Sementara di Kaki Bukit Rewataka tempat Berkemah Para Pasukan Ditya, Kaum Naga dan Seluruh Kerajaan Yadawa. Di dalam tenda Raden Gunadewa menyusun Siasat Penyerangan Kearah Bukit Nilakhalipura bersama Adik Sepupunya Beserta Seluruh Raja dan Mahasenapati Kerajaan Yadawa.
"Jadi Kita akan berangkat Malam Ini kearah Bukit Nilakhalipura,Kakang Gunadewa?"Tanya Raden Antareja kearah Kakak Sepupunya.
"Iya…Adi dan Semua Eyang,Uwak dan Paman,Ini jalan satu-satunya Mengalahkan Kekuatan Pasukan Prajathista.Eyang Jembawan juga akan Menambah Kekuatan Pasukan Kita dengan Para Nayaka Pilihan dari Gandhamadana.Tapi Ada Satu Hal Yang ingin Hamba Utarakan Disini.Berhati-hatilah Jika Berhadapan atau Bentrok dengan Dengan Prabu Bhomabomanthara dan Keenam Mahasenapati, Anikhadipati,Birudanaphatinya. Mereka Semua Mempunyai Ajian yang Dinamakan Pancasona.Hamba Kira Hanya Mahasenapati terbaik Kita Beserta Kaum Ditya dan Kaum Para Naga yang Bisa menanggulangi Kekuatan Ajian Milik Mereka,Uwak Kakrasana,Paman Sisuphala,Paman Kertawarma,Paman Udawa, Kakang Wisata, Kakang Wimuka Beserta Hamba Akan Membantu Eyang Taksaka,Paman Prabakesha,Paman Pancatyana,Paman Anchakagra,Paman Yayahgriwa,Paman Maudara dan Paman Amisundha. Untuk Menghalau Serangan Keenam Mahasenapati Prajathista.Untuk Menghambat Penyelesaian Candi yang dibuat oleh Prabu Bhomabomanthara.Adi Antareja dan Adi Guritno Bisa Menahan Sementara. Sampai Kanjeng Ibunda Kami Melepaskan Anak Panah Naracha kearah Prabu Bhomabomanthara.Sebab Titik Kelemahan Prabu Bhomabomanthara Adalah Pada Sebuah Senjata Yang Dinamakan Anak Panah Naracha.Prabu Bhomabomanthara tidak akan Bisa Dibunuh Menggunakan Senjata Sekuat,sesakti Apapun,Meski Itu Senjata Terhebat Milik Ratusan Para Dewa Sekalipun.Kuharap Semua Kakang,Adi,Uwak,Eyang dan Paman Mengerti Masalah ini! "jawab Raden Gunadewa.
"Siasat Ayahanda Narendra Khrisna dan Ibunda Satyabhama,adalah Membuat Kegagalan Pembangunan Candi Yang Diminta Oleh Dewi Hyangyanawati Atau Kanjeng Ratu Dewi Agnyawati.Apakah Eyang, Uwak,Paman,Kakang beserta Adi Mengerti?"sambung Raden Gunadewa kembali kearah Semua yang Berada Disitu.
Membuat Semua yang Berada Disitu Menganggukkan Kepalanya.
"Baiklah,Kakang.Kita akan Melaksanakan Siasat ini,Jika ada Diantara Eyang,Uwak, Paman Dan Semua Kakang dan Adi Punya Usulan lain atau Ingin Kembali Ke arah Kerajaan masing-masing. Hamba Persilakan Menetapkan Keyakinan Kita Bersama,Karena Mungkin Ini Adalah Medan Yang menurut Kita Sangatlah Berat Untuk Dijalani…!"kata Raden Guritno kearah Semuanya.
"Kaum Yadawa…Tidak akan Mau Mundur,Nakmas Guritno.Walaupun Setiap Kerajaan Yadawa yang Berada Disini Sering Berseberangan Tujuan,Tapi Ketika Kita Bersatu Bahkan Dewa bergabung dengan Seluruh Asurapun .Tidak akan Bisa Mengalahkan Kita…!"Kata Raden Sisupala Kearah Mereka Sambil Mengepalkan Tangannya. Membuat Seluruh Anikhadipati, Mahasenapati Kerajaan Kaum Yadawa Berseru Mendukung Ucapan Raden Sisuphala.
"KAUM KAMI SIAPP…!,BERJUANG TANPA MUNDUR DEMI KEPENTINGAN DAN KEWIBAWAAN KAUM KAMI…,PARA YADAWA…!!"Teriak Prabu Damagosa kearah Semuanya. Akhirnya Disambut Dengan Angkat Kepalan Tangan Para Raja Dan Mahasenapati Seluruh Kaum Yadawa.
