Kerajaan Amartapura Sebuah Kerajaan Indah Di Tengah Hutan Belantara. Kerajaan Elok nan megah yang Dibangun Oleh Pandawa Dengan bantuan Prabu Narayana dan Prabu Baladewa Di Wilayah Wingit (Angker:Dalam Bahasa Jawa) .Beberapa Hari setelah Penumpasan Prabu Jarashanda Dan Prabu Kalyawan.Sang Raja Prabu Yudisthira mengadakan Upacara Rajasuya di Kerajaan Amartapura. Banyak Ribuan Raja Undangan Yang Menghadiri Upacara Yadnya Yang Digelar Oleh Sang Prabu Yudisthira di Kerajaannya.
Hari itu Suasana di Kerajaan Amartapura Sangat Ramai Didatangi Berbagai Tamu Dari Beberapa Wilayah Kerajaan. Kesembilan Puluh Enam Raja yang pernah Ditawan Oleh Prabu Jarashanda Meminta Agar Prabu Narayana Dianugerahi Tetap dengan Gelar Narendra. Permintaan Para Raja itupun Diperkenankan Oleh Prabu Samiaji (Yudisthira,Puntadewa)setelah meminta Saran Dari Sang Kakek Raden Dewabrata (Resi Bhisma).
Setelah Sebelumnya Ada Suatu Yang sangat Menggelikan Dan Dibuat Bahan Gurauan Para Undangan. Para Rombongan Kerajaan Hastinapura Yang Dipimpin Prabu Duryudana dan Juga Adiknya Raden Dursasana Mengira Lantai Kerajaan Amartapura adalah Kolam Renang Kerajaan. Dan Kolam Renang Kerajaan Dikira Sebuah Lantai Kerajaan. Hingga Rombongan Prabu Duryudana, Raden Dursasana Dan Mahasenapati Sengkuni Terperosok Jatuh Kedalam Kolam Renang Kerajaan. Kecuali Raden Dewabrata dan Resi Durna Karena Mereka Berdua Berada Di Belakang. Melihat Para Undangan Tertawa Terbahak -bahak Begitupun Raden Dewabrata dan Resi Durna.Mereka Berdua Ikut Tertawa Melihat Ulah Lucu Cucu dan Iparnya. Dewi Drupadi yang Kebetulan Juga Melewati Tempat Itu Menambah Keruh Suasana hingga Mempermalukan Rombongan Raja Hastinapura. Dengan Mengatakan Raja Kaum Kampungan. Kontan Saja Para Undangan Semakin Tertawa terbahak -bahak dari Sebagian Yang Mendengar Celetukan Sang Permaisuri Utama Raja Amartapura itu.
Kecuali Raden Radheya (Prabu Basukarna)Yang Semula hanya Tersenyum akhirnya Menolong dan Mengangkat Tubuh Satu demi Satu Rombongan Prabu Duryudana dibantu Oleh Para Raja Undangan. Kontan Saja Muka Sang Prabu Beserta Rombongannya Memerah Karena Malu. Prabu Khrisna Melangkah Kearah Singgasana Kehormatan Yang telah Dipersiapkan. Setelah Melakukan Upacara Yadnya Seluruh Raja Mengucapkan Selamat Kepada Sang Narayana. Termasuk Raja Amartapura Prabu Yudisthira beserta Para Pandawa. Tiba Tiba Terdengar Teriakan Kearah Sang Narayana dari Arah Seluruh Undangan Raja.
"MENGAPA BIADAB BRENGSEK RAJA CABUL INI YANG KEMBALI KALIAN AGUNG-AGUNGKAN.APA TIDAK ADA YANG LEBIH BAIK DARI MANUSIA BERPERILAKU RENDAH INI?HINGGA KALIAN SEMUA MEMILIH SOSOK BINATANG INI MENJADI SOSOK NARENDRA KEMBALI!!"Teriakan yang bersumber dari arah belakang para Raja Undangan. Sosok yang ternyata adalah Prabu Sisupala.
"Adi Sisupala,Apa kabarmu…?"Tanya Sang Narayana kearah Prabu Sisupala sambil Tersenyum sembari menyatukan kedua telapak tangannya.
