Chapter 21 - Binasanya Sang Giribajra

Pertarungan yang Selalu Membuat Raden Werkudara yang Selalu Mengulang Serangan -serangan dan Ajian miliknya.Hingga membuat Raden Werkudara yang Mulai Kelelahan. Pada Akhirnya Raden Werkudara pun Hampir Terdesak.Sampai Raden Werkudara Melihat Bayangan Yang selalu Mengikuti arah pertarungannya Yang Ternyata Adalah Kakang sepupunya Prabu Narayana. Prabu Narayana melihat kearah Raden Werkudara. Prabu Narayana Memberi Isyarat Dengan Mengepalkan Kedua Tangannya lalu Mengadu Kepalan Kedua Tangannya. Raden Werkudara lalu Menganggukkan Kepalanya kearah Sang Kakang.

Raden Werkudara Akhirnya Menyelempangkan Gadha Yang Ia Gunakan. Gadha Lukitasari Seketika Berubah Menjadi Cahaya Dan Masuk Kedalam Dada Raden Werkudara.Kemudian Mulai Memulai Serangannya Kembali Menggunakan Senjata Yang Berada Di Bagian Tubuhnya. Senjata yang berada Di Bagian Tubuh Raden Werkudara sejak Dilahirkan. Senjata Yang Berada Di Sela -sela Jari Telunjuk Dan Jari Tengah tangannya. Senjata Berupa Kuku Tajam Seperti Cakar Elang Yang Bernama Kuku Pancanaka.

Raden Hamsa dan Raden Dimbaka Yang Gusar Akhirnya Menyerang Raden Werkudara Secara Bersama -sama.Dengan Ajian Blabak Pangantol -antol Ungkal Bener. Raden Werkudara Kembali Bergerak Laksana Kilat Dengan Membelakangi Serangan Ksatria Kembar Mahasenapati Kerajaan Magadha. Tanpa Disadari Oleh Kedua Mahasenapati Magadha Raden Werkudara Sudah Menjambak Rambut Kedua Ksatria Raksasa Kembar. Dan Dengan Menggunakan Ajian Bayu Bajra. Raden Werkudara Mengadu Kedua Kepala Mahasenapati Kembar Kerajaan Magadha.

"BLARRRRR…!!"

Terdengar Kembali Bunyi Ledakan yang Memekakkan Telinga. Ketika Kedua Kepala Kedua Mahasenapati Magadha Beradu. Raden Werkudara akhirnya Terpental Beberapa Langkah. Tapi Dengan Sigap Raden Werkudara Kembali Berdiri. Di Kedua Tangan Raden Werkudara Yang Bernafas Terengah-engah. Raden Werkudara Masih Menggenggam Sisa -sisa Rambut lengkap dengan Kulit Kepala Dengan Seperempat Tengkorak yang Masih Dilapisi Kulit Muka Kedua Mahasenapati Magadha. Seluruh Badan Raden Werkudara Bermandi Darah dan Gumpalan -Gumpalan Otak Kedua Mahasenapati Magadha.Terdapat Hujan Darah Bercampur Otak, Mata dan Serpihan Tulang Tengkorak Membasahi Tanah Tempat Pertarungan Mereka. Tubuh Kedua Mahasenapati itupun Ambruk Tanpa Kedua Kepala Bagian Atas Mereka. Sebagian Dari Wajah Raden Dimbaka hanya Tersisa Separuh Wajah Utuh. Sedang Raden Hamsa Yang Paling Mengenaskan Hanya Tersisa Bagian Rahang Atasnya Saja. Kedua Tubuh Adik Prabu Jarashanda itu Mengejang -ngejang Dan Terdengar Suara Raden Dimbaka Mengerang Sesa'at sambil Memuntahkan Darah. Kemudian Kedua Tubuh Mahasenapati Kembar Magadha Tak Bergerak.

"TIDAAKKK…ADI HAMSAAAA,ADII..DIMBAKAAA…!"Teriak Raksasa Prabu Jarashanda.

Dengan Sigap Prabu Jarashanda Segera Menghampiri Kedua Tubuh Sekarat Sang Adik Kembar. Prabu Jarashanda Memeluk Kedua Tubuh Adik Kandungnya Dengan Menangis Meraung -raung Dan Sesekali Berteriak -Teriak. Kemudian Prabu Jarashanda Menggeram lalu Berdiri. Gerahamnya Bergemeletak Seraya Menghadap Kearah Raden Werkudara yang Terengah -Engah.Dengan Memegang Erat Senjata Gadhanya.

