_"Ketika kepercayaan kita ter khianati, hanya satu keadaan yang dirasakan hati. Tersakati itu pasti, tapi yang lebih besar itu rasa kecewa padanya yang membekas"_
~Fai~
Tahun 2022...
Afi menjalani semester 6 dengan baik, seperti keadaan normal mahasiswa lain. Tidak terasa 3 tahun sudah menempuh perjalanan di Kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta memberi banyak kenangan manis.
Afi berjalan-jalan untuk joging pagi hari itu...
"Afi..." Teriak seseorang dari jauh
"Iya" Afi menoleh dan menghentikan langkah kakinya yang tadi sibuk joging di alun-alun Yogyakarta
"Gus tumben kelihatan pagi-pagi, biasanya bantu Abahmu mengajar ngaji kitab kalo subuh?" Ucap Galih dari jarak 2 meter dengan pakaian khasnya yang ngejreng muai ujung kepala hingga bawah penuh warna, sudah seperti rainbow cake.
"Eh kamu Galih, aku kira siapa, hahaa.... Dandanan apa ini? Aneh banget, mau ke mana berdandan begitu?" Tanya Afi kebingungan dan menahan tawa
"Ini aku terjebak situasi darurat, jadi berdandan ala kadarnya. Aku itu terjebak masalah. Tapi kamu kenapa ada disini tidak biasanya joging santai?" Galih berbicara pelan karena malu, dan tetap penasaran dengan kegiatan Afi
"Ah itu... aku Cuma sedang ingin bersantai sebentar. Abah juga sudah sehat jadi aku minta izin tidak mengisi pengajian kitab rutin subuh" Ucap Afi tersenyum lebar
"Eh begitu, ya sudah" Ucap Galih dengan kaki mulai melangkah meninggalkan Afi
"Galih... tunggu. Ayo sarapan bersamaku" Ucap Afi mengajak Galih tulus dan menepuk punghungya dari belakang
"Wah begini dong. Aku juga lapar Gus, makan apa kita? "Antusias Galih menoleh dan mengiyakan tawaran Afi
"Kita makan roti saja, malu aku bawa kamu ke warung. Dandananmu aneh, hahah..." Ucap Afi dengan meledek temanya
"Ahh... sial baju ini. Harusnya aku bawa baju ganti" Menggaruk kepala malu dan terus menatap baju anehnya
"Kamu dari mana? Dandan kayak pelangi baju merah muda, celana biru terang dengan garis pelangi, udah kayak rainbow cake berjalan kamu, hahah..." Tawa segar Afi menertawakan penampilan temnya
"Ini aku menginap di rumah teman, dia punya adik. Mengompol sembarangan bajuku kotor semua, dan bajunya yang tersisa hanya ini" Ucap Galih menjelaskan dan bermuka masm
"Hhh... ya sduahlah. Nasib, ayo kita beli roti di warung" Ucap Afi cepat dan melangkah
Seusai membeli roti dan beberapa makanan ringan, mereka duduk di kursi taman.
"Gus, kangen suasana kelas tidak? Semester 5 kemarin kan ikut Kampus Mengajar, tidak ikut perkuliahan. Semester ini pasti pelepas rindu ya?" Ucap Galih mengawali percakapan kelas
"Iya nih gimana kabar yang lain? Sepertinya ada perubahan penampian ya? Kamu saj berubah, hahah..." Ucap Afi meledek kembali dan taagan membuang bungkus roti
"Itu Gus, aku kirim foto mereka di WA, banyak sekali penampikan yang berubah. Udah pada kelihatan tua, bahkan Farah sudah bertunangan dan mau menikah" Ucap Galih serius
Afi melihat ponsel dan menatap foto kelas, terlihat wajah semua temannya yang sudah 6 bulan tidak bisa bertemu di kelas. Matanya tertuju pada semua wajah satu persatu, tentu yang menarik perhatian yakni Fai. Pakaian berbalut nuansa syar'i berwarna biru laut sangat pantas. Kemudian di sebelahnya ada Zia, mengenakan pakaian berwarna abu-abu. Melihat foto Zia dalam foto kelas Afi menerawang kelakuannya dulu, kenangan Zia muncul di benak Afi.
Semester 3 akhir...
"Afi tunggu" Ucap Zia di depan kelas saat sepi dan Afi yang berjalan 5 meter dari tempat Zia berdiri
"Iya Zia kenapa?" Ucap Afi menoleh dan menghentikan langkahnya
Zia memberanikan diri maju mendekat ke arah Afi, setiap langkah kakinya penuh dengan debaran jantungnya yang tidak terkontrol. Rasanya menuju ke tempat Afi adalah pejalan berkilo-kilo meter. Meski jaraknya hanya 5 meter.