"BAJINGAN SEPERTI DIRIMU TIDAK PERLU BERBASA-BASI LAGI,HEII…KHRISNA.SERIGALA BIADAB PENGHANCUR KAUMNYA SENDIRI.KAU SEPERTI IBLISSS,BANGSAT…!!"Teriak Prabu Sisupala Dengan Pandangan Geram kearah Sang Narayana.
Sang Narayana Kembali Terduduk Telinga nya terdengar Berdengung Melihat Ocehan Adik Sepupunya Yang Menyumpahinya Tanpa Henti. Sang Narayana Melihat Gerakan Seluruh Mulut Adik sepupunya yang terus menerus Menghinanya. Mata Sang Narayana Memerah menahan amarah Ketika Prabu Sisupala Terus Menyumpahinya tanpa Henti. Seluruh Ruangan pun terdengar Hening. Sampai Suatu Sa'at Sang Narayana Kembali Berdiri.
"KAU BETUL-BETUL ADIK YANG TIDAK TAHU DIUNTUNG ,SISUPALA.SEKARANG APA MAUMU?!!"Tanya Sang Narayana Dengan Nada Geram kearah Adik sepupunya.
"AKU MENANTANGMU DILUAR ISTANA INI BANGSAT.AYOOO…KALAU KAU BENAR-BENAR HEBAT,TERIMA TANTANGAN BERTARUNG DENGANKU,BANGSAT…!!"Gertak Prabu Sisupala Kearah Sang Narayana.
Dengan Menudingkan jari telunjuknya kearah kepala Sang Narayana.
"BAIKLAH AKU TERIMA TANTANGANMU,SISUPALA…!"Jawab Sang Narayana.
Kemudian Prabu Sisupala Keluar Dari Balairung Pertemuan itu Diikuti dari Belakang oleh Prabu Khrisna. Semua Hadirin yang berada Disitu sontak menjadi Ricuh. Tak terkecuali Prabu Yudisthira, Pandawa dan Seluruh Tetua Kerajaan Hastinapura. Mereka Semua mengikuti langkah Dua Ksatria Yadawa yang Berjalan Di Depan Mereka.Sesampai Di Depan Gerbang Pintu Istana Kerajaan Amartapura. Kedua Ksatria Yadawa Itupun Berhenti dan Saling Berhadap -hadapan.
"APAKAH INI YANG KAU INGINKAN?HAII ...SISUPALA.AKU BERUSAHA MENGHORMATIMU ,KARENA AKU JUGA MENGANGGAP MENDIANG PAMAN DAMAGOSA JUGA SEBAGAI PENGGANTI MENDIANG KANJENG RAMAKU SISUPALA,PRABU BASUDEWA…!!"Kata Sang Narendra Dwarawati Dengan Suara Lantang Kepada Adik Sepupunya.
"OMONG KOSONG BINATANG SEPERTIMU TIDAK BISA AKU PERCAYAI BEGITU SAJA ,KHRISNA.KANJENG RAMAKU MATI GARA-GARA PERSETERUAN YANG DIHASILKAN ANTARA PUTRAMU DENGAN PRABU NARAKASURA DAN PRABU BHOMABOMANTARA.SEDANGKAN KAU HENDAK MEMBALASKAN DENDAM ATAS KEMATIAN ANAK KESAYANGANMU,PONAKANKU RADEN SITIJA YANG MATI SAMPYUH(Bahasa Jawa:Mati bersama musuhnya dalam keadaan bertarung) DENGAN PRABU NARAKASURA.HINGGA KAU TEGA MEMANFA'ATKAN SELURUH KERAJAAN WANGSA YADAWA,UNTUK MENJALANKAN DENDAM PRIBADIMU KEPADA BHOMABOMANTARA.IYAAA …,KAN,BIADAB ....MENGAKULAH KAU KHRISNA…!?"Seketika Prabu Sisupala Melompat kearah Sang Narayana Dengan Menggunakan Ajian Tapak Wisa Andalannya.
Kedua genggaman Tangan Prabu Sisupala sampai mengarah ke pangkal lengannya Berubah warna menjadi Hitam pekat. Kedua genggaman tangan Prabu Sisupala mengeluarkan Asap Hitam mengepul Berbau Amis Seperti Bangkai. Tiba tiba Tubuh Prabu Sisupala Ambruk Tertelungkup kearah Depan Sang Narayana.Sesuatu Yang Tidak Diduga Oleh Prabu Sisupala. Kepala Prabu Sisupala Terlepas Dari Badannya. Kepala Sang Prabu Sisupala jatuh kemudian Menggelinding kearah Prabu Yudisthira.Serangan Senjata Cakrasudharsana Yang terlihat sangat Cepat.
