Chapter 17 - Kematian Bhoma Bag II

Ketika Sang Dewi Hyangyanawati Mendekati Prabu Bhomabomantara. Tubuh Prabu Bhomabomantara Kembali Mengecil Membentuk Tubuh Manusia kembali. Sang Prabu Malih Rupa kembali dengan tubuh dan Fisik Mirip Raden Sitija.Sang Dewi Mengusap Pipi Prabu Bhomabomantara dengan Telapak tangannya yang Lembut. Sementara Sang Dewi Satyabhama Mengarahkan Bidikan Anak panah Narachanya dengan Busur Sarnga Kearah Sang Prabu Bhomabomantara. Tanpa Sang Prabu Bhomabomantara Menyadarinya.

"Dinda,Akhirnya Kau mau Menyusulku Disini.Betapa bahagianya Hatiku Dinda.Dewa Akhirnya Mendengarkan Kata Hatiku Untuk Bersanding Denganmu,Dinda…"Kata Sang Prabu Bhomabomantara tersenyum Kepada Dewi Hyangyanawati Kekasihnya.

Sang Dewi Yang Merangkul Pinggang Sang Prabu. Sang Dewi Menjawab Dengan Menundukkan Kepalanya Di Buaian Pundak kekasihnya.

"Iya…Kanda, Sudah-sudah...Kanda.Ini Sudah Berakhir.Kumohon Hentikan Pertikaian Kanda…!" jawab Sang Dewi.

"Apapun Permintaanmu,Dinda.Bahkan Meskipun Kau Meminta Nyawaku,Aku Akan memberikannya Untukmu.Karena Hanya dengan Berada Disisimu dan Bisa Memilikimu. Bagiku itu adalah Kebahagiaan terbesarku.Dan Hanya itu yang Bisa Dimiliki Oleh Makhluk Sepertiku,Dinda…"Kata Sang Prabu Kembali.

"Iya,Kanda.Maukah Kanda menemani Dinda.Sampai kearah Suatu tempat Yang Jauh dari Kebencian Dan Kerusakan ini.Disana Hanya Ada Para Pemuja cinta Seperti Kita,Kanda…"Jawab Arwah Dewi Hyangyanawati Kepada Kekasihnya.

"Dimanakah Tempat Itu Dinda?"tanya Sang Prabu Bhomabomantara Kearah Kekasihnya.

"Sebentar lagi,Kanda.Sebentar lagi…"Kata Dewi Hyangyanawati Kemudian Memegang Erat Telapak Tangan Kanan Prabu Bhomabomantara.

Sang Dewi Mengajaknya Untuk Terbang. Sang Prabu Tersenyum Melihat Kekasihnya. Tapi Tiba -tiba Sesuatu Menghantam Tubuh Sang Prabu Bhomabomantara. Anak Panah Naracha Dilepaskan Oleh Dewi Satyabhama Tepat Mengenai Sasaran Dada Kirinya. Tubuh Sang Prabu Bhomabomantara Terpental Terkena Hentakan Anak Panah Naracha. Sang Prabu Jatuh Berguling -guling Dan Berjumpalitan Di Tanah. Sampai Akhirnya Tubuhnya Tersungkur Tapi Prabu Bhomabomantara malah Tidak Mau Berdiri. Sang Prabu Bhomabomantara Menelentangkan Badannya. Mulut Sang Prabu Tanpa Henti Memuntahkan Darah Segar. Sang Prabu Tertawa Sambil Menitikkan Air matanya.

"Aku Tahu-Aku Tahu, Kanjeng Ibunda…!"Sang Prabu Bhomabomantara Terbatuk batuk Dan Terus Tertawa Sambil Memuntahkan Darah Di mulutnya.

"Bukan-Bukan,Kanda.Bukan Permintaan Ibundamu Yang menginginkan Ini,Kanda.Tapi Aku,Aku yang Memintanya.Inilah Awal Perjalanan Cinta Kita…!"Kata Sang Dewi Hyangyanawati Menitikkan Air matanya Terisak Isak Kepada Kekasihnya.

Kemudian Sang Dewi Membaringkan Kepala Kekasihnya Di Pangkuannya. Sambil Mengusap Lembut Pipi Sang Prabu Bhomabomantara. Sang Prabu Tersenyum kearah Kekasihnya. Dewi Satyabhama, Raden Guritno, Sang Narendra Dwarawati, Dan Jutaan Pasukan Gabungan Mengelilingi Tubuh Sang Prabu Bhomabomantara. Mereka Menundukkan Kepalanya Seraya Menghormat Pada Tubuh Musuhnya Prabu Bhomabomantara. Raden Samba Segera mendaratkan Mahambira dan Menghampiri Mereka.Dewi Satyabhama Mendekati Tubuh Prabu Bhomabomantara Kemudian Juga Menangis Didekatnya.

