabomantara Juga Membiarkan Putra Kembarmu Menodai Sebagian Dari Para Putri -putri itu.Bhomabomantara tidak membela Ketika Dua Orang Putra Kembarmu Menistakan Mereka.Dengan Cara memperkosa Dan menelanjangi Mereka Di depan Matanya,Dinda .Dia Bukanlah Putraku dan Putramu Lagi.Penuhi Takdirnya,Sesuai Ucapanmu Bahwa Nyawanya Berada Di tanganmu."jelas Sang Narendra Khrisna Kearah Sang Istri.

Sambil Mengusap Air mata Sang Istri. Lalu Mendekap Tubuhnya Akhirnya Sang Narendra. Membangunkan Tubuh Sang Istri.

"Kuatkan Hatimu, Dinda.Arahkan Panah Naracha ,Anggaplah Dia Bukan Lagi Putra Kita.Bhomabomantara Juga yang menjauhkan Hatimu dari Putra kesayanganmu Raden Sitija,Lakukanlah Sekarang…!"Perintah Sang Suami kearah Sang Istri Tercinta.

Dewi Satyabhama Menghembuskan Nafasnya Dalam -dalam.Lalu Sang Dewi Mengarahkan Bidikan Anak panah Narachanya dengan Busur Sarnga Kearah Sang Prabu Bhomabomantara.