Seperti Janji Sang Narayana Dibantu Oleh Para Pandawa Seluruh Penduduk Mandhura Melakukan Pengungsian Kearah Dwarawati. Ketika Fajar Menyingsing Arak -Arakan Rombongan Jutaan Penduduk dan Pasukan Dwarawati, Amartapura Dan Mandhura Berjalan Bersama. Tapi Diluar Dugaan Prabu Jarashanda, Prabu Sisupala dan Prabu Kalyawan Bersama Pasukan Magadha,Yawana dan Cedi Sudah Menghadang Rombongan Pasukan Dwarawati, Amartapura dan Sisa -sisa Pasukan Mandhura. Prabu Khrisna Berusaha Mengulur Waktu agar Tidak Terjadi Lagi Pertumpahan Darah. Maka Sang Narayana ditemani Dua Orang Pandawa Yaitu Raden Werkudara dan Raden Janaka yang menyamar Menjadi Resi Pendamping Penduduk Melakukan Perundingan Dengan Kedua Raja dari Magadha dan Cedi.
"HEIII…NARENDRA BANGSAT,APAKAH KAU AKAN MENYERAHKAN GELAR NARENDRAMU PADAKU…!!"Teriak Prabu Jarashanda kearah Sri Khrisna.
"Tentu saja …Kakang Jarashanda.Jika Kakang mau memenuhi Satu permintaan Terakhirku. Ketika Aku bertemu Dengan Kakang Giribajra(Jarashanda), Adi Sisupala dan Kakang Kalyawan .Bahkan Tidak Hanya Gelar Narendra saja ,Mandhura, dan Dwarawati akan Aku Berikan Pada Kakang Giribajra…! "jawab Sri Khrisna Tersenyum sambil Menghaturkan Hormat kearah Musuh didepannya.
"Cuiihh…!BENARKAH ITU,KHRISNAA BANGSAT…!?"Tanya Prabu Sisupala tersenyum mengejek kearah Sang Narayana Sambil Meludah Ketanah.
"Tentu Saja ,Asalkan Dua Atau Kalian Bertiga Mau Bertarung Secara Ksatria Denganku dan Dengan Resi Dandung Wacana Atau Resi Begawan Kiritin,Bagaimana…?"Tanya Balik Sang Narayana kearah Mereka Bertiga.
"ADII…NARAYANA,APA YANG KAU KATAKAN…?KAU SADAR DENGAN UCAPANMU…!!"Teriak Prabu Baladewa kearah Adiknya. Dengan penuh Marah dan Keheranan kearah Adik kandungnya.
"Tenanglah…Kakang Kakrasana.Ini adalah Kesempatan Kita …"Kata Prabu Narayana Seraya Berbisik Kearah Sang Kakang Yang Geram melihat Kelakuan Adiknya.
"Tapi… Raden Werk-!" Tiba -tiba Ucapan Sang Kakang Diberikan Tanda dengan Telunjuk kearah Bibir Adiknya Sambil Menggeleng -gelengkan Kepalanya Pelan -pelan. Akhirnya Prabu Baladewa Hanya menundukkan Kepalanya dengan Lesu.
"Baiklah,Jika itu kesepakatannya.Jika Aku menang dalam Adu Pertarungan ini,Aku Tidak hanya Memiliki Mandhura dan Dwarawati.Tapi Aku Juga akan Mengorbankan Kepala Kalian Berdua .Beserta Kepala Dua Resi Itu Sebagai Tumbal Keseratus Persembahan KalaRudra.Bagaimana Adi Narayana?"kata Prabu Jarashanda Kearah Sri Khrisna dan Prabu Baladewa.
"BANGSAT…KAU JARASHANDA…!!"Teriak Prabu Baladewa Seketika Mengeluarkan Dua Tombak Senjata Andalannya Nenggala dan Alugara.
Tombak Nenggala Adalah Tombak Berukuran Setengah Badan Sang Prabu Dengan Mata Seperti Sabit. Sedang Alugara Adalah Tombak Panjang Dengan Mata Pisau Tajam Atas Dan Bawah.Kedua Tombak Berwarna Merah Darah Langsung Berputar Seperti Pusaran Badai. Tapi Tiba -tiba Sang Narayana Menghadang Serangan Sang Kakang sambil Memegang Pundak Kanannya.