"Ma'afkan Aku ,Ngger.Bhomabomantara.Aku Terpaksa Melakukannya.Aku Marah ketika Kau Juga Melukai Adikmu ,Putraku Yang Keluar dari Rahim Seorang Satyabhama ,Adikmu Raden Sitija.Sekali Lagi Ma'afkan Ibundamu Ini , Ngger Putraku Bhomabomantara…! " Kata Dewi Satyabhama kearah Prabu Bhomabomantara.

Sang Dewi Satyabhama Menggantikan Posisi Dewi Hyangyanawati. Sambil Mengusap Pipi Putra Sang Pratiwi. Prabu Bhomabomantara Tersenyum Kearah Dewi Satyabhama Kemudian berusaha Menundukkan Kepalanya Sambil Menyatukan Kedua Telapak Tangannya.

"Akulah Yang seharusnya Meminta Ma'af Kanjeng Ibunda…"Sang Prabu Bhomabomantara Melihat Dua Orang Perempuan Yang sebetulnya Dia Sayangi.

Sang Prabu Bhomabomantara Meraih tangan Dewi Hyangyanawati Dan Memegangkannya Di Anak Panah Naracha yang Menusuk Dada Kirinya. Sang Dewi Menangis sambil Menggeleng -gelengkan Kepalanya.Sang Prabu Tersenyum Kearah Sang Kekasihnya.

"Mari…,Dinda…Kita Segera Pergi Dari Sini…!"Kata Terakhir Sang Prabu kepada Sang Kekasihnya.

"Kanjeng Ibunda,Aku Sangat Lelah,Biarkan Mataku tertutup…"jawab Sang Prabu Sambil Tetap Terbatuk-batuk dan Memuntahkan Darah Dari Mulutnya.

"Iya Ngger,Tidurlah-Tidurlah…Putra Kesayangan Pratiwi … "kata Dewi Satyabhama dengan menitikkan Air matanya. sambil mengusap usap lembut Dada Sang Prabu. Tiba -tiba ...

"CRASSHH…!" Darah Menyembur Seperti Laksana Air Mancur. Sang Prabu Membenamkan Anak Panah Naracha Lebih Kedalam Tubuh nya. Dengan Seolah Dibantu tangan Dewi Hyangyanawati. Sang Prabu Tersenyum Bahagia Sambil Menutup Kedua Matanya. Sang Narendra Kaum Yadawa, Raden Guritno, Raden Antareja Beserta Seluruh Pasukan Gabungan Wangsa Ditya, Naga. Segera Memberikan Penghormatan Terakhir kearah Sang Prabu Bhomabomantara. Kecuali Pasukan Dari Kerajaan Cedi dan Andakhapura. Mereka Juga Berkabung Kehilangan Kedua Raja Mereka. Raden Sisupala dan Raden Kertawarma Kembali Memangku Tubuh Kaku Kanjeng Ramanya.

"Semua ini Gara-gara Narendra Bangsat Itu,Kanjeng Rama Mati Gara-gara Si Khrisna Biadab Itu, KHRISNA BANGSAT...! "Teriak Raden Kertawarma Sambil Menitikkan Air Matanya Seraya Merangkul Tubuh Kaku Sang Ayahanda.

"Benar,Apa yang Kau Ucapkan Kertawarma.Semua Gara-gara Si Narendra Bangsat Itu.Seluruh Kaum Kita Seperti Dianggap Anjing Peliharaannya.BAJINGAN KAU KHRISNAAAA…!AYAHANDA AKU BERSUMPAH,AKU AKAN TERUS MENGHINANYA.KALAU PERLU MAYATNYA PUN AKAN AKU LUDAHI…!!"Teriak Raden Sisupala Kearah Langit Sambil Merangkul Tubuh Sang Ayahanda Tercinta.

Raden Sisupala Dan Raden Kertawarma Menangis Terisak -Isak sambil Terus Merangkul Tubuh tak Bernyawa Sang Ayahanda. Seluruh Pasukan Andhakapura dan Pasukan Cedi Akhirnya Memberi Penghormatan Terakhir Kearah Kedua Mendiang Raja Mereka Prabu Damagosa dan Prabu Mahardika. Pasukan Kedua Kerajaan Itu Bersama -sama Membuang Senjata yang mereka Genggam.Lalu Mereka Duduk Bersila dengan Menyatukan Kedua Telapak tangan dan Menundukkan Kepalanya.

