Aku mengambil segenggam pasir pantai Flower Island, sebagai kenang kenangan bahwa pertama kali menginjak daratan Indonesia dan pulau pertama yang aku datangi saat pengungsian. Pasir tersebut ku masukkan kedalam botol kaca bekas minyak wangi.
Saat jemputan datang, ada petugas pengungsi yang ikut menjemput. Kami semua diperintah Kan masuk ke kapal tanpa terkecuali. Setelah kami naik ke kapal baru rombongan Rindam yang ikutan naik, sedang kan Rindam dan beberapa teman nya juga petugas ada di kapal kayu yang kami bawa dari Vietnam. Iringan kapal melaju membelah laut menuju Ibukota Kabupaten. Ada beberapa mata petugas memandangi ku tanpa berkedip. Waduh, ini bahaya pikir ku. Kenapa demikian. Aku kan paling cantik kata Si Rindam, hiks. Aku sengaja pura pura tidak melihat dan melambaikan tangan ku buat Si Rindam di kapal kayu, sambil mengecup kan bibir pada telapak tangan terus melemparkannya ke arah Rindam. Rindam sendiri kelihatan kaku, namun terpaksa juga menerima kiss dari diriku dan membalas nya. Aku memandangi dirinya dan dirinya memandangi ku dari kejauhan. Tiga jam kemudian kapal yang membawa kami sampai di Pos Penampungan sementara milik Kabupaten. Kami langsung digiring masuk ke dalam rumah pengungsian, terus diperiksa satu persatu selanjutnya di pisah kan antara wanita dan pria. Saat kami masuk ke penampungan sementara, masih ratusan orang pengungsi yang belum dikirim ke Penampungan akhir.
Entah berapa lama lagi kami akan di kirim ke Galang Island, aku pun tidak tau. Dari sana kami bisa mengajukan suaka ke negara ketiga. Semoga saja bisa diterima, dari pada harus kembali lagi ke Vietnam.
Sudah Satu Minggu kami di pos pengungsian Kabupaten Natuna. Aturan di pos pengungsian sangat ketat sekali buat yang baru datang. Sedang kan yang sudah lama bisa berkeliaran keluar pos, seperti pergi berbelanja ke pasar dan pergi makan di restoran bagi yang punya uang.
Sudah seminggu pula aku tidak bertemu dengan Rindam dan kawan kawan, jikalau ada mereka kami tidak akan kelaparan dan bisa punya baju baru lagi.
Iri rasa nya ngeliat yang sudah lama datang, mereka bisa keluar pos semau nya, bisa berenang ke lautan. Sampai kapan kami di karantina begini ya. Belum tuntas aku melamun, ada panggilan penjaga buat diriku.
" Nivincu, di panggil komandan jaga". Disuruh menghadap ke pos jaga.
Aku di kaget kan oleh penjaga dan disuruh menghadap komandan. Ada apa ya? Ketakutan ku pun mulai muncul lagi.
" Nivincu, kamu ada tamu diruang tamu sana." jumpai dia, tetap jaga sopan santun ya.
" Siap, komandan". Terimakasih, Komandan.
Aku berjalan menuju ruang tamu, diruang tamu ada Rindam dan satu lagi aku belum kenal. Aku menghambur memeluk Rindam tanpa memperdulikan siapa yang bersama nya.
" Sudah jangan begini, malu dilihat papa ku." Kenalin ini papa ku, Nivincu.
" Kenal kan Pak, saya Nivincu". Maaf dengan apa yang terjadi barusan.
" Tidak apa apa Nak Nivincu." Saya Hamid, papa nya Rindam. Pantas Rindam ngotot ngajak saya kemari, rupa nya ada bidadari Nivincu. Kamu cantik sekali Nak.
" Ah Bapak, saya kan jadi malu." saya biasa saja Pak seperti gadis gadis lainnya. terimakasih pujiannya ya, Pak.
" Kamu panggil kedua adik adik mu, sekarang." Kita mau ajak makan dan Belanja, yuk buruan mumpung masih sore. Kalau sudah malam, toko nya keburu tutup.
Aku, Mama, Nivinci dan Nivinlu pergi bersama Pak Hamid dan Rindam. Sebelum makan malam kami diajak belanja kebutuhan wanita dan pakaian. Rasa nya sudah gak enak banget dengan pakaian yang itu itu saja. Bau nya pun sudah seribu satu macam, untung nya aku tetap cantik hiks. Masing masing kami dibeliin tujuh stell pakaian dan onderdil lain nya. Semua nya bagus bagus tapi harga nya aku tidak tau karena dalam rupiah.