Hingga Tidak Bisa Dilihat dengan Mata Orang Biasa. Darah Menyembur dari Leher Tanpa Kepala Prabu Sisupala. Tubuh Prabu Sisupala Yang Tersungkur dan Terjungkal Di Depan Sang Narendra Mengejang -ngejang Sebentar Meregang Nyawa.Darah Yang Keluar Dari Lehernya Menggenangi Pelataran Istana Amarthapura.
Dewi Drupadi Melihat Tangan kanan Sang Narayana Mengucurkan Darah Segera Menyobek selendangnya dan Berlari kearah Iparnya. Kemudian Dengan Sigap Menutupi Luka Sobek diantara Ibu Jari dan Telunjuk Sang Narayana. Dengan Membalut Luka Sang Narayana dengan Sobekan Selendang yang Dewi Drupadi memakainya.Sang Narayana yang Bernafas Tersengal karena Emosi yang Memuncak akhirnya Berhasil Ditenangkan Oleh Prabu Yudisthira. Prabu Yudisthira ikut Mengikuti Sang Permaisuri Kemudian Mengusap -usap Dada Kakang Sepupunya. Sang Narayana Berusaha Menata Nafasnya. Kemudian Sang Narayana kembali Tersenyum Kearah Prabu Yudisthira Beserta Permaisuri nya Dewi Drupadi.
"Terima kasih ,Dinda Drupadi .Terima Kasih Adi Puntadewa…"Kata Sang Narendra Dwarawati kepada Adik Sepupu dan Adik iparnya.
"Ma'afkan Aku,Kakang Narayana.Aku terlambat mengetahui Jika Kakang Selalu Berseteru Dengan Kakang Sisupala .Harusnya Aku Tidak akan mempertemukan Kalian Berdua,Kakang Sisupala Juga sama seperti Kakang Narayana.Kakang Sisupala Juga Baik Dengan Kita Semua,Hanya Saja Persoalan Masalah Dendam Kalian Berdua.Akhirnya Terjadi Pertumpahan darah Sesama Keluarga…"Kata Prabu Yudisthira Kearah Kakang Sepupunya.
"Iya...Adi,Dahulu Ketika Adi Sisupala Lahir .Dia dalam Keadaan Cacat.Paman Damagosa dan Bibi Sruta Memintaku Untuk Menimangnya.Adi Sisupala Dilahirkan Dengan Memiliki Tiga mata dengan Delapan Tangan dan Delapan Kaki.Mata Ketiga Beserta Enam Tangan Itu Berwarna Hitam Legam .Aku Diminta Paman Prabu Damagosa Untuk Menimang Putranya. Paman Damagosa Tahu Jika Suatu Hari Nanti Nyawa Putranya Akan Mati Ditanganku.Ketika Aku Berhasil Menghilangkan Keenam Tangan dan Keenam Kakinya. Berikut Dengan Mata Ketiga yang Berada Di dahinya.Aku Meminta Sanghyang Wenang Untuk Memberkati Cacat Adi Sisupala Supaya Menjadi Kanuragan Dalam Tubuhnya.Paman Damagosa Meminta Satu Hal Padaku,Paman Damagosa yang Sangat mencintai Putranya Ingin Meninggal Terlebih Dahulu agar Dia Tetap Bisa Memberikan Kasih sayangnya Pada Putra Semata Wayangnya.Akupun Mengabulkannya.Setelah Aku meminta petunjuk Pada SangHyang Wenang.Aku Pernah Mengatakan Sebelum Menyerang Prabu Bhomabomantara. Kearah Paman Damagosa. Bahwasanya Aku Akan Memenggal Kepala Adi Sisupala. Ketika Genap Seratus Sumpah Serapah Yang Dilontarkan Padaku,Adi Puntadewa .Dan Hari Ini Aku Memenuhi Sumpahku Pada Adik Sepupuku Sendiri ..."Jawab Sang Narayana Sambil Menghaturkan Hormat Kearah Semua Undangan. Dan Terakhir Sang Narayana Menghaturkan Hormat Kearah Mayat Prabu Sisupala Didepannya.