Bukit Nilakhalipura Menjadi Danau Penuh Genangan Darah. Prabu Bhomabomantara Dan Sisa -sisa Pasukannya yang Kelelahan Tetap Bertahan Digempur dari Berbagai Penjuru Arah. Sang Narayana dan Istrinya Dewi Satyabhama Menyerang dari Arah Angkasa Menggunakan Senjata CakraSudarshana dan Anak Panah Naracha yang Keluar Dari Busur Sarnga tanpa Henti. Kedua Senjata itu Memburu dan Membantai Setiap Pasukan Prajathista yang Mendekati Lawannya. Baik dari Kalangan Manusia, Ditya dan Kaum Naga. Sang Prabu Bhomabomantara yang mulai Geram Kemudian Bertriwikrama Ke Wujud Aslinya. Yaitu Sosok Asura Denawa dengan Tinggi Enam kali lipat Dari Kaum Raksasa Ditya dan Denawa. Raksasa Bentukan Prabu Bhomabomantara Berwujud seperti apa yang Pernah diceritakan Resi Jembawan kepada Raden Samba dan Raden Gunadewa. Raksasa dengan Muka Berkepala dengan tanduk Banteng dan Bermata,Bertaring dengan Kuku Menyala-nyala laksana Bara. Raksasa Bersenjatakan Tombak Trisula.
"DINDA,HABISI SEMUA PASUKANNYA.BIARKAN AKU DULU YANG MENGHADAPINYA,PASUKAN KAKANG TAKSAKA DAN KAKANG PRABAKESHA SUDAH BERADA DI DEPAN BHOMABOMANTARA…!"Teriak Sang Narayana Yang Mengendarai Paksi Wilmuna kearah Sang Istri.
Dewi Satyabhama menjawab dengan menundukkan kepala kearah Sang Suami. Dengan Mengendarai Garuda Paksi Wildata. Dewi Satyabhama Mengendalikan Paksi Wildata kearah Pasukan Prajathista. Dewi Satyabhama kembali melancarkan Serangan Anak Panahnya membantu Pasukan Yadawa, Ditya dan Kaum Naga. Satu Persatu Mahasenapati Prajathista Tumbang Oleh Cakrasudharsana dan Anak panah Naracha yang Dibawa oleh Dewi Satyabhama dan Sang Narendra Khrisna.Mahasenapati Jangkarbhumi Sanghyang Taksaka bersama Keenam Mahasenapati Pringgodhani Mengejar Tubuh Mahasenapati Prajathista yang Roboh oleh Panah Naracha dan Cakrasudharsana. Kemudian Mencacah Tubuh Mereka Hingga Tak Berbentuk dengan Kapak dan Gadha yang Mereka Bawa sebagai Senjata. Laku Membuang Semua Bagian Tubuhnya dengan cara Melempar menggunakan Tenaga dalam Mereka ke Empat Penjuru arah. Prabu Bhomabomantara yang Melihat Seluruh Mahasenapatinya Tumbang. Semakin Mengamuk Kearah Semua Pasukan Yadawa, Ditya dan Para Naga. Banyak Korban dari Bentuk Raksasa Asura Prabu Bhomabomantara yang Menghantamkan Tombak Trisulanya Kearah Pasukan Lawannya. Cakrasudharsana yang Menghajar Tubuh Raksasa Prabu Bhomabomantara Segera Membelah Tubuhnya Menjadi Dua Bagian. Tapi Begitu Tubuh Sang Prabu Bhomabomantara Mencapai Tanah. Bagian Tubuh Sang Prabu Yang Terbelah segera Menyatu Kembali. Membuat Sang Narendra Khrisna Sangat Kewalahan.
