Paginya Juan sudah berdiri di depan pintu kamarnya, membawa beberapa bahan makanan untuk membuat sarapan.
"Aku akan buat sup untuk sarapan. " ucapnya sambil mengeluarkan bahan-bahan dari kantung belanjaan.
"Apakah harus di kamarku? " penampilan nya masih berantakan, penampilan baru bangun pada umumnya.
"Jika tidak, kau tidak akan memakan makananku. " mengapa Juan terlahir dengan sangat pengertian seperti ini.
"Baiklah, aku akan mandi. " kepercayaan mulai timbul untuk Juan.
Mendengar hal itu membuat senyumnya lagi-lagi timbul, hari yang begitu cerah.
Bukan cuti namun melarikan diri, Athena tak memberi kabar apapun kepada siapapun termasuk Sean.
"Beberapa jam yang lalu Nona meninggalkan sebuah hotel pinggir pantai, namun atas nama.. "
"Atas nama siapa? " Sean langsung melihat ke layar komputer.
"Tuan Juan. "
Huuft.. Sean tak yakin Athena dapat menahan perasaannya, ia hanya bisa memberikan Athena sehari untuk menyelesaikan semuanya.
"Baiklah, pantau terus. Malam ini kita harus menjemputnya. "
<<<<<
Bughh..
Seseorang memukul salah satu anggota Camorra hingga tak sadarkan diri, namun kembali di siram dengan larutan asam yang membuat nya kembali terbangun.
"Arrgghhh.. " luka-luka di tubuhnya terasa semakin menyiksa begitu larutan asam menyerap ke dalam lukanya.
"Katakan padaku siapa pemimpin mu?! " ia akan terus menyiksa sampai pria itu mengatakan jawabannya.
"Bunuh saja aku! " kesetiaan yang patut di apresiasi.
Bughh..pukulan dari tongkat besi yang memukul kuat perutnya.
"Arrgghh.. " erangan kesakitan tak membuat nya melunak, malah semakin beringas.
"Hentikan, " seseorang dari balik kegelapan datang menghampiri penyiksaan yang di lakukan oleh anak buahnya.
"Tapi, kapten. "
"Kita mendapatkan jawabannya. " Manny, dalang di balik semua ini. Apakah ia sudah mengetahui pemimpin dari Camorra? Apa jawaban yang di dapatkan oleh kapten kepolisian itu.
"HENTIKAN! " walau nyaris sekarat pria tak berdaya itu tetap menjaga pemimpin nya.
"Tidak bisa, " Manny menodongkan sebuah pistol ke arah pria yang tersungkur tak berdaya.
Dorr..
<<<<<
Menaiki pegunungan menggunakan sepeda ternyata bukan hal buruk. Walau dirinya sudah begitu kelelahan.
"Berhenti sebentar, aku capek. Hosh..hosh.." tumben sekali dadanya sesak hanya karena mengayuh sepeda.
"Baiklah. " tak tega juga melihat Athena yang sudah kelelahan mengayuh sepedanya.
Mereka duduk dibawah pohon rindang untuk beristirahat.
Hufftt..rumput hijau yang tumbuh dengan subur terlihat sangat nyaman untuk tiduran sambil menatap langit cerah. Mata Athena tertutup, menikmati hembusan angin, momen yang jarang ia nikmati.
"Apakah kalian pendatang? " seorang wanita paruh baya melihat mereka beristirahat di bawah pohon, di lihat dari pakaiannya terlihat seperti penduduk asli.
"Iya, bu. " jawab Juan tersenyum ramah. "Udara disini begitu bersih dan pemandangan nya juga begitu indah. " wanita tua itu terkekeh mendengar ucapan Juan.
"Daerah ini memang terkenal akan hal itu, jika kau ingin melihat pemandangan yang lebih indah naiklah ke atas bukit itu. Disana akan sangat indah untuk melihat matahari terbenam. " wanita tua itu menunjuk ke arah jam 1. "Pacar mu akan sangat menyukainya. "
"Terimakasih, kami akan mampir nanti. "
Wanita itu tersenyum lalu pergi.