Rindam juga membeli pakaian buat papa ku, karena beliau tidak kami ajak pergi. Mama ku beserta adik adik ku senang sekali. Siap belanja kami di ajak ke Restoran Seafood untuk pesta makan enak.
" Saya Nyoya Kun Cun Tum, mengucapkan terimakasih buat Pak Hamid dan Nak Rindam." Sayang sekali suami saya tidak bisa ikut bersama karena kita berburu dengan waktu.
" Sama sama Bu Kun Cun, Lain waktu nanti saya undang makan malam di rumah saya bersama papa nya anak anak. Sekarang ini pengungsi baru belum bisa bebas, ini pun saya maksa sama Komandan jaga buat ajak Ibu dan anak anak keluar. Silakan di makan, mumpung masih panas.
Aku tidak bisa ngomong lagi setelah melihat makanan yang numpuk di meja. tidak menunggu tawaran kedua kali nya, aku langsung tancap gas saja. Pak Hamid dan Rindam cuma bisa senyum melihat napsu makan ku yang luar biasa rakus. Maklum lah sudah satu Minggu cuma makan bubur dan kecap. Karena banyak nya makanan yang di pesan oleh Rindam, jadi ada yang tidak disentuh sama sekali. Mama dan adik adik ku makan nya agak sungkan dan malu sama Pak Hamid juga Rindam. Bagi ku Pak Hamid dan Rindam sudah ku anggap keluarga ku juga, jadi tidak ada kata malu bagiku. Beberapa makanan baru sengaja di pesan oleh Rindam buat papa ku, sedang kan sisa makanan tetap saja ku minta untuk dibungkus juga hiks. Saat perjalan pulang ke pos, kami mampir lagi ke mini market untuk membeli makanan dan minuman untuk dibawa pulang. Kedua tangan ku, Mama, Nivinci dan Nivinlu penuh oleh barang bawaan, belum lagi di bantu Pak Hamid dan Rindam.
" Nivincu, ini surat buat papa mu." jangan kasi liat ke siapa pun dan jangan kamu berani berani untuk membukanya. Kasi ke papa mu langsung jangan lewat orang lain atau di titipkan. kamu paham kan?
" Baiklah Rindam, aku mengerti." terimakasih makanan nya dan pakaian nya. Sering sering lah kemari untuk melihat ku.
" Pasti, asal kamu patuh pada aturan disini". Jaga diri baik baik di dalam sana.
Pak Hamid dan Rindam mengantar kami sampai ke dalam ruang tamu. Aku bahagia sekali hari ini dengan kedatangan Rindam dan Papa nya.
" Terimakasih, Pak Komandan." Saya titip Nivincu dan keluarga nya, tolong di jaga baik baik ya.
" Sama sama Pak Camat, pasti kami jaga amanah Bapak dan terimakasih oleh oleh nya.
" Nanti Nak Nivincu mau antar makanan dan pakaian buat bapak nya, tolong di perbolehkan ya, Pak Komandan." Saya pamit dulu, sekali lagi terimakasih.
" Siap, Pak Camat." Sering sering lah berkunjung kemari.
Setelah Rindam dan Papa nya pergi, aku diantar penjaga menemui papa ku. Karena aku adalah titipan Pak Hamid, mereka begitu baik pada ku.
" Pa, ini ada pakaian dan makanan dari Rindam dan Papa nya." Di dalam saku baju papa ada surat penting dari Rindam. Setelah papa membaca nya disuruh langsung di bakar, pa. Rupa nya papa Rindam seorang pejabat disini. Nama nya Pak Hamid, kita sekeluarga sudah beliau titipkan pada Komandan disini. Sementara ini kita dalam pengawasan komandan.
" Papa nya Rindam datang kemari jumpa kamu ya, Nak." Beliau juga seorang pejabat, baguslah. Semoga Rindam diluar sana baik baik saja. Kamu kembalilah, nanti Mama mu mencari mu.
" Nivincu pamit ya, Pa." Papa baik baik lah disini jangan mikir yang tidak tidak dan perbanyak istirahat.
Setelah pamit ke papa, aku bersama penjaga ke tempat penampungan wanita.
Mama ku, Nivinci dan Nivinlu sudah berganti pakaian dengan yang baru, mereka juga sudah harum dan wangi.
" Kamu, mandi dulu Nivincu." Badan mu bau asem.
" Mama sudah cantik lagi, ya. Mana harum lagi." Nivincu mandi dulu ya ma.
usai mandi mengenakan kan pakaian baru juga ditambah semprotan wangi nya parfum, membuat diri ku tambah cantik juga sangat nikmat sekali rasa nya. Paling asik buat menghayal, aku pun tertidur dengan nikmat nya.