"APALAGI,INI ADI…!?"Teriak Sang Kakang Kembali kearah Sang Adiknya.
"Sekali lagi Tenangkan Dirimu Kakang Kakrasana.Biarlah Aku yang Mengatasinya, Tenangkanlah Dirimu Kakang…"Perintah Sang Adik Ditengah Kemarahan Sang Kakang.
"Baiklah…Mau Kalah ataupun Menang,Aku Akan Menghajarnya…!!"kata Sang Kakang sambil Menghela nafas Panjang.
Sang Narayana Hanya Menganggukkan Kepalanya. Prabu Baladewa Segera Mundur Beberapa Langkah Kembali Menaiki Gajah Puspadentha Tunggangannya.
"Baiklah Kakang Giribajra,Aku Penuhi Permintaanmu…"Jawab Sang Narayana sambil tersenyum.
"ADIII…NARAYANA…!"Teriak Sang Prabu Baladewa sambil Melotot Kearah Sang Adik.
"Tenanglah,Kakang…"Jawab Sang Narendra Seraya Tersenyum Kearah Sang Kakang kembali.
"Ha…Ha…Ha…Baiklah Jika Itu Maumu ,Adi Narayana.Siapa Yang akan Kau Tunjuk Menjadi Lawan Tandingmu,Dan Siapa Yang Kau Tunjuk Menjadi Balamu…?"Kata Prabu Jarashanda.
"Resi Dandung Wacana,Dia Yang akan Melawanmu Dan Dua Mahasenapatimu Raden Hamsa Dan Raden Dimbaka Atau Begawan Kiritin, Terserah Padamu, Kakang Giribajra.Pilih Salah satu Saja Diantara Mereka. Aku Akan Berhadapan Dengan Kakang Kalyawan ,Kesinilah Resi Dandung Wacana dan Resi Begawan Kiritin…!"Perintah Sang Narayana Sambil Menunjuk Kearah Raden Werkudara Dan Raden Janaka. Raden Werkudara Dan Raden Janaka Segera Maju Kearah Tengah Medan Pertempuran.Raden Werkudara Dengan Membawa Gadha Lukitasari Dan Raden Janaka Tetap Membawa Gendewa Dan Anak Panah Yang diselempangkan Di Atas Bahunya. Gadha Lukitasari Adalah Gadha Kecil Bewarna Hitam Tapi Banyak Dipenuhi Oleh Besi Mirip Paku Tajam.
"Ha…ha…ha…Baiklah Aku Memilih Resi Yang Berbadan Tinggi Besar Itu,Adi.Resi Dandung Wacana,Mari Kita Bermain-main Sang Resi.Ayo Mahasenapati Hamsa dan Mahasenapati Dimbaka.Kita Hajar Resi Berbadan Kekar Ini,Ha…ha…ha…!"Setelah Berkata Prabu Jarashanda Melakukan Krodha Triwikrama Merubah Wujudnya Menjadi Sosok Raksasa Denawa Bertubuh Besar Menyerupai Tinggi Badan Para Ditya.
"HMMMM -ADI JANAKA.HMMM-MUNDURLAH,ADI.HMMM-BIAR BEGUNDAL INI ,AKU YANG MENGHADAPINYA.HMMMm..."Kata Raden Werkudara Kearah Sang Adik.
"Silahkan Kakang Bhima,Hamba Pamit Kembali Kearah Rakyat Dwarawati. Kakang Bhima..."Jawab Adik Sambil Tersenyum Dan Menghaturkan Hormat Kepada Sang Kakak.
Kemudian Raden Janaka Kembali Menuju Rombongan Pengungsi Dari Kerajaan Mandhura.
Prabu Jarasandha Yang Berubah Menjadi Raksasa Segera Berlari Kearah Raden Werkudara Begitu Juga Dengan Para Mahasenapatinya. Sementara Prabu Kalyawan Yang Berhadapan Dengan Prabu Narayana Segera Berlari Kearahnya. Seketika Cakrasudarsana Menghantam Tubuh Sang Prabu Kalyawan. Tapi Senjata Cakrasudharsana Tidak Bisa Melukai Sang Prabu Kalyawan. Tiba -tiba Sosok Garuda Datang Sambil Mengepak -epakkan Sayapnya Menebar Debu Berterbangan Kearah Sang Prabu Kalyawan. Prabu Kalyawan Segera Menutupi Pandangan Matanya dengan menyilangakan Pergelangan Tangannya. Sosok Paksi Bernama Garuda Mahambira Muncul Ditengah pertikaian Antara Prabu Narayana Dengan Prabu Kalyawan. Tanpa Disadari Prabu Narayana Sudah Menunggangi Paksi Mahambira Sambil Melontarkan Cakrasudharsana Kearah Prabu Kalyawan.
