Sikap Athena pada Sean benar-benar berbeda, begitu pun sebaliknya.
"Dari mana kau mengetahui identitas ku? " tanya Sean sambil mengolesi roti tawar untuk sarapannya.
"Secara kebetulan aku mengingatnya. " jawab Athena melahap roti miliknya hingga habis, tak mau bercerita tentang dirinya yang tidak sengaja bertemu Donella.
"Hm.. " sedikit ragu untuk membicarakan hal ini. "Apakah kau pernah mengunjungi Donella? "
Sean melirik, "tidak. " sangat tidak mau mendengar nama wanita itu.
Kini ia berada di sebuah restoran mewah untuk makan malam sekaligus berbisnis.
"Kau paham bukan jika aku bukan orang yang menyia-nyiakan uang hanya untuk kebutuhan politik yang kau jalani kali ini." ucap Athena mempertegas prinsipnya.
"Ha-ha ternyata kau sangat pintar, " Ferdinand merupakan calon kandidat presiden, mengapa orang-orang penting sangat membutuhkan bantuannya.
"Tunjukkan pada ku jika uang ku memiliki arah yang pasti. " pinta Athena.
''Tenang saja, akan aku tunjukkan. " pria tua itu menuangkan teh ke dalam cangkir Athena. Athena tidak menerima teh itu, tak pernah sekalipun ia memakan makanan yang di buat oleh orang lain kecuali orang-orang yang ia percayai.
"Aku tak akan meracuni teh ini, " ia terkekeh pelan melihat Athena yang menolak teh pemberian nya.
"Lebih baik mencegah,bukan."
Lagi-lagi Athena memilih berjalan kaki tak tentu arah, sehabis acara makan malam dengan Ferdinand ia tak langsung turun menemui Sean yang menunggu di lobi. Pakaiannya tetap sama, memakai kaus putih, celana dan sepatu kets.
Malam begitu dingin, membuat hati Athena kembali segar. Sedikit gelisah karena fikirannya selalu tertuju pada seseorang, seseorang yang seharusnya datang menemuinya. Namun, sudah sebulan lebih tak pernah ia dengar kabarnya.
"Musnah lah pikiran-pikiran tidak berguna! " rutuknya menendang kesal kerikil yang menghalangi jalannya.
TINN..
Nyaris saja Athena mengumpat begitu suara klakson mengagetkan nya.
"Bisakah kau... " seorang pria turun dari mobil, pria yang baru-baru ini sangat menyita fikirannya.
"Hai, " sapaan yang terdengar begitu lembut, sangat bertolak belakang dengan kepribadian nya yang selalu terlihat arogan dan dingin.
"Apa yang kau lakukan disini? " Athena menatap sinis pria yang tingginya hanya lebih beberapa senti.
"Maukah kau ikut dengan ku? " Juan membukakan pintu mobil untuknya. Pertemuan tanpa di duga, kembali membuat jantungnya tak normal.
Athena masuk tanpa bertanya sepatah katapun, melihat Athena yang setuju membuat senyum lebar Juan merekah.
Tak akan ku lepaskan. Batin Juan.
Mereka berhenti di sebuah pantai, atap mobil di buka dan duduk sambil menghirup udara pantai yang sangat menyegarkan.
"Jika kau membutuhkan tempat untuk menyegarkan pikiran, kau bisa kesini. " ujar Juan.
Athena menutup matanya sambil menghirup udara, menghayati setiap hembusan angin malam. Rambutnya sedikit berantakan, membuat tangan Juan terulur untuk merapikannya.
"Ah, aku jadi tidak ingin pulang. " gumam Athena."Bagaimana jika kau dan aku menginap disini? Sudah terlalu larut, " usulnya.
"Baiklah, " jawaban spontan yang sedikit tidak terduga.
"Apakah ini tidak akan menimbulkan masalah? " Juan melirik ke arah Athena dengan sedikit bingung.
"Masalah? " kerutan kecil muncul di dahi Juan.
"Ingat kau sudah beristri. " bisa-bisa nanti dirinya di cap sebagai perebut laki orang.
"Tidak. Aku sudah bercerai. " pasangan yang di kenal sangat serasi itu? Mereka bercerai? Semudah itu?
"Cerai? Aku dengar pernikahan kalian sudah lima tahun-"
"Pernikahan kontrak, karena ayahku membutuhkan peran mentri pertahanan untuk mencapai tujuannya. " jawab Juan dengan santai.
Athena mengerti akan hal itu, Azalea hanyalah batu pijakan bagi Juan.
"Bukankah kau terlalu kejam, kau tahu Azalea sangat mencintaimu. " siapa yang tidak berpikiran seperti Athena jika mengetahui hal ini.
"Aku tahu. " Juan terlihat acuh tidak peduli, sama halnya dengan Athena yang tidak berperasaan.
"Dan kau memanfaatkan itu, " mengapa begitu menyebalkan melihat sifat Juan yang seperti ini.
Tak ada bantahan akan hal itu.
"Dan.." Athena ingin meneruskan perkataan nya namun tertahan.
"Kau tak usah bertanya seberapa besar perasaanku, dan aku mohon jangan pura-pura tidak merasakannya. " Juan menatapnya dengan lekat, tatapan sendu bagaikan anak anjing yang mengharapkan sesuatu.