"Pacar? " ternyata Athena tak tertidur hanya menutup mata.
"Kau boleh menganggap nya seperti itu. " ucap Juan serius.
Melihat keseriusan Juan membuat Athena tak enak hati, "bagaimana jika kita makan, aku lapar. " pintanya mengalihkan pembicaraan.
"Baiklah, " Juan akan memberikan Athena banyak waktu untuk menerima nya.
Jika aku menunjukkan diriku yang sebenarnya apakah kau akan tetap mengejar ku? Aku rasa tidak. Athena itu bagai monster yang sangat mengerikan.
Hari-hari yang di habiskan bersama begitu menyenangkan, walau tak terlalu membuahkan hasil untuk perasaan Juan terhadap Athena.
Hari itu berakhir dengan Juan yang mengantar Athena pulang ke kediaman Zilgasta.
"Sampai jumpa, " tetap saja hari ini sangat berharga bagi Juan.
"Juan, mari kita akhiri semua ini. " namun senyumnya memudar.
"Mengakhiri maksud-"
"Terima kasih atas hari ini, aku sangat senang." Athena melepaskan seatbelt nya lalu keluar dari mobil.
"Tunggu.. " Juan menghentikan Athena untuk menutup pintu mobil, di raihnya plastik hitam dari jok belakang mobil lalu memberikan plastik itu pada Athena.
"Apa ini? " Athena mengambil plastik itu tanpa melihatnya.
"Aku pergi dulu, selamat malam. " mobil nya pergi meninggalkan Athena.
Aromanya begitu familiar, "daging panggang?"
Tiba-tiba daru nafas Athena tak beraturan, jantungnya berdetak kencang dan tubuhnya membeku di tempat. Ia mengejar mobil Juan yang sudah terlalu jauh, menahan air matanya tanpa tahu akan berbuat apa.
"Kenapa harus seperti ini. " Athena goyah, apakah Juan adalah anak laki-laki yang pernah menolong nya saat ia kecil? Bagaimana bisa semua ini terjadi.
Esoknya tak ada kabar dari Juan, seolah menghilang atau menghindar.
"Kau goyah? " dugaan Sean tepat. " Juan akan dalam bahaya jika terus ikut campur dalam kehidupan mu. " peringat Sean, masalah ini sangat serius.
"Tapi.. " apakah ada kemungkinan Juan akan menerimanya?
"Apa dia akan menerima mu sebagai pemimpin mafia? Sebagai organisasi sindikat seperti ini? Jelas hal itu akan memperburuk citranya sebagai orang baik-baik." sebisa mungkin Sean akan menyadari adiknya untuk tidak mengambil resiko yang tinggi.
Dan lagi-lagi Sean menyadarkan Athena tanpa menyaring kata-kata.
"Tapi.. " Athena juga seorang wanita, apakah dosa mencintai seseorang?
"Kau hanya akan melukai diri sendiri. "
Tikus-tikus itu memunculkan dirinya, tikus menjijikkan yang tak di sangka-sangka mencuri barang yang bukan miliknya.
"Wah, ternyata unit narkotika juga memperjual narkoba dan itu hasil curian? Sangat menarik. " Athena memperhatikan bungkusan kecil-kecil yang berisi produk miliknya.
"Dan sekarang kau mengatakan kau benar-benar mengembalikan barang milikku? " sambungnya menatap tajam ke arah Manny, logika macam apa ini.
"Barang-barang mu ada padaku sekarang yang artinya itu adalah barangku. " Manny membela. "Jadi jika kau menginginkan nya kau harus membelinya dari ku. " sambungnya.
"Beli saja setengah harga, kau akan mendapatkan duapuluh kali lipat dari yang kau bayar. " menjual barang sitaan, ternyata sangat rendahan. "Aku sudah tidak muda lagi, jadi tidak bisa terus menjual barang sitaan. " Athena tertawa mendengar ucapan Manny, sangat bodoh.
"Mungkin sudah seharusnya kau mati karena sudah menua. " ujar Athena. "Lupakan. "
"Aku sudah memiliki banyak uang. " Manny yang mendengar itu tampak sedikit was-was.