"BANGSAT…KHRISNA JANGAN LARI KAUUU,BIADAB…!"Sumpah Serapah Sang Prabu Kalyawan Kearah Sang Narendra Sambil Menggunakan Kemampuan Terbangnya Mengejar Sang Narayana yang Menunggangi Paksi Mahambira. Sambil Melontarkan Cakrasudharsana Yang Bisa Berpendar Menghantam Tubuh Prabu Kalyawan yang Seperti Baja. Terlihat Seperti Percikan Percikan Api Ketika Senjata Cakrasudharsana Mengenai Tubuh Raksasa Denawa Sang Prabu Kalyawan Yang Tetap Berusaha Mengejar Sang Narendra Dwarawati.
Sementara Raden Werkudara Yang Berhadapan Dengan Prabu Jarashanda, Mahasenapati Hamsa dan Mahasenapati Dimbaka.Raden Werkudara Berusaha Menahan Serangan Pukulan Gadha dan Sabetan Pedang Dengan Menangkis Serangan Ketiganya. Dengan Sesekali Mengeluarkan Ajian Bayubajra dan Blabak Pangantol -ngantol Ungkal Bener. Raden Werkudara Menyerang Ketiga Lawannya Dengan Seolah Memiliki Kecepatan Berpindah Tempat Dengan Cepat. Hingga Tanpa Disadari Oleh Mahasenapati Dimbaka Raden Werkudara Tiba -tiba Sudah Melompat Dari Arah Belakangnya. Dan ...
"BLAARRR…!!"
Terdengar Bunyi Ledakan. Kepala Mahasenapati Dimbaka Hancur Berantakan Kulit Kepalanya terlontar Ketanah Darah Bercampur Otak Yang Hancur Bertebaran Di Tanah. Kepala Raden Dimbaka Yang Hanya Tersisa Leher Bersimbah Darah Tergeletak dan Mengejang Sebentar Meregang Nyawa. Melihat Saudaranya Meregang Nyawa Raden Hamsa Segera Melangkahi Tubuh Kembarannya. Tiba Tiba Keanehan Terjadi Raden Dimbaka yang Tanpa Kepala Kembali Berusaha Berdiri. Dengan Posisi Merangkak pasir Tanah Didepan Tubuh Raden Dimbaka Seolah tertarik memasuki Lehernya Pasir Itu Dengan Cepat Membentuk Gumpalan Darah Dan Menjadi Tulang Tengkorak Raksasa. Hingga Membentuk Wajah Raksasa Raden Dimbaka Kembali Utuh.
"KEPARAT…KAU RESI DANDUNG WACANA,KAU TIDAK TAHU BERHADAPAN DENGAN SIAPA…!!?"Hardik Raden Dimbaka Kemudian Kembali Membantu Kedua Saudaranya Melawan Raden Werkudara.
Pertarungan Mereka Bertiga yang Berlangsung Hampir Dua puluh tujuh hari.Membuat Apa yang Mereka Lewati Hancur Berantakan. Tak Perduli Sebuah Kerajaan, Hutan Belantara Dan Semua Tempat yang Disinggahi Oleh Pertarungan Mereka Bertiga. Pertarungan yang Selalu Membuat Raden Werkudara yang Selalu Mengulang Serangan -serangannya . Akhirnya Juga Membuat Raden Werkudara Mulai Kelelahan, Disaat Posisi Raden Werkudara Hampir Terdesak. Raden Werkudara Melihat Bayangan Yang Mengikutinya Yang Ternyata Adalah Sang Kakak Sepupunya Narendra Khrisna. Sri Khrisna melihat kearah Raden Werkudara. Sri Khrisna Memberi Isyarat Dengan Mengepalkan Kedua Tangannya lalu Mengadu Kepalan Kedua Tangannya. Raden Werkudara lalu Menganggukkan Kepalanya kearah Sang Kakak Sepupunya.