Chereads / Laskar Dewa Series Episode II Sitija (Sang Yadawa Terakhir) / Chapter 14 - Mentari Fajar Penuh Darah Di Nilakhalipura

Chapter 14 - Mentari Fajar Penuh Darah Di Nilakhalipura

Prabu Bhomabomanthara Tetap Merenungi Kegagalannya. Sementara Semua Prajurit Raksasa Prajathista Juga Terduduk Lesu. Prajurit Prajathista yang Sudah Kelelahan Sudah Tidak tahu lagi Apa yang Sekarang Mereka Akan Perbuat. Keenam Mahasenapati yang Berusaha Menghibur Hati Raja Mereka. Berusaha Membujuk Sang Raja Agar Tidak larut dalam Kesedihannya. Tapi Tiba-tiba Sosok Prajurit Raksasa Berteriak Kearah Perkemahan Mereka. Sementara Salah Satunya Memberitahukan Ada Puluhan Juta Manusia dan Raksasa Dari kalangan Ditya yang Menyerang Mereka.

"PENYERANGAN-PENYERANGAN…!"

Sang Prabu Bhomabomanthara Segera Beranjak Kearah Pasukannya. Sang Prabu ingin Menanyakan Apa yang Sedang Terjadi.

"ADA APA INI…!?"Teriak Sang Prabu Bhomabomanthara bersama Keenam Mahasenapati Kearah salah Satu Prajuritnya.

"Ampun Sinuwun,Pasukan Kita Diserang dari berbagai Penjuru Oleh Seluruh Kerajaan Kaum Yadawa,Kaum Naga dari Kerajaan Jangkarbhumi dan Kaum Ditya yang berasal dari Kerajaan Pringgodhani…!"Jawab Sang Prajurit yang Memberikan Kabar Dengan Nafas Terengah-engah kearah Sang Raja.

"BANGSAATTT…!KERAHKAN SELURUH PASUKAN DAN BUAT PERTAHANAN.PAMAN MURA,PAMAN PANCAJANA.PIMPIN PASUKAN YANG BERADA DIARAH TIMUR…!"Perintah Sang Prabu Geram.

"SENDIKO DAWUH SINUWUN…!"Jawab Dua Mahasenapati Sambil menghaturkan Hormat. Kemudian Berlalu mengikuti perintah Sang Prabu.

"PAMAN WISTARA DAN PAMAN HAYAGRIWA BUAT PERTAHANAN DI SISI BARAT…!"

"SENDIKO DAWUH SINUWUN…!"Jawab Dua Mahasenapati Lagi Sambil menghaturkan Hormat. Kemudian Berlalu mengikuti perintah Sang Prabu.

"PAMAN SATRUNTAPHA DAN PAMAN NISUNDHA,PERGILAH KEARAH UTARA PERTAHANKAN WILAYAH KITA.AKU AKAN MENGARAH KE SELATAN…!!"Perintah Sang Prabu Bhomabomantara Dengan Nada Geram.

"SENDIKO DAWUH SINUWUN…!"

Setelah memberikan Perintah kearah Mahasenapati dan Anikhadipati Prajathista. Prabu Bhomabomanthara Segera Terbang melesat Bergabung dengan Pasukan dari arah Selatan.

Pasukan Prajathista Yang dalam Kondisi Kelelahan. Akhirnya Berusaha Melawan Hampir 100 Akshohini Pasukan Gabungan Kaum Yadawa, Kaum Naga dan Kaum Ditya. Dewi Satyabhama dan Sang Prabu Khrisna Melancarkan Serangan Dari Angkasa. Cakra Sudarsana dan Panah Naracha Yang Keluar Tanpa Henti dari Busur Sarnga Milik Dewi Satyabhama. Menebar Kengerian Dari Pihak Pasukan Prajathista. Ribuan Raksasa seketika Tumbang dengan tubuh tak Utuh. Bau Amis Darah Bertebaran di bukit Nilakhalipura. Raden Sisuphala, Raden Kertawarma Dan Para Mahasenapati Pringgodhani juga Bertindak Sangat Beringas. Dua Pedang di Tangan Raden Sisuphala yang Dilambari dengan Ajian Tapak Wisa Miliknya.Dua Pedang Berwarna Hitam legam Dengan Asap berbau Busuk Seperti Bangkai yang Menebarkan Racun Mematikan Ketika Ditebaskan Kearah Leher Pasukan Raksasa Denawa Prajathista. Seketika Itu Juga Tubuh Korban Raden Sisuphala Berubah Warna Menjadi Hitam. Tapi Tiba -tiba Gerakan Raden Sisuphala dan Raden Kertawarma Terhenti. Ketika Melihat Sesuatu yang Membuat Mereka tercengang. Prabu Damagosa dan Prabu Mahardika. Kedua Ayah Mereka Ditumbangkan Oleh Mahasenapati Mura. Beserta Mahasenapati Pancajana.