"KAMI SIAPP…!"Jawab Seluruh Para Petinggi Kaum Yadawa.
"Baiklah ,Jika Kita Semua sudah mencapai kesepakatan.Kita akan segera Berkemas Guna menunggu Malam Tiba!"kata Raden Antareja kearah Semuanya Sambil Menghaturkan Hormat diikuti Oleh Raden Guritno Sang adik. Hormat Mereka Berdua Dibalas Oleh Seluruh Petinggi Kerajaan dengan Hormat yang Sama.
............................................... Sang Prabu Bhomabomanthara Beserta Keenam Mahasenapatinya Bersama Jutaan Dayang beserta Pasukan Raksasa Denawa Prajathista yang Dipimpinnya. Tiba Di Kerajaan Trajutrisna Dengan Disambut Oleh Sang Ratu Dewi Agnyawati.Sang Prabu Bhomabomanthara melakukan adat Lamaran kearah Sang Ratu Trajutrisna. Raden Wilugangga Meminta Ijin Sebentar Kearah Sang Ibunda dan Sang Ratu.Untuk Melihat isi Kotak Kayu Berukir Untuk memeriksa isi didalamnya.
Setelah Menyatakan Isi Dari Kotak itu dengan diperlihatkan Pada Ratu Agnyawati. Setelah Sang Ratu Menganggukkan kepalanya Raden Wilugangga segera Kembali kearah Raden Prabakusuma. Untuk Menemui Sang Prabu Bhomabomanthara.
"Kakang Sitija,Seserahan Peningset sudah terlaksana .Silahkan Kakang Sitija Menemui Calon Istri Kakang .Untuk Merundingkan Hari Upacara Pengantin,Tapi Sebelumnya Apakah Semua Persyaratan Sudah Kakang Penuhi!"kata Raden Prabakusuma kearah Prabu Bhomabomanthara.
"Tinggal Dua Syarat Uborampe Yang belum Terpenuhi,Adi Wilugangga dan Adi Prabakusuma.Aku akan Menyerahkan Enam Belas Ribu Delapan Ratus Wanita yang Pernah Menjadi Selirku.Kubebaskan Mereka Untuk Menjadi Para Dayang Istriku Kelak Di Kerajaan Trajutrisna.Setelah Itu Aku Dan Separuh Pasukanku Akan berangkat kearah Bukit Nilakhalipura.Untuk membangun Candi sesuai dengan permintaan Calon Istriku…!"jawab Prabu Bhomabomanthara kearah Raden Prabakusuma.
"Apapun Itu Hamba Selaku Adi Menuruti Permintaan Kakang,Silahkan Kakang Sitija..."jawab Raden Wilugangga.
Prabu Bhomabomanthara kembali Meminta Mahasenapati Mura Untuk Melaksanakan Titahnya. Mahasenapati Mura Menghaturkan Hormat Kepada Junjungannya terlebih dahulu. Kemudian Mahasenapati Mura memberikan Aba -aba Kearah Belasan Ribu Wanita Cantik. Para Wanita Cantik Itu Segera Menghaturkan Hormat Kearah Sang Prabu. Lalu Berjalan Menuju Ke Kerajaan Trajutrisna.
"Biarkan Aku Menyelesaikan Permintaan Terakhir Dari Calon Istriku.Sampaikan Pada Ratu Agnyawati,Besok Waktu Matahari Muncul Candi Di Bukit Nilakhalipura Akan Selesai. Aku akan Datang Untuk Menikah Dengannya,Adi Berdua .Juga Sampaikan Salam Hormatku Kepada Kedua Kanjeng Bibi,Aku Segera Berangkat…!"Kata Sang Prabu Bhomabomanthara Tersenyum Dengan Menghaturkan Hormat kearah Raden Wilugangga dan Raden Prabakusuma.
Sambil Berpamitan Kearah Raden Wilugangga dan Raden Prabakusuma.
"Matur Nuwun Kakang Sitija,Hormat Kakang Akan Hamba Sampaikan…"jawab Raden Wilugangga dan Raden Prabakusuma hampir Bersamaan.
Mereka Berdua Seraya Membalas Hormat Prabu Bhomabomanthara dengan Menyatukan kedua Telapak Tangan Seraya Menundukkan kepalanya.
Mahasenapati Mura Segera Memerintahkan Para Pasukan Prajathista Bergerak kearah Bukit Nilakhalipura. Sang Prabu Bhomabomanthara Kemudian Terbang dengan posisi berdiri Mengambang Di Udara. Seraya Menghaturkan Hormat Kembali Kearah Ratu Agnyawati. Kemudian Sang Prabu Membalikkan Badannya Dan Terbang Melesat Kearah Angkasa. Diikuti Oleh Jutaan Raksasa Pasukan Prajathista Yang Berlari Mengikuti Sang Raja Junjungannya.