"Jadi, teruslah berusaha untuk memeras otak..." Athena menutup koper berisi produk miliknya. "Bagaimana kau akan keluar dari sini dengan selamat? "
"Kami membunuh Josh untuk menggantikanmu. "
"Sudah selesai memeras otak? " Athena melirik ke arah Sean, Sean yang mengerti langsung berdiri membuka pintu.
"Menurutku, kau bisa menggunakan bantuan ku untuk banyak hal. " Manny dengan santai duduk di atas sofa, menyilangkan kedua kakinya. Sepertinya kepercayaan dirinya sudah kembali.
Athena tak peduli, memutar kursinya lalu menatap jendela besar di belakangnya.
"Jika kupakai cara legal untuk membersihkan pasar untukmu, kau akan menjalankan bisnis dengan status ilegalmu. " bujuk Manny, terdengar menarik.
Athena berdiri dari duduk nya, "hei. Bekerjasama dengan mu tidak akan mudah karena aku tahu kau bos dari para tikus."
Manny melihat kanan kiri lalu meluruskan duduknya, "apa yang kau inginkan? "
"Tidak ada. " jawab Athena enteng.
Bugghh.. Sean memukul kuat leher Manny, mengakibatkan pria itu pingsan seketika.
"Pindahkan dan cari anggotanya. " tikus itu menjijikkan, mencuri barang yang bukan miliknya. Tidak ada ampun bagi mereka yang merebut miliknya.
Athena keluar dari apartmen dan memasuki mobil, diikuti beberapa anggota nya.
"Athena? " Juan tak sengaja melihat wanita itu memasuki mobil dengan beberapa pria bertubuh tegap. Merasa ada yang aneh membuat Juan mengikuti mobil itu.
Mereka tiba di salah satu gudang besar yang sudah lama di tinggal. Kain hitam yang menutup kepala Manny di buka.
Athena berdiri di depannya, kilatan mata tajam yang penuh denga amarah. Berniat melampiaskan kekesalannya akhir-akhir ini.
Buuggghh..bughh..bugghh..
"Arrgghh..henti..hentikan.. " Athena menghajar habis Manny dengan segenap tenaganya.
"Kau mencoba untuk bernegosiasi dengan ku, setelah mencuri barangku, sangat bodoh! " bugghh..
Pikiran Athena sedang kalut, biasanya ia hanya perlu menarik pelatuk tanpa harus melukai tangannya.
"Athena.. " Sean mengkhawatirkan tangan adiknya yang sudah penuh luka akibat memukul Manny.
"Jangan menyebut nama ku jika sedang di situasi seperti ini. " memukul bahkan menginjak-injak tubuh Manny yang sudah tak berdaya, saat ini Athena terlihat sangat tidak berperikemanusiaan.
"Arrgghh.. "
Mendengar suara erangan membuat Juan memperbesar langkah nya mencari sumber suara, takut terjadi hal yang tak diinginkan pada Athena.
Begitu melihat pemandangan itu membuatnya tak percaya. Athena menyiksa dengan senyuman lebar yang begitu mengerikan, terlihat jelas tak ada rasa bersalah atau rasa takut. Bagaikan monster tak berperasaan. Berkali-kali Juan berusaha untuk tidak mempercayai apa yang baru saja ia lihat.
Bugghh..bugghh..
"Athena hentikan, " Sean menarik tangan Athena yang sudah berlumuran darah. Manny yang sudah tak sadarkan diri membuat luapan amarah Athena semakin menjadi.
"Siram. " ia sudah mendengar bagaimana bawahannya yang setia di siksa oleh tikus ini, siapa yang tidak murka jika salah satu orangnya di siksa hingga mati. Merasa belum puas Athena mengambil pistol milik Sean.
Kletak.. Athena bersiap-siap untuk menembak, mengarahkan pistol ke arah Manny.
"Hentikan! " teriak Juan yang sudah berdiri tak jauh darinya.
Kaki Athena terasa begitu lemas melihat kehadiran Juan.