Chereads / Laskar Dewa Series Episode II Sitija (Sang Yadawa Terakhir) / Chapter 10 - Legenda Cinta Prabu Bhomabomantara

Chapter 10 - Legenda Cinta Prabu Bhomabomantara

Dwarawati Kedatangan beberapa Kerajaan Sekutu. Diantaranya ada Seorang Prabu Bernama Citraratha. Yang kembali disuruh Batara Indra. Karena Semua Para Dewa Menghadapi Kekalahan Di Medan Pertempuran Dengan Pasukan Raksasa Prabu Bhomabomanthara. Di balai Pertemuan Diantara Wangsa Naga dan Wangsa Ditya.

"Sendiko Dawuh …Narendra Dwarawati Bersama Semua Permaisuri dan Semua Putra.Tak Luput Juga Hormat Hamba Citraratha Keseluruh Kerajaan Wangsa Yadawa.Seluruh Ditya Pasukan Pringgodhani.Seluruh Wangsa Naga yang berasal dari Kerajaan Jangkarbhumi…"Kata Prabu Citraratha sambil menghaturkan Hormat.

Dengan menundukkan Kepalanya Sembari Menyatukan Kedua Telapak tangannya. Seketika Semua Yang berada Di Balai Patemon Dwarawati membalas Hormat yang Sama Kearah Prabu Citraratha.

"Silahkan Adi Citraratha,Kami Disini Mau mendengarkan Apa yang Menjadi Keluhan Para Dewa lewat Perintah Adi Indra .Yang Disampaikan Kepada Adi Citraratha…"Jawab Sang Narendra Dwarawati kearah Prabu Citraratha Seraya Melapangkan Telapak tangan kanannya.

"Kayangan Dewaloka Beserta Kayangan yang lainnya. Telah Dikuasai Oleh Prabu Bhomabomanthara Putra Angkat Kanda Dan Kakang Mbok Satyabhama dalam Wujud Batara Wisnu dan Dewi Pratiwi,Kanda Khrisna Dan Kakang Embok Satyabhama.Hamba Diutus Kemari Untuk Menyampaikan Hal ini Oleh Batara Indra…"jelas Prabu Citraratha.

"Apa yang Menjadi Keluh kesah Para Dewa Sudah Aku Pertimbangkan Adi Citraratha.Aku Mengutus Putraku Raden Samba Kearah Trajutrisna.Untuk menyelesaikan Masalah Ini juga,Aku sudah berunding Dengan Adi Udhawa.Dalam Tempo Tiga Hari Seluruh Pasukan Kerajaan Kaum Yadawa Beserta Seluruh Pasukan Pringgodhani dan JangkarBhumi Akan Tiba Di Bukit Rewataka.Guna Menyelamatkan Putraku Raden Samba dan Dewi Agnyawati…"jelas Sang Narendra Dwarawati.

"Hamba Akan Mengembalikan Paksi Wilmuna Dan Wildata.Kepada Uwak Narayana dan Uwak Putri Satyabhama.Untuk cepat Menghalau Pasukan Kerajaan Prajathista."Kata Raden Guritno Kepada Narendra Dwarawati dan Semua yang Hadir di Balai Patemon.

"Kenapa Begitu,Ngger Nakmas Tetuka?"tanya Dewi Satyabhama kearah Keponakannya.

"Hamba Selalu Bersedih Jika Melihat Paksi Wilmuna dan Wildata .Hamba selalu Teringat Kakang Sitija Sahabat Hamba, Uwak Putri.Ma'afkan Hamba Uwak Khrisna dan Uwak Putri Satyabhama.Sebab Hamba juga merasa yakin , Bahwa Umur Hamba Tidak akan Bisa Melihat Sahabat Hamba Kembali,Uwak Khrisna dan Uwak Putri…"jelas Raden Guritno sambil menitikkan Air matanya kearah Uwak dan Uwak Putrinya.

"Ngger,Nakmas Tetuka.Aku Sudah kehilangan Putraku,Sahabatmu.Aku ingin Angger Tidak Berbicara Seperti itu,Angger Tetuka,Angger Antareja.Anggaplah Aku Juga seperti Ibundamu,Dewi Arimbi.Aku Menyayangi Angger Seperti Putraku Sitija,Iya Ngger…?"jawab Dewi Satyabhama mendekati kemudian Memeluk Keponakannya.

Pemandangan Haru Yang Kemudian Diikuti Oleh Semua Permaisuri Dwarawati. Memeluk Kedua Keponakannya Raden Antareja Dan Raden Guritno.

"Hamba Menginginkan Jika Nanti Terjadi Bentrokan dengan Seluruh Pasukan Prajathista.Uwak Khrisna dan Uwak Putri Satyabhama mau Memenuhi Permintaan Hamba."Pinta Raden Guritno Kepada Kedua Uwaknya.

"Apa itu ,Ngger…?"tanya Sang Narendra Dwarawati kearah keponakannya.