Tiba -tiba Tubuh Sang Narendra Khrisna Terhuyung -huyung Diatas Punggung Wilmuna. Sang Narendra Ambruk karena Kelelahan. Sang Narendra Khrisna Terkuras Tenaganya dan Tak sadarkan Diri. Tampak Sosok Terbang Melesat Cepat Menangkap Tubuh Sang Narendra Khrisna yang tiba -tiba Pingsan.Sosok Raden Guritno Yang datang Tepat Waktu. Raden Guritno Membopong Tubuh Sang Uwak yang Tidak Sadarkan Diri dengan tangan Kirinya. Sedangkan Tangan kanannya Berusaha Menarik Tali Kekang Wilmuna.Raden Guritno Berusaha Mengendalikan Paksi Wilmuna agar Mendarat mencari Tempat Aman.
"KANDAAA…!"teriak Dewi Satyabhama ketika mengetahui Sang Suami tiba tiba Pingsan dan Disingkirkan Dari Medan Pertempuran Oleh Raden Guritno Keponakannya. Setelah mendapati tempat yang dianggap. Aman. Raden Guritno segera Mengendalikan Paksi Wilmuna dan Menurunkan Uwaknya yang dalam keadaan Pingsan. Dewi Satyabhama yang mengkhawatirkan Keadaan Sang Suami. Segera beranjak Turun dari Punggung Paksi Wildata.
"Apa yang terjadi,Kanda…!?"kata Dewi Satyabhama tak Kuasa menahan linangan Air matanya kepada Sang Suami.
Sambil Mendekap Erat Pinggang Sang Narendra Khrisna. Tiba -tiba Sang Narendra Khrisna Membuka matanya perlahan -lahan.
"Dinda,Sekarang Sa'atnya Dinda Untuk Bertempur menghadapi Bhomabomantara,Aku sangat lelah.Dinda,Biarkan Aku Menutup Mataku barang Sejenak.Aku mau Beristirahat Sejenak,Kumohon…!"kata Sang Narendra Dwarawati kearah Istri Tercintanya.
"Baiklah Kanda ,Baiklah…"jawab Dewi Satyabhama Memangku Kepala Sang Suami kemudian Mengusap Pipinya.
Sang Narendra Kemudian Terlelap Tidur karena Kelelahannya karena Membunuh Jutaan Raksasa Denawa.
"Uwak Putri Biarkan Hamba yang Menunggui Uwak Khrisna sampai Siuman.Adi Guritno akan mengawal Uwak Putri untuk Bertarung melawan Prabu Bhomabomantara."Tiba -tiba Terdengar Suara dari Arah Belakang Sang Dewi.
Sang Dewi Segera Menoleh kebelakang ternyata Sudah Berdiri Sosok Raden Antareja Keponakannya yang lain. Raden Guritno segera mengikuti perintah Sang Kakang Raden Antareja.
"Silahkan Uwak Putri…"Kata Raden Guritno Sembari Menghaturkan Hormat kearah Sang Uwak Putri.
"Ngger,Putraku Antareja Aku Titipkan Uwakmu…!"Kata Dewi Satyabhama Sambil Mengusap Air matanya Kemudian Meminta Raden Antareja Untuk Menggantinya Posisinya Kepada Keponakannya.
"Sendiko Dawuh,Uwak Putri…!"
Lalu Raden Antareja Menggantikan Uwak Putrinya Menunggui Sang Uwak.
Dewi Satyabhama Kembali Menaiki Paksi Wildata Ditemani Sang Keponakannya.
Di Lain Tempat Di Perbatasan Bukit Nilakhalipura di Wilayah Nirmukana. Raden Samba Menurunkan Sang Ratu Dewi Agnyawati Di Sebuah Dusun.
"Dinda,Ma'afkan Kanda .Kanda terpaksa menurunkan Dinda di tempat ini.Jika Dinda tetap dengan keinginan Dinda Semula.Melepaskan Ruh Dewi Hyangyanawati,Lakukan sekarang Dinda.Biarkan Kanda Yang Mengantarkan Dewi Hyangyanawati Menyatukan Cintanya dengan Prabu Bhomabomantara…"jelas Raden Samba kepada Calon Istrinya.
"Baiklah Kanda,Hanya Kanda dan Prabu Bhomabomantara Saja Yang Bisa melihat Ruh Dewi Hyangyanawati . Kecuali Dewi Hyangyanawati sendiri nanti Yang Memperlihatkan Wujud nya,Kanda..."kata Dewi Agnyawati Kemudian Menyatukan Kedua Telapak Tangannya.