"KANJENG RAMAAAA…!!"Teriak Raden Sisuphala hanya Bisa Melihat Sang Ayahanda Dalam Keadaan Terluka parah dan tak berdaya.

Prabu Damagosa Disayat Lehernya Oleh Mahasenapati Mura, Sedangkan Prabu Mahardika Dipenggal Kepalanya Oleh Mahasenapati Pancajana. Raden Sisuphala dan Raden Kertawarma Yang Berusaha Mendekati Mahasenapati Mura Terhalang Oleh Puluhan Pasukan Prajathista. Hingga Mereka Berdua Mengamuk Membantai Siapapun Pasukan Prajathista Yang Hampir Mendekati Mereka.

Sementara Mahasenapati Prabakesha dan Kelima Mahasenapati Pringgodhani Lain Menghadang Mahasenapati Mura dan Pancajana. Mereka Bertarung Beradu Kanuragan dalam Adu Pukulan dan Perkelahian Dengan Senjata Tajam Berupa Kapak dan Gada Besar. Mereka terlihat Sangat Berimbang Hingga Tiba -tiba Cakra Sudarsana Menyudahi Perkelahian Mereka. Dengan Memenggal Kepala Mahasenapati Mura dan Pancajana. Tubuh Keduanya Pun Tersungkur Di Tanah Tanpa Kepala. Dengan Sigap Mahasenapati Prabakesha dan Lain nya Segera Mencacah Tubuh Dua Mahasenapati Prajathista. Hingga Tak Berbentuk dan Membuang dengan melemparkan Semua Bagian Tubuh Mahasenapati Mura dan Pancajana. Kearah Empat Penjuru Arah menggunakan Tenaga dalam Mereka.

Di lain Tempat Di Wilayah Trajutrisna. Paksi Mahambira dan Raden Samba Mendarat Di Pelataran Istana. Ratu Dewi Agnyawati Beserta Para Apsari menjemput Kedatangan Raden Samba.

Ketika Raden Samba Turun Dari Paksi Mahambira Sang Ratu Segera Berlari Kecil dan Menubruk Tubuh Kekasihnya, Sang Ratu Merangkul erat Pinggang Sang Kekasih. Dan Dibalas Kecupan Hangat Mendarat Di Dahi Sang Ratu. Tak Berselang Lama Raden Guritno pun Menyusul Sang Kakang Sepupunya. Diikuti Dari Dalam Tanah Yang Menyembul Keluar.Raden Antareja juga Ikut bergabung Bersama Mereka Semua.

"Dinda…Ma'afkan kedatanganku Agak Terlambat Menjemputmu…"kata Raden Samba sambil Membelai Lembut Rambut Dewi Agnyawati.

"Kanda Aku Merasa Bimbang,Aku Tidak tahu Apa yang harus Aku Lakukan sekarang.Sisi Raga Kamakhya Yang bersemayam Di Tubuh Dewi Agnyawati ini Merasa BersukaCita Bahwa Hamba yang Bertemu dengan Kanda.Tapi Ruh Dewi Hyangyanawati Seakan Meronta Di dalam Tubuhku ,Kanda.Ruh Dewi Hyangyanawati Melihat Cinta Kakang Bhomabomanthara sangat Besar untuknya.Biarkan Dewi Hyangyanawati Menjalani Cinta Abadinya Bersama Kakang Bhomabomanthara.Hamba Ingin Melepaskan Dewi Hyangyanawati Bersatu dengan Kekasihnya Di Swargaloka.Apakah Kanda setuju dengan keputusan yang Dinda Buat…?"jelas Dewi Agnyawati kearah Raden Samba.