"Uwak Berdua Harus Berpasangan Menunggangi Paksi Wilmuna dan Wildata.Untuk membunuh Prabu Bhomabomanthara.Demi mengenang Kakang Sitija,Untuk Hamba…"jelas Raden Guritno.

"Meskipun Berat ,Aku akan Memenuhi Keinginan Nakmas Tetuka,Iya Nakmas-Iya Nakmas…"jawab Sang Narendra Dwarawati kemudian Memeluk Keponakannya.

"Terima Kasih,Uwak Khrisna dan Uwak Putri Satyabhama.Terima kasih…"jawab Raden Guritno menghaturkan Hormat sambil Menyatukan kedua telapak tangannya.

"Baiklah,Hamba Mohon Pamit Kanda Khrisna Dan Semuanya.Hamba Dan Pasukan Hamba akan Bergabung Dengan seluruh Kaum Yadawa.Wangsa Ditya dan Wangsa Naga Nanti Menjelang Berangkat Kearah Bukit Rewataka…"Pamit Prabu Citraratha Kearah Semuanya.Seraya menundukkan kepalanya dan menyatukan kedua telapak tangannya kembali. Sebelum Berlalu bersama Mahasenapatinya. Semua yang berada Diruangan itu Kembali membalas Hormat Sang Prabu.

"Silahkan Adi Citraratha…"jawab Sang Narendra Sambil Membalas Hormat Prabu Citraratha.

.............................................

Sementara itu Di Dewaloka yang telah dikuasai oleh Prabu Bhomabomanthara.Prabu Bhomabomanthara yang Berwajah Seperti Raden Sitija Mengatur Rencana Untuk Melamar Ratu Dewi Agnyawati. Sang Prabu Berunding Dengan Keenam Mahasenapati Raksasa nya. Dengan Duduk Diatas Singgasana Dewaloka Sang Prabu Menyuruh Tiga Raksasa Denawa. Mahasenapatinya Yang Bernama Hayagriwa, Nishunda Dan Satruntapha Menuju Kearah Trajutrisna Untuk melamar Pujaan Hatinya Ratu Dewi Agnyawati.

"Paman Hayagriwa,Paman Satruntapha,Dan Paman Nisundha…!"Kata Sang Prabu.

"SENDIKO DAWUH…SINUWUN PRABU …!"Seru Mereka bertiga.

"Pergilah Kearah Kerajaan Baru,Yang pernah Dibangun Oleh Putra Khrisna.Kudengar Cintaku Sudah Berada Disana,Dinda Kamakhya.Guna Akan Melamar Pujaan hatiku Dinda,Aku Yakin Sebentar Lagi Dinda Kamakhya Akan Menerima Cintaku.Karena Aku Sudah Berkorban Cukup lama Hingga memiliki Paras Sebagus ini,Paman...Paras Tampan Raden Sitija.Dengan Wajahku Yang Sekarang Seperti Raden Sitija ,Aku yakin Dinda Kamakhya Tidak akan Menolakku.Sebab Aku Pernah Membuntuti Dinda Kamakhya Bersama Adikku Raden Sitija.Mereka Berdua Diatas Tunggangan Garuda Raksasa Milik Raden Sitija.Aku Cemburu Melihat Pujaan hatiku Bersandar Di pundaknya.Setelah Aku Membunuh dengan Mematahkan Leher Salah satu Kakangnya Raden Wisata dan Adiknya Yang bernama Arya Gunadewa.Puluhan Tahun Aku Menahklukkan Belasan Ribu Kerajaan Hanya Untuk Mencari Dinda Kamakhya.Ternyata Hatinya Hanya Untuk Seorang Pangeran Suami Dari Seorang Apsari Bernama Yadnyawati ,Dinda Kamakhya .Tapi Demi Rasa Sayangku Pada Dinda.Akan Aku Berikan Apapun Untuk Belahan Hatiku .Tolong…Paman Katakanlah Rasa Cintaku ini Kepada Calon Istriku."Kata Sang Prabu Kembali kearah Mahasenapati Raksasa Denawa Bawahannya.

"SENDIKO…DAWUH SINUWUN!!"Seru Mereka Bertiga kearah Junjungannya. Seraya Menghaturkan Hormat dengan menundukkan Kepalanya dan Menyatukan kedua Telapak Tangannya.

Mahasenapati Raksasa itu Berpamitan Untuk Melakukan Titah Sang Prabu.

"Sinuwun,Apakah Sinuwun Prabu Bhomabomanthara Tidak terlalu Tergesa-gesa .Pikirkanlah Lagi Sinuwun,Sinuwun Sudah mempunyai Enam Belas Ribu Selir .Bahkan Sinuwun Tidak Pernah Menggauli Mereka Layaknya Suami Istri,Sinuwun.Sedangkan Separuh Diantara Putri-putri Cantik itu ,Sinuwun Biarkan Mendiang Mendiang Prabu Narakasura dan Mahasenapatinya Prahasta yang Menjamah Mereka.Hamba Mohon Pikirkanlah Lagi ,Sinuwun..." Kata Mahasenapati Raksasa Lainnya.