Lalu Sang Dewi memejamkan Kedua Matanya. Seketika Tubuh Dewi Agnyawati Membelah Dirinya Seperti Sosok Manusia Kembar Dengan Posisi yang Sama. Ketika Mereka Berdua membuka kelopak Matanya. Kedua Dewi Kembar itu Tersenyum kearah Raden Samba. Raden Samba membalas senyuman Kedua Sang Dewi.
"Ayo…Dinda Hyangyanawati.Akan Aku pertemukan Dinda dengan Kekasih Dinda."kata Raden Samba Sambil Mengulurkan Tangan kearah Kembaran Sang Dewi.
Dewi Hyangyanawati Tersenyum kearah Raden Samba. Lalu Menghaturkan Hormat Kepada Raden Samba dan Dewi Agnyawati.
"Terimakasih Kakang Samba,Terimakasih Sinuwun Batari Kamakhya . Karena Telah membebaskan Ruh Hamba. Hamba Sangat Mencintai Kanda Bhomabomantara…"jawab Sang Dewi Hyangyanawati sambil Menitikkan Air matanya.
Sang Ratu Agnyawati membalas Dengan tersenyum seraya Menganggukkan Kepala kearah Dewi Hyangyanawati.
Dewi Hyangyanawati Pun Terbang Mengambang Di Udara dengan Posisi Berdiri. Raden Sambapun Berpamitan Dengan Calon Istrinya. Setelah Mencium Kening Sang Ratu Raden Samba segera Menaiki Paksi Mahambira Kembali. Akhirnya Raden Samba Dan Ruh Dewi Hyangyanawati Melesat Terbang kearah Angkasa meninggalkan Sang Ratu Sendiri.
Sementara Dewi Satyabhama ditemani Raden Guritno Kembali Kearah Pertempuran Melawan Prabu Bhomabomantara beserta Pasukannya. Amukan Asura Raksasa Sosok Prabu Bhomabomantara Membuat Kewalahan Para Pasukan Gabungan Dari Kaum Yadawa, Naga Jangkarbhumi dan Pasukan Ditya Pringgodhani. Banyak dari Pasukan Kaum Yadawa, Naga dan Ditya Terbunuh Oleh Serangan Sosok Raksasa Prabu Bhomabomantara yang mengamuk Membabi Buta. Walaupun Pasukan Prajathista Sudah Mulai Berkurang Tapi Melihat Semangat Raja Mereka. Para Pasukan Raksasa Denawa Prajathista Seakan Mendapat Kekuatan Baru.
Raden Guritno Yang melihat Kejadian Itu Segera Menghantamkan Dua Ajian Pukulan dan Tendangan Jarak Jauhnya. Yang Bersumber Dari Kedua Tangan Dan Kakinya. Ajian Yang Bernama Braja Musthi, Braja Dentha Yang keluar Dari Kedua Tangan Raden Guritno Seperti Kilat Berwarna Pelangi. Menghantam Tubuh Prabu Bhomabomantara. Beserta Ajian Yang Berasal Dari Tendangan jarak jauh Yang bernama Braja Lamatan dan Braja Wikalpa. Seperti Mencacah Tubuh Prabu Bhomabomantara hingga Hancur Tak Berbentuk. Tapi Ketika Mencapai Tanah Tubuh Sang Prabu Langsung Menyatu Utuh Kembali. Sang Prabu Bhomabomantara yang Murka Berusaha Menghantam Raden Guritno dengan Tombak Trisula Miliknya. Bahkan Ketika Raden Guritno Sudah Dalam Terdesak Hebat Bantuan Dari Keenam Mahasenapati yang juga Pamannya. Seolah Tidak Berdampak Fatal Pada Prabu Bhomabomantara. Pertempuran Kedua Ksatria Raksasa Berbeda Jenis Yang Terlihat Menakjubkan Sekaligus Mengerikan Di Medan Laga.