"Apapun Keputusan Dinda,Kanda akan Memenuhinya…"jawab Raden Samba kepada Sang Kekasih.

"Jadi Kita Akan mengarah Ke Nilakhalipura,Kakang Samba…?"Tanya Raden Antareja kepada Kakang Sepupunya. Raden Samba membalas Pertanyaan Sang Adik dengan anggukan Kepalanya.

"Jika Itu Keputusan yang Diambil,Kanjeng Ratu Dewi.Berikan Tampuk Kepemimpinan Pasukan Raksasa Trajutrisna Kepada Hamba.Hamba, Kakang Prabakusuma dan Kakang Wilugangga Yang memimpin Seluruh Pasukan Trajutrisna.Kita Mengarah Ke Nilakhalipura…!"tegas Raden Guritno kearah Sang Ratu.

"Baiklah Adi Guritno,Kuserahkan Semua Pasukan Trajutrisna,Untuk Adi Pimpin…"jawab Sang Ratu seraya Menghaturkan Hormat kepada Raja Pringgodhani.

"Baiklah,Kita harus Sampai Nilakhalipura Sebelum Matahari Tenggelam…!" Kata Raden Antareja Kepada Semuanya.

"Hamba Ingin Berpamitan juga Ndoro Ayu Kamakhya.Nanti Setelah Upacara Pengantin,Hamba akan menemani Ndoro Ayu Kembali…"kata Tiga Apsari yaitu Dewi Supraba, Dewi Wilutama dan Dewi Urwasi Berpamitan kearah Sang Ratu.

Dengan Tetap Berdiri tubuh Ketiga Apsari terbang Mengambang Di Udara. Seraya Menghaturkan Hormat pada Junjungannya Sang Ratu Dewi Agnyawati. Sang Ratu Membalas Hormat Mereka dengan Posisi yang Sama. Lalu Ketiga Apsari Segera Terbang Melesat Kearah Angkasa.

"Kita Akan Menuju Kearah Nilakhalipura Sekarang.Adi Prabakusuma dan Adi Wilugangga Persiapkan Pasukan Trajutrisna…!"Pinta Raden Samba Kearah Raden Wilugangga dan Raden Prabakusuma.

"Sendiko Dawuh ,Kakang Samba…!"jawab Kedua Adik Sepupunya seraya Menghaturkan Hormat. Sambil menyatukan kedua telapak tangannya dan Menundukkan kepalanya sejenak kearah Sang Kakak.

"Ayo…Dinda,Kita akan Berangkat Sekarang…!"kata Raden Samba Sambil Menggendong Tubuh Sang Kekasih.

Lalu Raden Samba Menaikkan Tubuh Sang Ratu Dewi Agnyawati ke Punggung Paksi Mahambira. Kemudian Raden Samba Mengikuti Dari Arah Belakang.

"Apakah Dinda Sudah Siap…?"tanya Raden Samba kepada Sang Kekasih. Sang Ratu menjawab menganggukkan -anggukan kepalanya.

Sang Dewi Seraya Merangkul erat Pinggang Sang Kekasih sambil Menyandarkan kepalanya kearah Buaian Dada Raden Samba. Raden Samba Segera Menghentakkan Tali Kekang Paksi Mahambira. Seketika Paksi Mahambira Memekik Keras. Sang Garuda Raksasa Mengibas -ibaskan Sayapnya. Perlahan Tubuh Sang Garuda Raksasa Terbang mengambang di Udara.Kemudian Berbalik Dan Terbang Melesat menuju Angkasa. Raden Guritno segera Menyusul Paksi Mahambira. Diikuti Raden Antareja yang Menggunakan Ajian Amblas Bumi. Tubuh Raden Antareja Tenggelam Ke Dalam tanah Perlahan demi perlahan.