"Aaa..ku mau bicara sesuatu" Ucap Zia gugup
"Iya Zia apa, kamu kayak orang mau disuntik saja. Wajahmu tegang banget, hahaha...." Ucap Afi sambil tertawa lihat ekpresi Zia
"Afi aku suka kamu" Zia menutup matanya mengatakan perasaan yang mengganjal yang sudah bertahan satu semester itu
Setelah kejadian itu Zia bersikap aneh tiap bertemu dengan Afi. Sikapnya seolah selalu ingin menghindar tapi tetap berusaha untuk tenang.
"Zia kamu udah dapat gambaran untuk tugas kelompok kita kan? Kamu aneh soalnya kemarin, kenapa kamu malah pulang duluan. Padahal belum usai kita diskusinya?" Tanya Fai keheranan dengan kelakuan bestienya akhir-akhir ini
"Emm iya Fai. Paham kok kamu kan udah jelasin juga lewat telepon" Senyum Zia yang terlihat seperti kurang nyaman
"Kamu gak ada masalah dengan Afi kan? Kamu kok sekarang jarang bertengkar dengan Afi. Padahal biasanya kalian tidak pernah akur, kalian seperti saling menghindar. Ada apa?" Ucap Fai penasaran dan mendekati bestienya untuk mengetakan dengan pelan agar Zia nyaman
"Tidak kok Fai, perasaanmu saja. Aku sudah malas bertengkar dengan Afi, kami kan bukan anak kecil lagi" Senyum Zia dengan tulus kepada Fai
"Alhamdulillah, kalau dua temanku sudah bisa saling akur begini. Aku jadi senang" Ucap Fai bernada gembira dengan berjalan menyusuri lorong bersama Zia untuk turun ke lantai 1
Semakin hari keanehan Zia bertambah, sering sekali panggilan Fai via telepon selalu terasa tidak lagi menyenangkan. Zia seperti lebih sering menolak ajakan Fai hangout (jalan-jalan bareng) untuk hanya sekadar menghabiskan waktu untuk makan di tempat favorit mereka.
Sambungan telepon dari Fai kepada Zia...
"Zia kamu bisa tidak nanti hari Sabtu kita jalan-jalan? Aku kangen main bareng, aku deh yang traktir kita makan" Ucap Fai dengan nada bahagia dan berharap
"Ah maaf Fai, aku tidak bisa. Aku sibuk dengan kegiatan organisasi, jadi maaf ya" Ucap Zia menolak untuk yang ke 5 kali selama 3 minggu
"Zia kamu tidak bisa ya? Kalau cuma makan di warung Mbk Mela? Kita beli seblak saja? Kan itu dekat ruahmu, kamu pasti lebih mudah meluangkan waktu sebentar" Ucap Fai masih membujuk dengan nada senang
"Tidak bisa Fai. Aku harus menyusun banyak laporan, maaf ya" Ucap Zia setelah semua usaha Fai dengan pajang lebar membujuk Zia
Semakin hari Fai merasa kehilangan bestienya, harinya terasa sepi. Biasanya semua kedekatan mereka dan curhatan masalah yang dihadapi salah satu selalu di bagi. Kini hampir tidak pernah dilakukan sekitar 1 bulan.
"Farah, kamu mau ke mana? Aku ikut boleh?" Ucap Fai meski kadang kurang cocok dengan Farah, tapi ini pancingan Fai untuk membuat Zia melihat kedekatannya dengan Farah. Berharap Zia akan lebih memperhatikannya.
"Kamu kenapa sih? Sok ikut-ikutan? Aku tidak kemana-mana Cuma duduk di sini" Ucap Farah sedikit tidak bersahabat dan kesal
"Oh begitu, oke. Aku ikut duduk sini ya, aku juga pengen coba duduk dikursi depan kelas ini. Pemandangan kampus bisa dilihat sambil duduk di kursi dan menatap balkon, bagus ya Farah" Fai basa-basi dan duduk di samping Farah
"Kamu kenapa? Sedang bertengkar dengan Zia ya? Kalian bisanya akrab, kenap tiba-tiba mendekatiku?" Kecurigaan Farah diungkapkan setelah disimpan cukup sabar
"Bukan Farah, Cuma ingin menikmati suasana angin teras dan pemandangan Kampus dari sini" Senyum Fai sedikit hambar.