Setelah Melakukan Upacara Pemakaman Kedua Ayahandanya. Kedua Pangeran Dari Kerajaan Cedi dan Andakhapura Segera meninggalkan Bekas Pertempuran Di Nilakalipura. Mereka Melihat Ratusan Juta Mayat Pasukan Dari Berbagai Wangsa Tergeletak Tak Bernyawa Di Wilayah Bagian Kerajaan Prajathista. Tanpa Diketahui oleh Rombongan Pasukan Gabungan Lain. Para Pasukan Kerajaan Cedi dan Kerajaan Andakhapura Mencari jalan Memutar dari Titik Awal Mereka Sampai.Atas Perintah Kedua Raja Baru Mereka Prabu Sisupala dan Prabu Kertawarma.

Sementara Di Tempat Yang Lain Tubuh Prabu Bhomabomantara yang Berada Di pangkuan Dewi Satyabhama Memancarkan Sinar. Sinar Cahaya yang menyilaukan Seluruh Pandangan Semua yang Berada Disana. Sinar Itu Berubah Bentuk Menjadi Sosok Ruh Raksasa Asura yang Tadi Menghadang Perlawanan Semua Pasukan Wangsa Ditya Pringgodhani, Wangsa Naga Jangkarbhumi dan Pasukan Kaum Yadawa.

"Kanjeng Ibunda Pratiwi dan Kanjeng Rama Wisnu,Ma'afkan Segala Kesalahanku…"Kata Prabu Bhomabomantara Kearah Dewi Satyabhama seraya menitikkan air matanya.

"Semua Sudah Dima'afkan ,Putraku Bhomabomantara Kesayangan Pratiwi.Aku dan Ibundamu Mengetahui Nanda Melakukan ini semua Demi Cinta Nanda yang Buta,Ngger.Aku dan Ibundamu Merelakanmu. Biarlah Kau Tetap Memakai Wujud Adikmu Raden Sitija,Berbahagialah Nanda Di Swargaloka Bersama Kekasih Nanda…"kata Sri Khrisna mendekati Istri Tercinta.

Lalu Sang Narendra Dwarawati Tersenyum kearah Prabu Bhomabomantara dan Menyatukan Kedua Telapak tangannya. Kemudian Sang Narendra Menundukkan kepalanya. Seketika Tubuh Raksasa Prabu Bhomabomantara Berubah mengecil layaknya Manusia Dengan Wajah Mirip Seperti Raden Sitija. Ruh Prabu Bhomabomantara Tersenyum kearah Sang Narendra Dwarawati dan Dewi Satyabhama.

"Terima kasih,Kanjeng Rama dan Kanjeng Ibunda…"Prabu Bhomabomantara Menghaturkan Hormat Kearah Sang Narendra dan Dewi Satyabhama kembali.

"Mari Dinda,Kita Segera Berpamitan…"Kata Sang Prabu Bhomabomantara Sambil Mengulurkan Tangan kearah Dewi Hyangyanawati. Kekasihnya Tersenyum Menyambut Uluran tangan Sang Prabu. Akhirnya Mereka Berdua Kembali Menghaturkan Hormatnya. Setelah Sang Dewi Hyangyanawati dan Prabu Bhomabomantara Berpamitan Kearah Seluruh Pasukan dan Para Raja Dari Kaum Yadawa Beserta Pasukan Ditya Pringgodhani dan Pasukan Naga JangkarBhumi. Seketika Tubuh Sepasang Kekasih Itu Berubah Menjadi Sinar Kembali dan Terbang Kearah Langit. Raden Guritno dan Raden Antareja Tersenyum Melihat Keduanya Seraya Membalas Hormat Dengan Menyatukan Kedua Telapak Tangannya dan Menundukkan kepalanya.

"Selamat Jalan,Kakang Kalamanthara dan Kakang Mbok Hyangyanawati…"kata Raden Guritno Lirih.

Sang Narendra Dwarawati Segera Meminta Seluruh Pasukan Gabungan dari Kerajaan Mandhura, Kalingga, Pringgodhani dan Jangkarbhumi Untuk Kembali Kearah Wilayah Trajutrisna. Untuk Melakukan Upacara Mengembalikan Derajat 16.000 Putri Raja yang Dijadikan Selir Oleh Prabu Bhomabomantara dengan Cara Menikahi Mereka. Setelah Menikahkan Putra Kesayangannya Raden Samba.Sementara Raden Samba Menyusul Kembali Kekasihnya yang Diturunkan Di Wilayah Nirmukana. Dan Membawanya Kearah Gandhamadana. Karena Kehadirannya Ditunggu Oleh Semua Kanjeng Ibundanya Ditemani Oleh Dewi Satyabhama.