Aku dan Rindam larut dalam khayalan masing masing, semakin malam udara semakin dingin membuat dekapan Rindam semakin erat merangkul ku, begitu juga dengan diri ku. Kami berdua saling dekap menikmati cinta yang sedang bersemi, yang kami berdua tidak tau akan berakhir seperti apa nanti nya.
" Nivincu, kamu kedinginan ya." Kalau udah kedinginan, kita pulang ke kapal saja, yuk.
" Cuma dingin dikit doang, Rindam". Hangatnya tubuh mu, sudah cukup untuk mengusir rasa dingin ku. Semalaman seperti ini pun, aku mampu, asalkan kamu bersama ku.
" Ah, yang bener." Atau aku yang gak kuat dengan dinginnya air laut. Tubuh mu juga bisa menghangatkan, bahkan membuat aku selalu betah mendekap mu seperti ini. Cuma nya, lama lama seperti ini ada bagian tubuh ku yang gak kuat, Nivincu?
" Sudah gak kuat dari tadi, ya?" Pantesan ada yang mulai berontak yang aku, rasakan.
" Kamu tau juga ya, Nivincu?" Kok kamu diem saja?
" Biar saja dia menikmati apa yang kita juga rasa kan, lagian adik kecil mu ini tidak mengganggu kita kan" qiqiqi...
" Tidak mengganggu apa nya, aku gelisah dibuat nya. Mau nya dia main main dengan adik kecil mu juga.
" Apa aku bantu, biar dia bebas tidak mengganggu kita lagi, adik kecil ku juga dah ngeces pengen bermain dengan. hihihi...
" Jangan, ah. Nanti dia minta yang macam macam lagi." Urusan mu yang satu belum beres ditambah lagi masaklah baru, runyam urusannya nanti.
" Tapi ...! Adik kecil ku, mau? Dia pengen liat Abang kecil nya, keluar sarang nya. Ayo lah Rindam, keluarin adik kecil mu itu. Adik kecil ku pengen liat saja.
" Gak mau ah, kapan kapan saja." Jangan maksa ya? Belum keluar kandang saja dia sudah ngeces juga mau cium adik nya.
"Ayo lah sayang, kita pertemukan mereka berdua. Adik kecil ku sudah berontak Mulu ini." Gak sabaran lagi dia nya.
" Jangan Nivincu, sayang?". lain kali lain tempat saja ya? disini banyak kepiting nya lho, mang mau di jepit sama kepiting laut.
" Masa, kamu membuat selera ku pudar sajalah, Rindam." Jahat ya!
Aku buru buru berdiri takut ada kepitingnya, sedang Rindam ketawa ngakak melihat aku ketakutan dan menghambur ke Rindam minta di gendong. Rindam dengan sigap berdiri dan menggendong ku dari depan, pas aku digendong Rindam, maka bertemu lah adik kecil ku dan adik kecil Rindam. Dedek Kecil Rindam nakal, mencium dedek kecil ku dengan kasar. Adik kecil ku kan jadi kesakitan. Membuat napas ku ngos ngosan. Rindam pun, dengan napsu melahap bibir ku yang lagi basah oleh air asin menambah gelagapan napas ku. Ada desiran sejuta rasa yang membakar gairah ku dari berbagai arah, aku cuma bisa membalas ciuman Rindam lebih ganas lagi. Kami berdua hanyut kelaut gairah yang lebih dalam dan dalam lagi, hentakan demi hentakkan membuat aku lemas dalam dekapan Rindam. Rindam jatuh terduduk kedalam air laut sedang aku menindih nya dari atas, namun kami masih berpakaian renang yang utuh tanpa ada yang terlepas. Berdua menyelesaikan misi pertemuan kedua adik kami dan menuntas kan pertemuan mereka dengan baik tanpa merusak satu sama lain.
" Kamu basah juga ya, sayang". Adik kecil mu muntah juga ya?
" Iya, Rindam. Adik mu juga muntah ya? Kok gak nantang lagi dianya, kok sekarang dia lunglai qiqiqi...???
" Peluk aku lebih erat Nivincu, sayang." Biar kan aku memelukmu dengan erat.
Aku dan Rindam menuntaskan sebuah tugas dari kedua adik kami dengan manis, sebuah pengalaman terbaru bagi diriku. Aku sangat menikmati nya, membuat rasa sebuah kenikmatan melayang melayang bersama orang yang ku cintai.
" Hayoo... yang lagi berduaan, lupa ada kami berdua menyaksikan kalian berdua, ya?" apakah kehadiran kami mengganggu kalian?
" Huh!!! Bukan mengganggu lagi, malah mengejutkan kami tau?" Datang tak diundang pergi tidak diusir. Sebuah, kebiasaan yang buruk.
" Maaf Nivinci dan Nivinlu ya, Kak." Habis nya kalian ketempat yang seindah ini tidak pakai ngajak sih.
" Tadi kalian berdua lagi asik sama pengungsi yang lain, jadi gak kami ajak lah." Sudah dingin belum? Kalau iya kita ke kapal saja, dari pada kalian jadi pengganggu kami berdua disini hahaha...
" Rindam?! Jahat nya, ngatain kami berdua pengganggu". Tapi bener juga, kami pengganggu kebahagiaan kalian berdua. Dari pada kalian kebablasan kan lebih bahaya lagi. Masuk angin nanti kakak ku qiqiqi. Ke kapal yuk, sudah lapar lagi nie.
Angin malam berembus semakin kencang membuat semua bulu yang ada pada tubuh ku berdiri, dengan tidak mau melepas gendongan Rindam, hanya merubah posisi dari depan ke belakang saja, aku terus di gendong Rindam menuju ke Kapal Papa ku.
Sesampai di kapal, Fedro sibuk menyiapkan makan kami berempat. Aku terlebih dahulu membilas badan ku dengan air hangat dan membungkus tubuh ku dengan baju handuk yang tebal membuat rasa hangat menjalar ke seluruh sendi sendi ku yang kedinginan. Setelah kami berempat membasuh diri dengan air hangat dan mengenakan baju handuk, sekarang kami sudah siap untuk menyantap makanan tengah malam dari Fedro. Fedro yang juga ganteng semangat sekali menyiapkan makanan dengan di temani Nivinci juga Nivinlu dua adik ku yang juga cantik cantik.
Sambil menyuapi makanan ke mulut ku, aku juga menyuapi Rindam dengan makanan. Sekali aku menyuapi Rindam, dua mulut adik ku monyong ke depan mengejek ku. Aku sengaja membuat mereka iri, sekaligus mengisyaratkan bahwa Rindam adalah milik ku, dilarang buat mereka berdua merebutnya. Ketakutan ku wajar saja, Nivinci serta Nivinlu berimbang kecantikannya sama aku, yang membuat aku takut hati Rindam bisa berpaling dari diriku seorang.
Kami makan sambil bercanda sampai matahari terbit di Ufuk Timur, Negara Kesatuan Republik Indonesia yang suatu hari nanti aku akan menjadi Warga Negara nya.