"BANGSAATTT…KAUU DANDUNG WACANA AA…!"Setelah Berteriak Kearah Raden Werkudara. Prabu Jarashanda Berlari Kearah Raden Werkudara dan Menyerangnya Kembali. Raden Werkudara dengan Sigap Berusaha Menghindari Serangan Senjata Sang Prabu Jarashanda yang Membabi -buta. Dengan Tetap Mengandalkan Ajian Andalannya Blabak Pangantol -antol Ungkal Bener. Tubuh Raden Werkudara Seperti menghilang Lalu Tiba Tiba Menyerang Dari Arah Belakang Sang Prabu Jarashanda.Pertarungan Keduanya Pun Sangat Terlihat Sangat Menakjubkan Sekaligus Mengerikan. Sang Narayana Tetap Mengamati Mengikuti Pertarungan Raden Werkudara dari Kejauhan. Raden Werkudara Semakin Terkuras Tenaganya. Sedang Serangan Prabu Jarashanda yang Murka Seakan Membuat Raden Werkudara kewalahan. Hingga Disuatu Kesempatan Raden Werkudara Bisa Menendang Dan Membuat Tubuh Prabu Jarashanda Terpental.

Raden Werkudara Kembali Melihat Sang Kakak Sepupunya Prabu Narayana. Kali Ini Sang Kakang Sepupunya Mengambil Sebuah Ranting Kering. Lalu Sang Narayana Memukul-mukulkan pelan Ranting Kering itu Kearah Betisnya. Kemudian Sang Narayana Membelah Ranting Itu Menjadi Dua Bagian. Raden Werkudara Kembali Mengerti Isyarat Dari Sang Kakang Sepupunya. Raden Werkudara Kembali Mengangguk -anggukan Kepalanya kearah Kakang Sepupunya yang Berada Dari Kejauhan.

Raden Werkudara Segera Mengincar Titik Syaraf Dari Prabu Jarashanda. Dengan Gerakan Ajian Blabak Pangantol -antol Ungkal Bener. Raden Werkudara Bergerak Laksana Kilat Hanya Seperti Melewati Prabu Jarashanda. Prabu Jarashanda Seperti Terdiam Sebentar. Seketika Semua Pembuluh Darah Di Tubuhnyanya Sobek Oleh Serangan Kuku Pancanaka Milik Raden Werkudara. Darah Menyembur Di Kedua Pergelangan Tangan da n Kakinya. Bentuk Raksasa Prabu Jarashanda Ambruk Ketanah meski dalam keadaan Tersadar. Raden Werkudara Yang Terengah -engah Segera Menginjak -injak Lutut Sang Prabu.

Dan …

"PRAKK-PRAKK…!"Terdengar Suara Kedua tulang Ruas Di Bawah Lutut Itupun Patah Hingga Bentuknya Mengarah Kedepan.

Sang Prabu Menjerit Meraung -raung Menahan Kesakitan Teramat Sangat.

"APA YANG AKAN KAU LAKUKAN PADAKU,BANGSAT DANDUNG WACANA…!"Teriak Prabu Jarashanda kearah Raden Werkudara.

Raden Werkudara Tidak Menggubris Teriakan Dan Cacian Dari Prabu Jarashanda. Raden Werkudara Mengangkat Posisi Kaki Kanan Raksasa Itu Dan Diselempangkan Di Bahunya. Kemudian Raden Werkudara Menginjak Paha Kiri Sang Prabu Jarashanda. Dengan Perlahan Lahan Raden Werkudara Menyayat Bagian Bawah Perut Prabu Jarashanda. Prabu Jarashanda Menjerit -jerit Kesakitan Seluruh Isi Perutnya Dikeluarkan oleh Raden Werkudara Dengan Sayatan Tajam Kuku Pancanaka. Darah PrabuJarashanda Menyembur Di Muka dan Tubuh Raden Werkudara Di Tengah Teriakan Kesakitan Prabu Jarashanda dan Memuntahkan Darah . Raden Werkudara Membuat Sayatan Lurus Hingga mencapai Kearah Kepala Sang Prabu. Hingga Ketika Raden Werkudara Melihat Tulang Punggung Prabu Jarashanda. Seketika Dengan Kekuatan Ajian Bayu Bajra Miliknya Raden Werkudara Segera Menebas Tubuh Sang Prabu Jarashanda menjadi Dua Bagian. Yaitu Separuh Bagian Kanan Dan Separuh Bagian Kiri. Kemudian Raden Werkudara membuang Bagian Itu Berlawanan Arah.