Ketika Sang Prabu dan Para Pasukan Prajathista Telah Jauh Berlalu. Raden Wilugangga dan Raden Prabakusuma Segera Memalingkan Badannya Untuk kembali Kearah Sang Ibunda. Tapi Tiba -tiba Ada Sesuatu Terjadi Di Depan Mereka. Gundukan Tanah Didepan Mereka Menyembul. Dari Bongkahan Gundukan Tanah Itu Keluar Tujuh Sosok Tubuh. Tujuh Sosok Tubuh Bersisik Biru Kehijau -hijauan Di Dadanya Tergambar Lambang Bintang Kejora. Tapi Ketika Sisik Hijau Itu Menghilang Di Raga Mereka.Tampak Dua Orang Lelaki Berbeda Usia.
"Kakang Antareja,Eyang Taksaka!"Kata Raden Wilugangga kearah Dua Sosok Itu.
Yang Tak Lain Adalah Raden Antareja dan Batara Taksaka. Raden Wilugangga dan Raden Prabakusuma Segera Menghaturkan Hormat pada Kakang dan Eyangnya. Sang Kakang dan Sang Eyangpun segera Membalas Hormat Kedua Adik dan Cucunya. Raden Antareja Dan Batara Taksaka Juga Menghaturkan Hormat kearah Para Apsari dan Sang Ratu Agnyawati.
"Aku Melihat Kejadian tadi ,Adi Wilugangga dan Adi Prabakusuma..."kata Raden Antareja.
"Aku akan Memerintahkan Teliksandi Jangkarbhumi Untuk Mengikuti Keberadaan Prabu Bhomabomanthara Beserta Para WadyaBalanya.Terus …Bagaimana Rencana Selanjutnya?Karena Aku dan Eyang Taksaka tidak Bisa Berlama-lama Disini ,Adi Wilugangga dan Adi Prabakusuma…"sambung Raden Antareja kearah Kedua Adiknya.
"Begini Kakang Antareja dan Eyang Taksaka,Sebaiknya Kita Berbincang Sambil Menuju Ke Istana Saja,Kakang dan Eyang…!"Kata Raden Prabakusuma lalu Menggandeng Lengan Sang Kakang dan Sang Eyang.
"Jangan Sampai Prabu Bhomabomanthara Bisa Membangun Candi Itu Lebih Cepat atau Tepat Waktu,Kakang Antareja dan Eyang Taksaka.Itu Perintah Uwak Kakrasana dan Uwak Khrisna…"jelas Raden Prabakusuma.
"Lalu?"
"Ketika Akan Hari Sebelum Menjelang Pagi Buta,Beritahukan Bahwa Teliksandi Kakang Harus Telah Kembali kearah Trajutrina.Laporkan Tentang Semua Teliksandi Jangkarbhumi Saksikan Kearah Sang Ratu Trajutrisna,Selepas Itu Biarkan Ratu Trajutrisna yang akan Menggagalkan Rencana Prabu Bhomabomanthara."kata Raden Wilugangga kearah Sang Kakang.
"Baiklah Adi ,Aku akan Perintahkan Teliksandi Jangkarbhumi pilihan Untuk melakukannya Sekarang."jawab Raden Antareja kembali kearah Sang Adik.
Kemudian Mereka Berempat beserta Semua Memasuki Istana Trajutrisna.
"Para Paman Prajurit Jangkarbhumi…!"
"SENDIKO DAWUH,NDORO GUSTHI…!"seru Lima Prajurit Jangkarbhumi Bersamaan.
"Pergilah Kalian Mengikuti Rombongan Didepan.Beritakan Apa Yang Paman-paman Semua Lihat kearah Ratu Di Kerajaan Trajutrisna ini ."Perintah Raden Antareja kearah Lima Orang Prajurit Teliksandi Jangkarbhumi.
"SENDIKO DAWUH,NDORO…!"Jawab Lima Orang Prajurit Seraya Menghaturkan Hormat seraya Bersimpuh dan Menundukkan kepalanya Sebentar. Kemudian Lima Orang Prajurit Jangkarbhumi.
Seketika Lima Prajurit kembali merubah Kulitnya menjadi Bersisik Biru Kehijauan. Dan Dengan tetap Menghaturkan Hormat Tubuh Mereka Tenggelam Kedalam Tanah. Setelah Memberikan Perintah Kearah Lima Prajurit Kerajaan Jangkarbhumi. Mereka Melanjutkan Percakapannya kearah Istana.