Seminggu setelahnya Fai pergi ke restoran ayam yakni KFC. Suka dengan ayam berbalut tepung itu, Fai memesan dan duduk di meja. Tiba-tiba Fai melihat Zia juga duduk di meja sebelahnya. Kebetulan Fai akan mencoba memperbaiki kerenggangan hubungan mereka.
"Zia kamu disini sendirian? Wah kebetulan ketemu, aku sudah lama tidak makan bareng kamu" Ucap Fai dengan senyum manisnya
"Fai kamu disini? Ah... hee..he.. iya sudah lama, tapi aku tidak lama. Aku akan bungkus makananku" Mencoba menghindar kemudian melihat ponsel dan sibuk berbalas pesan
"Zia kamu kenapa? Aku berbuat salah apa sama kamu? Kenapa aku merasa kita makin jauh?" Ucap Fai mengawali pembicaraan serius
"Ah apaan sih Fai, perasaanmu saja mungkin. Aku biasa saja kok" Ucap Zia mencoba tenang meski tangannya terlihat gelisah dengan terus memutar ponselnya. Fai paham betul kebiasaan sahabatnya ini.
"Zia kamu jangan berbohong" Ucap Fai dan tangan menghentikan pergerakan tangan Zia yang memutar ponselnya terus diatas meja
"Fai kamu tidak bisa seperti ini, kamu tidak bisa menganggap semua orang itu untuk kamu. Kamu harus sadar setiap orang juga butuh privasi dan kesibukan" Ucap Zia marah dan berdiri menuju bagian kasir langsung meminta pesanan ayamnya di bungkus
Perkataan Zia membuat Fai mematung sejenak, dia tidak pernah mendapat perkataan seperti itu dari Zia. Pertama kalinya bestienya membentaknya begitu, kesedihan tidak bisa disembunyikan Fai. Dia juga memilih membungkus ayam dan pulang.
Keesokan harinya di kampus...
Fai tidak sengaja berangkat sangat pagi karena Ayahnya harus pergi nanti jam 9, jadi mengantar Fai lebih awal . Hingga sampai didepan kelas dia mendengar pembicaraan pertengkaran Afi dan seseorang.
"Kamu tahu kan? Aku dan Fai itu bersahabat bagaimana kau bisa sembunyikan status kita?" Ucap cewek mulai naik pitam dan mendorong Afi
"Kamu kenapa? Bukanya kamu sudah sepakat? Kita berpacaran diam-diam, tanpa ketahuan terutama oleh Mbak Fai?" Ucap Afi juga bernada cukup keras
Fai baru menyadari itu suara Zia....
"Tapi aku terus merasa bingung, untuk apa kita sembunyikan hubungan kita? Aku masih tidak tahu alasannya hanya karena aku ingin berpacaran denganmu Afi" Ucap Zia sudah mulai bernada rendah ingin pecah air matanya
"Kamu tahu semua situasi ini akan merusak persahabatan kita bertiga kan? Kamu tahu Fai itu tidak menyukai orang berpacaran, bagaimana perasaannya saat tahu kita pacaran" Ucap Afi menjelaskan
"Kenapa aku merasa kamu terlalu memikirkan Fai dalam hubungan ini? Aku tidak punya hak apa pun untuk berpendapat? Ha?" Zia mulai emosi dan memukul dada Afi dan pecah tangisnya
Fai yang mendengar semua itu tidak bisa menahan diri dan masuk ke dalam
"Jadi kalian berpacaran? Kalian berpacaran di belakangku? Kenapa kalian tega berbohong kepadaku?" Ucap Fai dengan wajah memerah dan sudah hampir menangis
"Mbak Fai aku bisa jelaskan, tunggu" Ucap Afi bernada gugup dan merasa semuanya kacau
"Sudahlah aku kecewa pada kalian berdua, tidak kusangka kalian teman-temanku melakukan perbuatan yang buruk ini" Fai keluar kelas dengan isak tangis dan pulang ke rumah tanpa berkat sepatah kata lagi
Hari itu Fai tidak masuk kelas. Dia kembali pulang dengan menaiki angkutan umum, semuanya terjadi begitu cepat. Afi berusaha mengejar hingga gerbang tapi Fai sudah masuk ke dalam angkutan umum, jika dikejar dengan motor juga percuma karena Fai masih dalam keadaan emosi. Afi memutuskan untuk menjelaskan di saat yang tepat.