Tak Berselang Lama Ada yang Menepuk -nepuk pelan Lengan Raden Werkudara. Yang Ternyata Adalah Sang Narayana Kakang Sepupunya.

"Akhirnya Takdir Mengatakan yang Sebenarnya, Dimas Werkudara.Sang Giribajra Memang harus Binasa di tangan Putra Bibiku…"Kata Prabu Narayana Tersenyum Kearah Raden Werkudara.

Raden Werkudara yang Masih Terengah-engah Hanya Memandang Sang Kakang Sepupunya Dengan Menganggukkan kepalanya Saja.

"HMMM-BAGAIMANA DENGAN KAKANG SISUPALA.HMMMM-KAKANG NARAYANA?!"tanya Raden Werkudara kearah Sang Kakang Sepupunya.

"Dimas Werkudara,Kau bertarung dengan Prabu Jarashanda atau Raksasa Giribajra, Adi Hamsa dan Adi Dimbaka Sudah Lebih dari Dua puluh enam Hari.Aku Selalu membututimu Dimas,Adi Sisupala memang Menaruh Dendam Denganku.Tapi tidak dengan Kakang Kakrasana ,Tidak dengan Kangmasmu Raden Puntadhewa,Tidak dengan Adimu Raden Janaka,Dia Adi Sisupala Menaruh Sakit Hati Kepadaku,Karena Masa lalu.Dia menyukai dan mencintai Keempat Kakang Embokmu,Dewi Rukmini,Dewi Nagnajiti, Dewi Mitrawindha Dan Dewi Leksana.Biarlah Masalah ini Aku yang Akan menyelesaikannya Sendiri Dengannya.Adi Sisupala Tidak Benar benar Ingin Menumbangkan Mandhura.Adi Sisupala hanya ingin Memancing Kemarahanku dengan memanfa'atkan Prabu Jarashanda Dan Kakang Prabu Kalyawan…"Jawab Prabu Narayana Tersenyum kembali Kearah Sang Adi Sepupunya.

"Apa Engkau Sangat Lelah Sekali , Dimas Werkudara…?"Tanya Sang Narayana Kembali kearah Sang Adi.

Raden Werkudara Tersenyum dengan Menjawab dengan Menggeleng -gelengkan Kepalanya kearah Sang Kakang.

"Mari Kita Bertaruh Adi ,Ajian Blabak Pangantol-antol Ungkal Bener Milikmu Atau Paksi Mahambira Milik Putraku Raden Samba Yang Sampai Lebih dahulu Kearah Dwarawati.Menyambut Rusa Guling Bakar Kesukaanmu…"Setelah Berkata Demikian. Tiba -tiba Seekor Elang Raksasa Mengeluarkan Suara Memekakkan Telinga Menghampiri Prabu Narayana.

Prabu Narayana Segera Menaiki Punggung Garuda Raksasa sebesar Seekor Gajah Bernama Paksi Mahambira. Raden Werkudara Kembali Tersenyum Kearah Sang Kakang. Seketika Tubuh Raden Werkudara Seperti Menghilang Dan Tiba -tiba Sudah Berada Sekitar Duapuluh Langkah Di Depan Paksi Mahambira. Raden Werkudara Menoleh kearah Sang Kakang sambil Tersenyum.Kemudian Tubuh Raden Werkudara kembali Menghilang dengan Cepat.Prabu Narayana Tersenyum melihat Adik Sepupunya. Prabu Narayana menepuk -nepuk Leher Paksi Mahambira.

"Ayo…Sahabatku Mahambira,Kita Kejar Dimas Werkudara…!!"

Setelah Mendengar Ucapan Sang Prabu Narayana. Paksi Mahambira Kembali Mengeluarkan Suara Melengking Panjang Hingga Memekakkan Telinga. Sambil Mengangguk -anggukkan Kepalanya.Paksi Mahambira Merenggangkan Sayap Besarnya Dan Mengepak -epakannya,Seketika Angin Dan Debu Berterbangan.Paksi Mahambira Terbang Mengambang Sebentar Di Udara. Kemudian Tubuh Paksi Mahambira Perlahan -lahan Menaiki Langit. Setelah Itu Paksi Mahambira Membelokkan Tubuhnya Kemudian Terbang Melesat Menuju Angkasa.