"Paman Mura,Paman Tidak Tahu dengan Perasaanku ,Paman.Hampir Puluhan Tahun Aku Menunggu Kekasihku .Sampai Kapanpun Aku Tidak akan mau Mengkhianati Rasa Sayangku Pada Dinda Kamakhya ,Paman .Aku Melakukan ini Semua Demi Cintaku pada Dinda Kamakhya.Ini Adalah Untuk Pujaan Hatiku,Paman.Semua Yang Aku Raih Adalah Nanti akan Menjadi Milik Dinda Kamakhya Beserta Putra dan Putriku .Yang Suatu sa'at akan terlahir melalui Rahimnya.Dan akan Kita Besarkan Bersama…"Jelas Prabu Bhomabomantara.

"Jika Itu Kemauan Dari Sinuwun ,Hamba tidak Bisa Dan Juga Mau membantahnya Untuk Kebahagiaan , Sinuwun Prabu."Jawab Mahasenapati Mura kearah Junjungannya.

.............................................

Sementara Di Dwarawati Telah Berkumpul Jutaan Pasukan dari Kerajaan Kaum Yadawa, Wangsa Ditya dan Para Naga. Guna Menyelamatkan Dan Mengamankan Raden Samba dan Dewi Hyangyanawati.Setelah Berpamitan Kepada Semua Istri beserta Semua Putra dan Putri nya. Sang Narendra Khrisna dan Dewi Satyabhama segera Bersiap Menunggangi Dua Ekor Burung Garuda Raksasa ,Paksi Wilmuna dan Paksi Wildata. Setelah Dipasangkan Pelana Oleh Kedua Putra Mereka Yaitu Raden Partajumena dan Raden Haryo Bawono.

"Putraku Partajumena dan Haryo Bawono,Terima kasih,Ngger."Kata Sang Narendra Dwarawati kearah Kedua Putra Sulungnya dari Permaisuri yang Berbeda.

"Sendiko Dawuh,Kanjeng Rama dan Kanjeng Ibunda!"Seru Mereka Berdua Hampir Bersama. Tak Lupa Kedua Putra menghaturkan Hormat kearah Kedua Orang Tua Mereka.

Dewi Satyabhama yang Membawa Busur Beserta Anak Panah dalam Wadahnya. Kemudian Menyelempangkan Wadah Anak panah Kearah Bahunya. Sang Dewi Menaiki Paksi Wildata. Sedangkan Sang Suami Prabu Khrisna menaiki Paksi Wilmuna.

"Apakah Dinda Sudah Siap…?"Kata Sang Narendra Dwarawati kearah Sang Istri Tercinta.

Dewi Satyabhama Tersenyum Sambil mengganggukkan Kepalanya kearah Sang Suami.

"BAIKLAH…SELURUH PASUKAN YADAWA,PRINGGODHANI,JANGKARBHUMI APAKAH KALIAN SUDAH SIAP?KITA BERANGKAT SEKARANG…!"Seru Raden Antareja kearah Semua Pasukan.

"SENDIKO DAWUH…!" Seru Jutaan Pasukan Jangkarbhumi.

Dengan Dibawah Perintah Mahasenapati Taksaka.Seluruh Tubuh Pasukan Jangkarbhumi Segera Membentuk Sisik Berwarna Hijau Kebiruan. Mereka Berbaris Menggunakan Ajian Amblas Bumi. Semua Raja Pasukan Kaum Yadawa Juga Memberi Aba -aba. Memberangkatkan Jutaan Aksohini Mereka. Diikuti Oleh Pasukan Ditya Pringgodhani Yang Dipimpin oleh Keenam Mahasenapatinya, Ditya Prabakesha, Ditya Pancatyana, Ditya Anchakagra, Ditya Maudara, Ditya Yayahgriwa, Dan Ditya Amisundha. Prabu Khrisna dan Sang Istri Dewi Satyabhama segera Menyentakkan Sedikit Tali Kekang Dua Garuda Raksasa yang Mereka Tunggangi. Dua Ekor Burung Raksasa Itu Segera Mengeluarkan Suara Melengking memekakkan Telinga yang Mendengarnya. Dengan Mengepak -epakkan Kedua Sayapnya yang Menyebabkan Banyak Debu Berterbangan. Kedua Burung Raksasa Mulai pelan-pelan Terbang Mengambang Di Udara. Raden Guritno Menyusul Kearah Kedua Pasangan Uwak dan Uwak Putrinya.

"Apakah Kau juga Sudah Siap,Nakmas Tetuka…!"kata Dewi Satyabhama kearah Keponakannya.

Raden Guritno Menjawab dengan menundukkan kepalanya sembari menyatukan kedua Telapak tangan kearah Uwak Putrinya.

"Baiklah …Kita akan Berangkat Sekarang…!"Kata Prabu Khrisna kearah Istri dan Keponakannya. Dengan sekali hentakan Kembali.

Kedua Burung Garuda Raksasa dan Raden Guritno Membalikkan Badannya. Kemudian Melesat Terbang Kearah Awan.