Athena lagi-lagi terdiam, "aku akan terus berpura-pura. " ucap Athena pada akhirnya, karena wanita itu tidak ingin mengambil resiko untuk mencintai seseorang.
"Kenapa kau tak mau mengakuinya? Sangat tidak berperasaan. " apakah ini karma yang ia dapatkan karena mengabaikan perasaan Azalea?
Ya, Athena tak mau mengakuinya. Mencintai ataupun di cintai tidak akan ada perubahan, hanya akan menimbulkan banyak pertentangan. Dan menimbulkan kelemahan untuk Athena yang memiliki posisi sebagai pemimpin mafia.
Banyak yang ingin menjatuhkannya namun tak mengetahui caranya karena tidak memiliki kelemahan yang bisa di incar. Jika Juan berada di sisinya, pilihannya ada dua. Berhubungan baik yang menguntungkan Zilgasta atau tak saling berhubungan demi Camorra. Dari awal ia memasuki Zilgasta karena Camorra, dan hal itu tak akan pernah berubah.
"Aku lelah, ayo cari hotel. " membahas perbincangan ini hanya akan membuat dirinya tersakiti.
Juan memesankan kamar untuk Athena, karena wanita itu tidak membawa dompet, suite room yang mewah hanya untuk satu malam. Pria itu sangat berlebihan.
"Apakah ini caramu untuk mencari udara segar? Tanpa apapun? " wanita yang di hadapannya ini sangat tidak bisa di prediksi.
"Aku minta uang, " Athena menadahkan tangannya tepat di depan wajahnya.
"Uang? Untuk apa? " bagaimana bisa ia dimintai uang oleh saingan bisnisnya.
"Membeli bahan makanan, dari siang aku belum makan. "
"Beli saja, kau mau makan apa? "
"Aku hanya masak sendiri. "
"Siapa yang kau percayai di dunia ini? " Juan sedikit kagum dengan kewaspadaan Athena terhadap apapun.
"Baiklah jika kau tak mau, " Athena berbalik namun langsung di tahan oleh Juan.
"Baiklah, kau ingin masak apa? "
Mereka tiba di minimarket 24 jam, membeli beberapa bahan. Dan kembali ke hotel.
"Biar aku buatkan sesuatu-"
"Tidak. " tolak Athena dingin, sangat sulit menerima makanan dari orang luar.
"Kau tak percaya padaku? " jelas kecewa begitu mengetahui hal itu.
"Aku..hanya tak ingin merepotkan mu. "
"Tidak sama sekali, duduklah. " Juan menarik lengan Athena untuk duduk di salah satu kursi makan.
Athena duduk sambil memperhatikan Juan masak, ia harus tahu apa yang akan di makannya nanti. Baiklah, Athena tidak terlalu mempercayai Juan .
"Aku tidak akan pernah meracunimu, jika masih tak percaya kau boleh melihat lebih dekat. " Juan mencoba memahami kewaspadaan Athena, menghargai posisi Athena.
Tangannya begitu lincah dalam menggunakan pisau dapur dan kharismanya pun tak juga pudar. Athena tersenyum tipis melihat Juan yang sedang sibuk memasak.
"Ternyata kau sangat pintar memasak, '' ucap Athena tanpa mengalihkan pandangannya.
Juan menahan senyumnya begitu Athena memuji kemampuannya, "mau tidak mau aku harus pintar memasak, sejak kecil aku hanya tinggal seorang diri. Sama hal nya denganmu aku juga tidak terlalu mempercayai orang untuk makananku. "
Meja makan di tata begitu rapi, harumnya ruangan dan suasana makan malam yang begitu tenang. Ditambah makanan yang ia makan sangat enak.
"Kau suka? "
Athena mengangguk, "sangat enak. " ucapnya sambil tersenyum manis.
Cekrek.. Juan tak menyia-nyiakan moment itu, mengambil sebuah gambar ketika Athena tersenyum.
"Sangat cantik. " gumamnya pelan dengan mata berbinar.
"Apa? "
"Ah? Tidak ada, habiskan makanannya okey. "
Athena mengangguk, menikmati setiap gigitan. Menu makan malam yang di buat oleh Juan adalah steak, dengan daging sapi berkualitas tinggi.
"Berhenti menatapku. "
''Maaf, salah kamu karena terlalu cantik. "
Apa-apaan ini mengapa ucapan Juan membuat wajah Athena terasa begitu panas. Athena meneguk segelas air putih untuk menghilangkan rasa panas di sekujur tubuhnya.
Hukk..hukk..ia tersedak.
"Berhati-hatilah, " Juan menepuk pelan punggung Athena. "Wajahmu sangat merah, apakah demam? " tangan dinginnya menyentuh kening Athena, nyaman.
"Ti..tidak.. " bagaimana caranya agar ia bisa melewati malam ini!
"Apakah besok kau bekerja? Ambil cuti okey, aku ingin menghabiskan banyak waktu bersamamu. " tatapan sendu penuh harap itu selalu membuat Athena tak bisa menolak, namun secepatnya ia harus mengakhiri semua ini.
"Tidak-" Athena masih tetap bersikeras menolak.
"Aku mohon. "
Ahh, apa yang akan ia lakukan kali ini? Tak ada cara untuk menghindar.
"Baiklah, "